24. Cold shoulder

1.9K 249 2
                                    

"Kamu mau motor yang persis kayak si bebek, atau yang lebih keren kayak punya si Jeno?"

Jaemin yang baru turun dari kamarnya, mendudukkan diri di kursi meja makan yang paling dekat dengan kulkas, "Kayak si bebek! Lebih mahal juga, kan?" ujarnya menjawab pertanyaan sang ayah.

Tuk!

Jaemin meringis setelah kepalanya dipukul sang ibu dengan ujung sendok memasaknya. Sooyoung memelototi Jaemin yang berkata seenaknya, "Kamu pikir ibuk sama ayah duitnya ngalir terus kayak air matamu belakangan ini?!"

"Ya lagian ayah ngasih pilihannya kayak gitu! Kan bukan salah Nana kalo Nana pilih yang pertama!"

Ketika Sooyoung ingin membalas perkataan Jaemin, suara klakson pun terdengar dari depan rumah mereka. "Siapa?" Sooyoung bertanya lalu berjalan ke depan rumah.

Di dapur, Jaemin menghabiskan sarapannya dengan cepat. Sang ayah yang melihatnya hanya menggeleng pelan, "Kenapa gak berangkat sama bapak aja? Kasian si Juyeon rumahnya jauh gitu kamu suruh jemput."

Jaemin mencibir, "Ayah makannya lama! Bisa-bisa Nana dihukum pak Jiyong mulu kalo berangkatnya nebeng sama Ayah!"

"Si Jeno kemana? Kok gak pergi bareng lagi?"

"Tenggelam dalam kebohongannya!" celetuk si anak tunggal itu. Ia menghabiskan susu yang disiapkan sang ibu lalu menyalami tangan sang ayah, "Minta duit, Yah! Mau gantiin bensinnya kak Juyeon, hehe."

Kyungho menggelengkan kepalanya. Tetapi beliau tetap mengeluarkan tiga lembar uang biru-biru dan meletakkannya di telapak tangan Jaemin, "Dihemat sisanya! Kasih tau ayah kamu mau motor yang kayak gimana, ya! Hati-hati!"

--

Jaemin langsung melingkarkan kedua lengannya di perut Juyeon begitu ia sudah duduk manis di belakang sang abang sepupu. Kepalanya yang ditutupi helm tidak membuatnya berhenti menatap Jeno yang juga sudah stand by di motornya, terang-terangan memelototi lengan Jaemin yang memeluk Juyeon di depannya.

"Ayok pergi!" seru Jaemin, mendorong Juyeon agar segera pergi dari sana.

"Sebentar, loh! Ibuk masih ngobrol sama Juju!" seru Sooyoung sambil beliau membenarkan letak roller rambutnya.

"Juju!" cibir Jaemin yang hanya bisa didengar oleh Juyeon.

Juyeon memutar matanya, "Lagi marahan sama pacarmu?" Ia bertanya karena sudah risih menerima tatapan yang Jeno lempar ke arahnya, bahkan sejak ia masih mengendarai motornya memasuki pekarangan rumah Jaemin.

"Nana cuma pengen tau apa yang bakalan Jeno jelasin tentang masalah yang Jake omongin kemaren," gumam Jaemin.

"Terus?" Juyeon bertanya, sambil ia berpura-pura mendengarkan tantenya yang juga berbicara.

"Bungkam," jawab Jaemin malas. Ia meraih tangan sang ibu dan menyalaminya, memotong beliau yang sedang mengatakan bahwa keluarga mereka akan pergi liburan minggu ini, "Kami pergi ya, buk!"

--

Terhitung sudah empat hari Jaemin mendiamkan Jeno. Ah, sepertinya kata mengabaikan lebih cocok untuk menjelaskan situasi itu.

Nevertheless, keduanya hampir sama.

Baik di sekolah maupun di lingkungan rumah, Jaemin bahkan tidak membiarkan matanya untuk melirik Jeno barang sedetik pun. Teman-teman mereka pada bertanya, namun keduanya sama-sama enggan untuk menjawab.

Atmosfer ketika keduanya berada di ruangan yang sama pun tidak sehangat seperti biasanya. Rasanya seperti ada perang saudara!

"Jaem-"

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang