40. When wants and needs collide

1.9K 139 1
                                    

Mata rusa cokelat milik Jaemin mengikuti kemana pun pacarnya melangkah. Dimulai dari membentangkan screen projector, memasang sambungan stop kontak, menghubungkan laptop ke projector, dan lainnya.

Sementara matanya sibuk mengekori Jeno, mulutnya pun tak kalah sibuk mengunyah Mister Kentang yang ada Cha Eun Woo-nya.

"Itu charger laptop-nya dipasang juga, Jen! Baterai laptop Aku udah soak jadi harus sambil di-charge biar nyala."

Jeno menurut dan mengikuti perintah Jaemin meskipun hati sedikit dongkol karena yang Jaemin lakukan semenjak ia datang ke rumahnya hanyalah bermalas-malasan sementara ia yang sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Padahal, ide menonton itu adalah milik Jaemin. "Kamu mau nonton di lantai kayak gitu?" tanyanya.

Jaemin yang dari tadi duduk lesehan di lantai, dengan punggungnya bersandaran pada sofa, menjawab, "Entaran lagi Gue susun dah itu alasnya!"

Jeno hanya menggeleng kecil karena, berkat kebiasaan prokrastinasi Jaemin, ujung-ujungnya ia lah yang akan melakukannya.

Ketika semua kabel sudah terpasang, Jeno pergi ke kamarnya untuk mengambil selimut serta sejumlah bantal. Ia menendang kaki Jaemin yang berada di jalannya, "Geser."

Jaemin cemberut. Ia meletakkan jajannya di meja, kemudian menggeser meja itu ke sisi lain ruangan. Setelah tersedia ruang di depan semua device, Jeno pun membentangkan selimut dan melemparkan sejumlah bantal di atasnya.

"Kok gak pake kasurnya sekalian sih? Punggung Aku ntar sakit!" Jaemin berdiri di pinggiran selimut dengan berkacak pinggang, menilai tempat rebahan mereka yang sangat sederhana dan polos.

Jeno membuka aplikasi menonton di laptop Jaemin dan mengklik video yang akan menayangkan pertandingan sepak bola antara Real Madrid dan Liverpool.

"Sandaran di Aku aja," jawab Jeno lalu ia menarik lengan Jaemin agar pacarnya itu mendekat. "Sini! Bentar lagi mulai."

Jaemin menuruti Jeno dengan ogah-ogahan. Ia lalu mendudukkan dirinya di samping Jeno, bersandaran pada pacarnya itu dengan Jeno merangkul bahunya.

"Ada Casemiro?" tanya Jaemin saat peluit ditiupkan dan kick-off pun dimulai.

"I thought you're not on Real Madrid team?"

"I certainly not supporting Liverpool," sungut Jaemin. "Lagian if it comes to UCL, kemungkinan Madrid menang bakalan lebih besar daripada Liverpool," jelasnya.

"Bukan karena Manchester City?" selidik Jeno. Pasalnya, Jaemin itu penggemar club asal Etihad Stadion tersebut semenjak kemunculan pemain bernomor punggung 3.

Jaemin hanya memanyunkan bibirnya dan menyilangkan lengannya di dada.

--

Ketika babak pertama selesai dan iklan pun mengambil alih, Jaemin memutar tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Jeno. Dagunya ia istirahatkan pada dada bidang Jeno dan lengannya melintasi perut berotot Jeno, "Kamu yakin om sama tante hari ini gak pulang?"

Sedari tadi, tangan Jeno tidak berhenti mengelus surai Jaemin yang lebat dan lembut. Dan ia yakin, Jaemin pun menyukai hal tersebut karena Jaemin tidak menepis tangannya. Jeno lalu melirik pacarnya dan berdeham, "Dari tadi itu aja yang Kamu tanya. Kenapa memangnya?"

"Just making sure ...," gumam Jaemin yang arah pandangan matanya kini tidak berada di mata Jeno.

"Kamu masih canggung sama mereka?" selidik Jeno.

Jaemin menggeleng, karena hal itu memang bukan masalah lagi baginya. Ia lalu berdeham, matanya menatap Jeno takut-takut, "Enggak. Aku cuma-- Aku mau-- Aku cuma kepengen cium Kamu. Om sama tante beneran gak pulang? Mereka gak bakalan pergoki kita, kan?"

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang