36. Library date

1.4K 177 1
                                    

Ujian akhir semester tinggal dua minggu lagi. Segala proses selama enam bulan terakhir akan ditentukan oleh kejamnya soal-soal UAS yang terkadang berasal dari materi yang tidak pernah dibahas. Maksudnya, fenomena seperti A yang dipelajari tetapi Z yang keluar di UAS.

Jaemin yang sering menjadi korbannya, dan Jaemin yang tadinya ogah-ogahan untuk belajar, tiba-tiba terlihat sangat berdedikasi. Bahkan ketika diajak nongkrong oleh ketiga sahabatnya, jawaban yang Jaemin berikan akan selalu sama-- 'Gak dulu, gue mau belajar.'

Bahkan perpustakaan yang biasanya Jaemin datangi hanya karena hukuman dari pak Jiyong, betransformasi menjadi tempat hangout-nya ketika di sekolah.

Meskipun melelahkan, ia tetap menikmati setiap waktu yang terlewati karena ia memiliki tutor yang setampan pacarnya. Mana gratis pula!

"Balik ke depan deh Lu! Mati kutu Gue duduknya deket kali gitu sama meja guru!" gerutu Lucas yang selama beberapa hari terakhir bertukar tempat duduk dengan Jeno.

Jeno menanggapinya dengan santai, "Dua minggu lagi, Cas. Gue masih harus bantu si Jaemin."

Lucas mendudukkan pantatnya di meja dan ia menghela panjang, "Kesambet apaan sih pacar Lu?"

"Dunno. At least dia ada kemajuan."

Jaemin memang menunjukkan kemajuan dalam berbagai bidang. Salah satunya, ia tidak lagi tertidur selama jam pelajaran dan menjadi lebih memperhatikan penjelasan dari guru yang mengajar.

"Yang udah go public mah bebas ya. Mesra bener," sindir Jaemin kepada Lucas dan Jeno---menyinggung pertemanan mereka yang kini tidak ditutup-tutupi lagi. Ia meletakkan jus jeruk pesanan Jeno di meja dan memberikan satu permen---kembalian dari jajannya---kepada Lucas.

"Thanks, Muffin," ucap Jeno.

"Hm," gumam Jaemin mengiyakan. Ia pun duduk di kursinya, dan hendak berbicara ketika Lucas mendahuluinya.

"Jadi, siapa dia?"

Kening Jeno dan Jaemin berkerut. Jaemin pun bertanya, "Dia siapa?"

"Yang bikin Lo semangat banget belajarnya lah!" jelas Lucas. Jeno pun tertarik untuk mendengarkan, karena selama ini ia tidak menanyakannya kepada Jaemin.

Namun, Jaemin hanya mengedikkan bahunya. "Jen, istirahat nanti Lo harus temeni Gue ke perpus!" suruhnya, setelah itu, "Eh, tapi Lo gak ada janji buat duduk bareng komplotan Lo di kantin, kan?"

Jeno mana mau melewatkan proses belajarnya Jaemin. "Sure. Anything for my baby," katanya, diiringi kedipan mata genit.

"Stop! Lo bikin Gue nge-blush anjir!"

--

Jaemin tidak jadi belajar di jam istirahat. Ia menggesernya ke jam pulang sekolah, karena waktu yang ia miliki akan lebih banyak.

Terhitung sudah dua jam ia duduk di salah satu kursi perpustakaan. Lokasinya berada di ujung, dekat dengan rak yang berisikan karya fiksi. Saat itu ia sendirian, karena Jeno masih ditahan oleh teman-temannya di lapangan utama untuk sparring basket.

Semangat Jaemin sudah mulai habis. Dua minggu terakhir ia telah menggunakan waktu luangnya untuk belajar, belajar, dan belajar. Memang, kesempatan untuk bersantai ada banyak, tetapi ia tidak memanfaatkannya dengan baik, sehingga kini ia merasa lelah dan jenuh.

Jen 🐶

Jen, capek
16.12

Setelah mengirimi pesan singkat tersebut, Jaemin kemudian menidurkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya. Jelas sekali bahwa belajar bukan kekuatan terbesarnya. Bahkan dua minggu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan berbulan-bulan yang Jeno lalui mendekam di kamarnya untuk belajar.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang