Bab 20

387 97 2
                                    

   Agen Lailyrose duduk di bangku taman sekolah Lizzy. Tidak biasanya ia menunggu lebih awal dari jam pulang sekolah Lizzy. Ia sesekali melihat-lihat tanaman dan pepohonan yang ada di halaman itu. Matanya sempat tertuju pada ukiran lambang pemberontakan pada beberapa batang pohon disini. Steve benar, pikirnya. Beberapa dari lambang ini bahkan seperti baru saja diukir sebab bekas ukirannya masih mengeluarkan getah. 

     "Hai bu, kau yang menjemput Lizzy hari ini?" ujar seseorang membangunkan pikiran Agen Lailyrose dari pikiran menerka-nerkanya. 

     "Oh hai Steve, aku ada waktu luang hari ini oleh sebab itu aku menjemput Lizzy kemari, maaf karena aku tidak mengabarimu" balasnya. 

     "Tidak apa-apa bu, aku senang jika ibu ada waktu untuknya" Steve tersenyum, "Kalau begitu aku pamit kembali ke kantor ya bu, ada beberapa hal yang harus  aku selesaikan bersama Clark" lanjutnya. 

     "Um Steve" cegah Agen Lailyrose saat Steve hendak berbalik menuju mobilnya. 

     "Iya bu?"

     "Datanglah ke rumah malam ini, untuk makan malam. Sampaikan juga pada Clark dan pasukan Wizzy yang lainnya, sudah lama sejak terakhir kali kita berkumpul" ajak Agen Lailyrose sembari tersenyum tipis.  

   Steve mengangguk, "Baiklah, kebetulan aku dan Clark tidak ada jadwal jaga malam hari ini. Aku akan sampaikan pada yang lainnya".

   Steve kembali berbalik, ke arah mobilnya. Aneh, batinnya. Tidak biasanya Agen Lailyrose mengajak pasukan White-Golden untuk berkumpul, terlebih Wizzy sedang tidak ada disini. Apa yang ingin ia sampaikan nanti?

~~~~~

   Aku memperhatikan LifeWatch yang menempel pada pergelangan tanganku. Benda ini bahkan tidak konslet saat aku bawa mandi. Apa jika aku mencabutnya, urat nadiku akan terputus? Sebab aku bisa melihat kabel penghubung berwarna silver dibalik kulitku yang menjadi penghubung pembuluh darah venaku diantara benda terkutuk ini. 

   Pandanganku teralihkan kepada Sam yang sedang berjalan ke arahku. Ia membawa dua buah gelas di tangannya. Perasaan bersalah karena membangkitkan gejolak dalam dirinya untuk memberontak masih ada di dalam benakku. Entah apa yang harus aku lakukan? memberitahunya? tapi tidak mungkin, aku harus memastikan terlebih dahulu bahwa kapan dan dimana kami tidak diawasi serta tidak disadap. 

   Sam duduk disampingku, setelah memberikan segelas kopi. Kami memandang pegunungannya dan hutan yang menjadi latar dari LifeCastle ini. Duduk di hamparan lapangan hijau ini mengingatkan kami pada hutan di Clique buruh dan pegawai. 

     "Tempat ini tidak begitu buruk dalam situasi seperti sekarang" ujar Sam tersenyum kepadaku. 

   Aku tersenyum tipis, "Apa maksudmu" lalu sedikit terkekeh kecil. Jika dilihat-lihat tempat ini memang indah dan sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata. 

     "Ya, disini cukup indah sebenarnya" aku tersenyum memandang langit-langit yang kian lama semakin  berwarna jingga. Andai aku dapat melihat ini bersama ibu dan Lizzy, juga Steve. Dan kuharap orang yang sedang tersenyum di sebelahku bukanlah Sam melainkan dia. Apa Steve sudah memiliki pasangan baru? apa ia akan memaafkanku jika aku kembali nanti?. Aku akan menjadi orang yang paling egois jika memintanya kembali setelah melepasnya dengan begitu keji. 

     'AARGHH!'

   Suara erangan tiba-tiba terdengar dan membuat para peserta yang tengah berkeliaran kesana kemari berhenti sejenak. Suara itu berasal dari lantai 3 salah satu balkon LifeCastle. Perempuan di atas sana menggelepar kesana kemari bahkan ia sesekali menubruk pagar pembatas balkon. 

Mission RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang