Bab 31

382 80 9
                                        

  Aku mengatur nafas sebaik mungkin agar segala hal-hal negatif yang memenuhi pikiranku dapat ternetralkan. Baiklah Wizzy, tidak ada yang dapat kau lakukan untuk menyelamatkan mereka dan segala bentuk pembangkangan saat ini hanyalah akan berakibat buruk untuk Ibu dan Lizzy. Satu hal yang aku tahu pasti, aku harus keluar dari ruangan ini atau aku akan meremukan diriku sendiri guna menyelamatkan Nick.

    'Disisi kiri kita, Wizzy Lailyrose si Iblis Petarung!!'

   Seorang panitia memberi kode kepadaku untuk segera naik ke atas panggung. Entahlah aku tidak siap untuk melihat para penonton dengan emosi yang terganggu seperti ini.

   Kunaiki beberapa anak tangga kecil, dan mulai melangkah menuju posisiku diatas panggung. Mataku butuh waktu beberapa saat untuk menyesuaikan dengan terangnya lampu sorot juga cahaya yang memenuhi panggung ini. Aku memperhatikan setiap wajah yang bersorak-sorai. Hingga mataku bertemu dengan sorot mata seseorang yang kira-kira sudah puluhan hari tidak pernah menatapku lagi. Ia tidak sendiri dan Nick benar, mereka memang ada disini.

   Rasanya tenggorokan ini tercegat oleh sesuatu yang membuat tubuhku seperti tidak terasupi oleh oksigen yang masuk. Dan anehnya, aku yakin bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Layaknya ada magnet yang menarik keempat manik mata kami untuk saling masuk ke dalam pikiran satu sama lain, mencoba menemukan sesuatu yang telah lama dibiarkan terpendam.

   Suara sirine mengejutkanku, bahkan aku tidak sadar bahwa Nick telah berada di seberang sana sebagai pesaingku. Aku kembali melirik ke arah Steve, kami tidak melakukan apapun selain hanya terpaku pada satu sama lain. Countdown telah dimulai dari detik ke 15.

   Role duduk dengan senyum yang lebar pada wajahnya. Ia mengangkat sebuah kartu hologram dan menampilkan pasfoto Lizzy yang selalu kubawa kemanapun aku bertugas. Pasfoto itu aku ambil di sekolahnya ketika aku benar-benar mengira bahwa aku telah kehilangan Lizzy. Satu hal yang kutahu, Role telah mengambil ranselku dari rumah Hans.

   Sirine yang lebih nyaring dari sebelumnya bergumandang.

   Nick perlahan-lahan berjalan ke arahku. Begitupula diriku, menuju ke arahnya.

     "Baiklah Wizzy, mari kita lakukan yang mereka inginkan" ucap Nick sesaat sebelum ia melakukan serangan pertamanya. Aku menangkis pukulan itu lalu menyerang balik seolah tidak mau kalah.

~~~~~

     "Mengapa Nick benar-benar berkelahi dengan Wizzy?" tanya Jacob mulai khawatir.

     "Apa mereka sudah tidak akur sejak di belakang panggung?" timpal Clark.

   Jacob melirik Clark, "Apa mungkin Nick telah dipengaruhi?"

   Steve menyipitkan kedua matanya, mencoba melihat apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Nick dan Wizzy sebab perkelahian ini terlihat sangat nyata dan membahayakan keduanya.

~~~~~

   Aku tidak mengerti mengapa Nick terus menerus menekan pertahananku, seperti halnya dia sangat ingin memenangkan kompetisi ini.

     "Kau masih Nick, bukan?" tanyaku di tengah serangannya yang bertubi-tubi.

   Nick melirik ke arah Steve lalu menatapku, "Kita harus terlihat saling membunuh hingga menit ketiga" jawabnya sembari menyleding pergelangan kakiku. Aku tersungkur lalu bangkit dan melontarkan tumbukan di kedua sisi dadanya lalu mengunci leher Nick sehingga aku bisa dengan mudah membalikkan tubuh kekar ini kemudian menghempaskannya ke lantai.

     "Apa yang kau rencanakan?" gumamku.

   Nick meninju perut juga pipi sebelah kananku. Ia menarik lengan kananku lalu memelintirnya hingga aku kembali terjatuh, "Aku mendengar mereka mengunci kekuatan peserta hingga menit ketiga". Aku memberontak, melepaskan terkamannya lalu menendang wajahnya dengan gerakan memutar.

Mission RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang