Bab 15

535 113 6
                                        

     Aku melirik ke arah panggung. Layar ketiga mulai diturunkan, entah apa yang mereka coba tampilkan disana. Degup jantungku mulai memburu. Aku sempat melihat nomor yang ada pada lifepin milik Sam, 118. Sedikit jauh berbeda dari nomorku. Aku mulai sadar bahwa kursi ini disusun berbentuk seperti diagonal segi empat jika berada dari sudut pandang searah dengan panggung, dan berbentuk segiempat biasa bila dari posisiku. 

   Aku bisa melihat mereka yang sudah berada diantara kursi itu kembali kebingungan sebab perubahan susunan tergantung posisi dan sudut pandang mereka. Layar penghitung waktu menunjukan detik 30 terakhir. Sam mulai berlari mencari kursi yang ia tuju. 

     "Bergegaslah Skye!"

   Oke, tenanglah Skye. Aku berusaha menenangkan pikiranku sendiri. Dan mulai menghitung dengan kelipatan sepuluh setelah menemukan kursi yang aku yakin itu urutan pertama. Kursi yang tepat berada di hadapan panggung. 

     "90..100..110, ya itu 109" gumamku lalu berlari sekencang mungkin. Namun, saat aku hendak duduk di kursi yang kupilih, seorang pria berdiri dihadapanku dan menatapku tajam. Usianya kira-kira tidak jauh berbeda dariku. 

     "Hei minggir kau! kursi ini milikku!" Ia mendorong tubuhku ke samping dengan keras, dan berusaha untuk duduk. Aku melirik lifepin miliknya, 109. Bagaimana bisa?! dua orang memiliki nomor kursi yang sama? Apa mereka melakukan kesalahan pada sistem pembagian nomornya ?!

   Aku kembali melihat kearah penghitung waktu, hanya tinggal 15 detik lagi dan kursiku telah diduduki oleh pria yang memiliki hak yang sama. T-tapi, bukankah disana itu Hans? Tepat di sela layar antara penghitung waktu dan pinggir panggung. Hans menatapku dan menggerakan dagunya ke arah pria yang sedang duduk di kursiku. Lalu mengangguk kecil. 

   Apa yang ia berusaha katakan? Tunggu, aku teringat tulisannya pada selembar kertas sebelum berangkat kerja kemarin, 'lihat saja kode dariku besok. semoga beruntung nona'. 

   Apa ini bentuk kodenya? A-apa maksudnya aku harus menyingkirkan pria ini karena pada kursi inilah terletak warna merah yang berarti dapat memasukanku ke dalam pendisiplinan wajib? Hans melemparkan senyum tipis seolah yakin, lalu hilang dari pandanganku. Waktu hanya tinggal 9 detik lagi. Tanpa pikir panjang, aku mendorong pria yang sedang duduk di sampingku hingga ia terbalik bersama kursinya. 

   Aku bisa mendengar orang-orang yang baru saja melihatku mengeluarkan suara terkejut. 

     "Hey tapi ini juga kursiku!" ujarku tak mau kalah sembari menunjukkan nomor pada lifepinku. Orang-orang bertambah kaget dan bisikan-bisikan aneh mulai terdengar. 

     "Kalau begitu ambil kembali jika mampu!" bentaknya lalu menikamku hingga terjatuh. Aku melakukan perlawanan dan berhasil lolos dari kunciannya melalui celah antara kedua kakinya. Aku menendang kepalanya dari belakang yang membuatnya sedikit terhuyung. 

     "Sepatu ini ada gunanya juga ya" gumamku. 

   Sial hanya tersisa 3 detik! Aku kembali menendangnya kali ini tepat pada bagian vitalnya. Ia mengerang dan terduduk di depanku. Dengan sigap membenarkan posisi kursi yang tadinya terbalik dan duduk dengan tenang tepat sebelum 1 detik terakhir menjadi angka 0. 

     "Jika aku gagal, maka kau harus gagal juga!" Pria itu berusaha bangkit dari terpuruknya. 

     'NGINGGG NGINGGG!!!'

   Bunyi sirine terdengar memekakkan telinga. Semua orang berusaha melindungi indera pendengarannya. Lalu perlahan bunyinya menghilang. Pria di hadapanku tersentak memandang ke arah lifepinnya. Kemudian memandangku dan tertatih ingin menerkamku sebelum akhirnya ia mendadak terhenti. Astaga tubuhnya seperti diledakkan dari dalam. Bola matanya seolah pecah dan mencair. Darah mulai keluar dari semua lubang ditubuhnya. 

Mission RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang