Bab 6

1.4K 193 4
                                    

   Aku menaruh ranselku disamping ranjang kayu yang mulai rapuh. Hans memberiku tumpangan tidur hingga pendisiplinan wajib nanti. Sebuah kamar dengan sarang laba, disetiap mata memandang.

   Aku mendesah kesal, saat menyadari bahwa aku harus membersihkan tempat ini. Tapi setidaknya aku tidak perlu bermalam di hutan belantara.

   Setelah selesai, aku membongkar isi tas ranselku. Beberapa pakaian, dan perlengkapan agen yang aku tidak tahu namanya. Aku mengganti pakaian menjadi kaos biru tua dan celana pendek berwarna hitam. James bukanlah orang yang ahli dalam urusan berpakaian. Ia bahkan membuatku terlihat aneh sekarang.

   Baiklah, tidak apa-apa. Daripada aku harus mengenakan seragam itu semalaman. Akan sulit untuk buang air nanti. Dan sementara ini yang aku bisa lakukan hanyalah bersyukur atas segala hal yang aku dapatkan. Huft..

   Aku turun ke lantai bawah. Mencari sesuatu untuk dimakan. Dari tangga aku bisa mencium bau minuman keras. Baunya sangat menyengat. Dan benar saja, aku melihat Hans teler di atas meja makan dengan belasan botol minuman keras disampingnya.

   Aku putus harapan sekarang. Bagaimana bisa pemabuk seperti dia dapat membantuku. Aku juga jadi ragu dengan pekerjaannya. Apa dia hanya mengada-ngada??

   Aku melanjutkan langkah kakiku.

     "Haiii agen mata-mata! Apa yang kau lakukan disini? Kemari, minum bersamaku!! " ujar Hans ngawur. Aku hanya geleng-geleng melihatnya. Aku membuka kulkas si pemabuk itu dan ya, sudah kuduga. Isinya hanya berbagai macam alkohol.

    Aku ingin kembali ke kamar, sebelum Hans jatuh ke lantai. Dia sudah benar-benar teler. Sebenarnya aku sangat ingin mrngurungkan niat baikku untuk menggotongnya masuk ke kamar. Tapi apa boleh buat. Tubuhku bergerak lebih cepat dari pikiranku.

   Aku mengambil salah satu lengan Hans ke pundakku, lalu dengan susah payah menggotongnya ke kamarnya. Untunglah kamar Hans, kamar utama dirumah ini, terletak di lantai dasar. Sehingga mengurangi bebanku.

   Setelah sampai di kamarnya, aku menjatuhkan Hans di kasur.

     "Huh! Dasar tukang mabuk! " gerutuku pelan.

   Aku memperhatikan seisi kamar ini. Melihat-lihat foto yang terpampang di dinding. Ada beberapa foto yang agak ganjal bagiku. Aku kira aku pernah melihat orang-orang yang berada di foto ini. Meskipun foto diambil dari jarak yang cukup jauh sehingga wajahnya terlihat kurang jelas. Foto seorang anak kecil yang bersama beberapa pria dewasa. Aku melihat ada Hans disana. Hanya saja anak kecil ini mirip dengan seseorang yang kukenal.

   Aku mengabaikannya, karena tidak ingat itu foto siapa. Keluar dari kamar Hans, lalu menutup pintunya.

•°•°•°•

  Sinar matahari menembus jendela yang berada tepat di atas ranjangku. Sedikit silau, ketika aku membuka mata. Jika di rumah, saat aku terbangun yang ku dengar adalah suara ibu sedang memasak. Ataupun celotehan Lizzy yang mencari kaos kaki serta perlengakapan sekolah. Lain halnya disini, yang kudengar hanya suatu kesunyian. Aku rasa, aku yang harus menciptakan kebisingan seperti di rumah.

    Aku bergerak ke dapur, mencari bahan makanan yang bisa dimasak. Dan tidak heran jika akhirnya aku hanya menemukan botol-botol bekas minuman keras, sarang tikus, dan debu.

      "Selamat pagi Nona!" sapa Hans yang tentunya mengejutkanku.

      "Suaramu seperti petir di sebuah pemakaman" gerutuku. Dia hanya terkekeh mendengarnya.

   Aku memperhatikan setelan Hans. Seperti orang yang hendak pergi ke kantor.    Seragamnya juga, lumayan unik. Berwarna kemeja dengan atasan berwarna biru tua dan bawahan berwarna hitam ditambah lagi dengan variasi selendang panjang dengan motif khas kota yang menempel dibahu kirinya. Tidak lupa dengan nametag di dada kanannya.

Mission RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang