Satu notifikasi timbul pada pergelangan tanganku. 'Psi-66, ruang pengaktifan ; 17.56 ; 17 menit dimulai saat notifikasi ini menghilang'. Akhirnya aku mempunyai alasan untuk turun dari tempat ini. Aku menuruni tangga dengan kaki yang masih belum tegap untuk berjalan. Masih terbayang dalam benakku wajah Jaquest yang selalu penuh semangat saat melihatku kembali ataupun bergabung dengannya dan Sam. Jika mengetahui bahwa ia akan berakhir seperti itu, aku akan bertindak lebih ramah padanya. Ini yang aku benci saat aku harus memperjuangkan sesuatu. Harus ada yang dikorbankan dan mengorbankan. Jaquest orang yang baik diantara manusia-manusia di kota ini.
Kali ini mereka tidak memberitahu kami mengenai lantai berapa ruang pengaktifan itu berada. Akan tetapi, aku bahkan tidak berniat sama sekali untuk berlari mencarinya.
"Halo si gadis petarung" beberapa orang menghadang jalanku, saat aku hendak menuruni tangga menuju lantai 6. "Ups, aku salah, maksudku.. si gadis pembunuh" lanjutnya.
"Kau lagi" balasku pada pria yang kemarin menganggu Claire, "Aku mulai bosan memandang wajahmu".
"Kau belagu, bertingkah ingin melindungi siapapun,namun kau membunuh teman sekamarmu sendiri dengan tangan itu" sinisnya, "Mungkin kau belum bosan dengan wajah yang satu ini?" dari balik pria itu muncul seorang peserta yang mana meneriakiku ketika jasad Jaquest berada di bawah kakiku pagi tadi.
"Ya, dia pembunuh. Dan mungkinkah peringkat kita akan naik drastis jika kita berhasil membunuhnya?" ia mengeluarkan sebilah pisau daging dari balik tubuhnya. Aku tidak tahu darimana benda itu ia dapatkan.
"Jaquest adalah adik sepupuku" ucapnya dengan penekanan dalam setiap katanya. Aku bisa melihat amarah yang memuncak dari caranya menatapku.
"Tapi, kau bahkan tidak bersikap ramah padanya" heranku.
"Kami telah berjanji untuk tidak saling mengenal satu sama lain selama berada disini" jawabnya berjalan perlahan ke arahku dengan menodongkan pisau ke hadapanku. Aku mundur selangkah demi selangkah untuk menghindarinya.
"Aku minta maaf, sungguh itu di luar kendaliku" jawabku perlahan untuk menenangkannya.
"Namun, kau membunuhnya bahkan disaat ia belum mendapatkan kehidupan baru" ia tidak menghiraukan perkataanku, akan tetapi terus melanjutkan kalimatnya, meskipun ia tidak berhenti menatap mataku.
"Percayalah, tidak akan ada yang namanya kehidupan baru" ucapku pelan.
"Diam kau pembunuh!" ia mengarahkan pisau itu tepat pada perutku dengan gesit. Aku berhasil mengelak, namun ia tidak menyerah. Pria berkumis tipis ini terus menerus mengajakku berkelahi dengan sebilah pisaunya itu.
"Pegangi dia!" perintah pria bajingan yang pernah menganggu Claire kepada dua orang temannya.
Dua orang itu menurut dan berjalan mendekatiku. Sial, ini bukanlah perkelahian dengan presentase lolos yang besar. Aku berlari, kembali menaiki tangga secepat mungkin yang aku bisa lakukan. Mereka mengikutiku seolah tidak peduli dengan waktu kami yang hanya tersisa 13 menit untuk mencari ruang pengaktifan.
"Argh!" erangku. Aku bisa merasakan sesuatu merobek kaki bagian bawahku. Langkahku terhenti karena darah mulai mengalir dari besitan yang pria itu hasilkan.
"Kau tidak bisa pergi lagi, gadis pembunuh!" katanya dengan posisi yang siap untuk menghunuskan pisau itu ke perutku yang sedang terduduk.
"Tunggu" pria di belakangnya memegangi tangan yang siap mengakhiri nyawaku itu.
"Apa kau akan membelanya saat ini?!"
"Tidak, aku hanya memikirkan cara yang lebih baik untuknya" jawabnya sadis.
![](https://img.wattpad.com/cover/136264030-288-k405808.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Rejuvenate
Science Fiction#1 in Science Fiction 27/05/18 #1 in girlmeetsworld 19/08/19 #1 in Warriors 02/04/20 #2 in War 04/08/18 WAR OF THE CITY PART II "War of the city : Mission rejuvenate" My name is Wizzy Lailyrose I'm a Captain I'm the leader of White-Golden s...