Bab 23

352 91 12
                                    

   Steve mematikan mesin mobilnya dari kejauhan bahkan sebelum tikungan menuju gedung tua. Ia berjalan mengendap-ngendap tanpa sepengetahuan orang-orang yang keluar dari dalam mobil di depannya. Ia ingat betul bahwa ini adalah gedung dimana ia dan Wizzy bermalam saat hari pertama pemberontakan david karena gedung ini tidak berubah sama sekali dari saat sebelum mereka meninggalkannya saat itu. Mengapa orang-orang ini kemari?  bagian dalam gedung ini masih sama seperti dulu, pikirnya. 

   Steve bersembunyi di balik pintu lemari pendingin saat mereka hendak membuka ruangan yang terkunci. Ya, ruangan itu tempat Wizzy dan Steve mendapatkan senjata untuk pertama kalinya. Steve kembali mengendap hingga bersembunyi di balik dinding ruangan itu, guna lebih jelas mendengar apa yang mereka bicarakan. 

     "Kapan mereka akan menyuruh kita kembali kesana?" tanya salah seorang dari mereka. 

     "Entahlah, namun dia menyuruh kita untuk mempersiapkan beberapa hal sebelum kembali ke sana" jawab seorang yang lain. 

     "Malam ini kita harus menemui si pria culun yang bekerja dari bank. Kasihan sekali nasibnya, sudah tidak memiliki teman, akan tetapi, harus melakukan aksi bunuh diri" ketiganya tertawa seolah dengan menceritakan penderitaan orang lain membuat mereka merasa geli. Steve mengangguk paham, mereka pasti anak buah Nu de'klein yang akan menjalankan misi malam ini. Terlintas dibenaknya untuk menghubungi Nick.

     "Aku dengar kota ini mengirimkan seorang prajurit kesana" niatnya terhenti saat mendengar mereka kembali berbincang. 

     "Benarkah? bukannya setiap tahun selalu mengirimkan seorang agen mata-mata?"

     "Ya kau benar--mungkin sejak saat itu mereka mengubah regulasinya entahlah"

   Steve mengolah setiap kata yang diucapkan oleh ketiga orang dari balik dinding. Firasatnya mengatakan ini akan menjadi jawaban dari apa yang ia cari selama ini. Lalu prajurit ? seharusnya agen mata-mata? apakah yang mereka maksud itu---?

     "Tapi yang pasti kali ini, panitia disana  tidak akan membiarkan utusan mereka mati dengan mudah"  ketiganya tertawa cekikikan.

   Steve membelalak mendengarnya.  Ia tidak tahan lagi hanya berdiam disini tanpa berbuat apapun. 

   Steve mengambil pistol pribadi  yang  sedari tadi sudah  menempel di pinggangnya. Steve menembak langit-langit gedung sehingga mengeluarkan suara gaduh. Orang-orang di dalam ruangan itu berkeluaran dengan senjata mereka. 

     "Aku Sersan II Steve Palmer, kalian tertangkap basah" tegas Steve menodong ketiga orang di hadapannya. 

     "Kau si pahlawan itu ya, aku rasa orang-orang disini tidak salah menyebutmu tampan" balas satu diantara mereka. 

     "Tapi sepertinya akan lebih tampan dengan luka sayatan" timpal yang lainnya dengan sinis. Ia mengeluarkan sebuah pisau tangan dari dalam sepatunya. Tanpa aba-aba ia menyerang Steve untunglah ia bisa menghindar dan pisau itu menancap pada dinding di belakang Steve. 

   Steve memelintir tangan pria tersebut lalu mendorongnya hingga menjatuhkan dua orang lainnya. Pria yang bertubuh paling besar mengarahkan senapannya kepada Steve, dengan gesit Steve memegangi ujung senapannya sesaat sebelum peluru yang keluar mengenai kepalanya. Ia memutar ujung senapan ini ke seluruh ruangan hingga pelurunya habis. Steve melempar senapan, membuangnya ke luar jendela. 

   Tanpa ia duga, seorang yang lain mengunci lehernya dari belakang dan menariknya sampai membuat Steve sedikit kesulitan bernafas. 

   Pria besar yang ia buang senapannya, mengambil sebuah pistol tangan dari dalam ruangan lalu mengarahkannya tepat pada kepala Steve. 

Mission RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang