(18)

5.1K 716 71
                                        

"Gue gak boleh ya, kalau gak ikut turun?"

"Of course no"

Nana sudah tahu pasti Samudra akan menjawab dengan demikian tapi entah mengapa ia tetap ingin memastikan. Dan kini, yang bisa dia lakukan adalah mengatur pernapasan dan detak jantungnya.

"Tenang ya, kan ada aku"

Samudra menggenggam tangan Nana, menyalurkan kekuatan saat Nana masih sibuk dengan kegiatan menarik dan membuang napas.
Hari ini adalah ulang tahun Bunda, karena itu mereka memutuskan untuk membuat perayaan kecil-kecilan. Sayangnya dari sekian banyak tugas, Nana justru ditugaskan untuk belanja segala macam keperluan di super market dengan Samudra.

Percayalah ini bukan kebetulan, Nana berani bersumpah bahwa semua orang telah sengkokol untuk membuat dirinya dan Samudra melakukan acara belanja bersama.

Saat ini baru pukul 10 pagi, dan sepertinya super market yang dimasuki oleh Nana serta Samudra baru buka beberapa menit lalu. Hal tersebut cukup membuat Nana bisa bernapas sedikit lega, karena setidaknya belum banyak pengunjung yang datang. Jadi, yang harus ia lakukan adalah melakukan acara belanja ini dengan secepat mungkin, sehingga ia bisa segera meninggalkan 'neraka' ini.

Namun, panjangnya daftar belanja serta  Samudra yang tidak pernah belanja ternyata menjadi kombinasi yang dengan sukses menggagalkan rencana Nana untuk belanja cepat. Karena meskipun saat ini sudah 50 menit lamanya, tapi nyatanya masih ada saja daftar belanjaan yang belum terbeli.

"Daging-daging kayanya ada di ujung lorong sebelah sana deh Na" Mata Nana langsung mengikuti arah yang ditunjuk oleh Samudra. Ia sekali lagi menghela napas, kakinya pegal dipakai berdiri dan berjalan kesana sini.

"Gue tunggu disini aja ya"

"Bahaya Na. Kamu ikut aja ya, aku takut kamu kenapa-napa"

"Nggak papa lo kesana aja cepetan jangan lama-lama. Disini juga gak terlalu ramai kok jadi kayanya aman"

Nana meyakinkan Samudra untuk meninggalkannya sendiri. Ia sungguh lelah.
Meskipun sangat khawatir, namun akhirnya Samudra memutuskan untuk mengikuti keinginan Nana. Ia berusaha untuk pergi secepat mungkin, agar bisa segera kembali. Meskipun pada akhirnya ia sangat menyesali keputusannya.

Hanya beberapa waktu setelah Samudra pergi, ada 3 orang laki-laki yang menuju ke dekat rak sayur tempat Nana berdiri saat ini. Seketika Nana langsung didera gejala panik seperti biasa, tangannya sudah sangat dingin, dan berkeringat.

Pelan-pelan ia melangkah mundur sambil membawa troli belanjaannya, ia mencoba menenangkan diri agar tidak lepas kontrol.
Sialnya, saat Nana melakukan hal tersebut, ia justru menabrak seorang laki-laki bertubuh tinggi kekar yang dalam sekejap membuat Androphobianya kambuh.

Melihat Nana yang tiba-tiba terjatuh, menangis, panik dan ketakutan, membuat laki-laki yang baru saja ditabrak oleh Nana sponton berjongkok dan berusaha untuk menenangkan Nana. Tidak hanya dia, 3 laki-laki lainnya juga melakukan hal sama. Hal tersebut kian memperburuk keadaan, dan alhasil Nana menjerit ketakutan.

Samudra yang sudah dalam perjalanan kembali hendak menuju pada Nana langsung berlari kencang saat mendengar suara jeritan dan tangis Nana. Saat itu juga rasanya jantung Samudra hampir berhenti berdetak, lututnya lemas melihat keadaan Nana saat ini. Jika saja seorang ibu-ibu tidak berlari melewatinya untuk melihat apa yang terjadi, mungkin kini Samudra masih akan terpaku ditempatnya.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang