(31)

4.1K 619 46
                                    

Matahari dan udara pagi memang merupakan 1 perpaduan yang sangat baik untuk dinikmati oleh seorang pasien. Karena itu, Nana memutuskan untuk membawa Samudra berjalan-jalan ke taman rumah sakit. Hari ini adalah hari ke 4 Samudra dirawat, jika tidak ada keluhan lain, maka besok siang Sam akan diperbolehkan pulang. Karena sampai saat ini, satu-satunya hal yang masih dikeluhkan Sam hanya kepalanya yang sering nyeri, namun berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui tidak ada masalah serius, hanya terjadi cedera ringan di kepala Sam.

"Aku masih nggak nyangka" Sam tiba-tiba menggeser sedikit tubuhnya, kemudian memegang tangan Nana.

Nana hanya mengangkat 1 alisnya untuk merespon kalimat Samudra, "kamu beneran sembuh Na" Sambil tersenyum, Nana membalas genggaman tangan Sam, setelah mendengar kalimat barusan.

"Aku juga masih nggak nyangka. Apalagi setelah konsul sama dokter Dewi, dan beliau mengatakan kalau aku sembuh sepenuhnya. Semua kaya mimpi! Makasih ya Sam"

Nana memeluk Samudra untuk menyampaikan rasa terimakasihnya. Saat ini memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelukan bukan lagi hal asing bagi Nana dan Samudra. Nana, tidak lagi menyangkal bahwa pelukan Sam adalah hal paling nyaman yang pernah ia rasakan, dan ia sepertinya ingin selalu begitu.

Setelah acara peluk-pelukan pagi itu, mereka lanjut membahas seputar pekerjaan, karena Sam yang merasa khawatir pada kondisi butik Nana. Ia tahu bahwa dalam waktu dekat Jenggala Butik harus melakukan peluncuran produk baru, tapi setiap hari, Nana selalu datang ke Rumah Sakit untuk menemaninya.

"Tenang aja Sam, meskipun aku tiap hari kesini, aku masih tetap punya waktu buat ngurus butik kok" Ya, Nana tidak berdusta, karena setiap malam, setelah pulang dari Rumah Sakit, ia akan begadang hingga pagi untuk menyelesaikan urusan butik. Karena itu, jangan heran jika kini mata Nana tidak jauh beda dengan mata panda.

"Hmmm, tapi kayanya besok aku nggak bisa nemenin kamu keluar dari Rumah Sakit, soalnya besok ada rapat sama divisi marketing, buat persiapan peluncuran produk baru" Sam menunjukkan ekspresi sedikit murung

"Aku nggak janji, tapi aku usahain beres secepatnya. Semoga keburu"

"Janji?"

"Iya Sam, aku usahain"

"Thankyou" Sam tersenyum penuh kemenangan, membuat Nana gemas dan mengacak rambutnya. Jika tidak karena suara dering telpon Samudra mungkin saat ini mereka masih terus bertatap-tatapan, Sam dan Nana juga tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan, tapi mungkin orang yang sedang dimabuk cinta memang seperti ini (?)

"Kenapa lagi Ren?"

Meski Sam memilih untuk sedikit menjauh saat mengangkat panggilan tersebut, tapi Nana masih bisa dengan jelas mendengar ucapan Sam.

"Gue tahu gue salah. Gue minta maaf. Kejadian malam itu bener-bener diluar kendali" Samudra frustasi, karena lagi-lagi mengenang kejadian di malam ia kalut akibat kedatangan Dipta, dan sialnya ia justru bertemu dengan Irene.

"Bisa nggak lo nggak usah bahas masalah ini terus? Gue capek, gue tutup" Samudra terlihat sangat kesal saat mengakhiri pembicaraan dengan lawan bicaranya diseberang yang Nana duga itu adalah Irene Handayani. Membayangkan Irene entah mengapa Nana tidak bisa mencegah rasa kesal menguasai hatinya.

Sam menghela napas berat, sepertinya ada rasa marah, kesal, dan frustasi, yang bercampur jadi satu dalam dirinya. Saat ini, ia bahkan mendiamkan Nana, pikirannya entah menerawang apa.

"Jangan gini. Jelek" Nana menekan-nekan kerutan di dahi Samudra. Hal tersebut secara spontan langsung mengambil kembali atensi Samudra.

"Siapa yang nelpon barusan? Irene Handayani?"

"Iya"

"Kalian masih berhubungan? Masih-"

"Masih apa?" Samudra memotong, matanya dengan cepat menangkap ada ekspresi tidak biasa diwajah Nana.

"Masih pacaran?"

"Hahaha, kenapa? Cemburu?" Pertanyaan Samudra dengan cepat membuat mata Nana melotot. Untuk urusan yang satu ini, ia masih cukup gengsi mengakuinya.

"Tenang saja Na, aku nggak ada hubungan apapun sama Irene atau cewek-cewek lainnya"

"Bohong"

"Beneran"

"Coba saja sekarang kamu buka google, terus masukin keyword nama kamu sama Irene Handayani, semua artikel dan gambar melihatkan bahwa kalian adalah pasangan serasi abad ini!" sangat jelas sekali bahwa Nana kini sedang kesal.

"Jadi, kamu lebih percaya google ketimbang aku?"

"Emangnya kamu punya bukti?"

"Cinta dan kasih sayang aku buat kamu emangnya belum cukup digunakan sebagai bukti?" Jantung Nana kembali berdebar cepat, wajahnya lagi-lagi memanas. Untuk urusan seperti ini, Samudra memang yang paling jago, bahkan Nana sudah tidak bisa menghitung berapa kali ia dibuat berdebar tidak karuan oleh Sam seperti ini.

"Na, percaya sama aku, nggak satu pun dari mereka adalah perempuan spesial, kecuali kamu. Aku akui, dulu aku memang playboy, suka tebar-tebar pesona, dan gonta-ganti gandengan. Tapi, aku nggak pernah benar-benar suka sama mereka, itulah kenapa aku cuma deket sama mereka tapi nggak pernah pacaran" Samudra panjang lebar memberikan penjelasan, berusaha membuat Nana yakin pada dirinya. Fakta bahwa ia adalah pria brengsek memang tidak bisa disembunyikan, namun ia juga ingin Nana melihat bahwa satu-satunya gadis yang ia ingin seriusi hanya Nana seorang, tidak Irene ataupun yang lainnya.

"Kaya aku ya? Dideketin doang tapi nggak dikasih status pacar?" Kalimat spontan Nana jelah membuat Sam terperanjat. Ia tidak pernah menduga kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Nana. Apa ini artinya Nana sudah 100% membuka hatinya? Nana sudah sepenuhnya menerima cintanya? Benarkah?

'Apa gue bikin pengakuan resmi sekarang?'

'Ah nggak boleh, nggak. Perjuangan gue buat dapetin Nana sangat panjang, dan beliku-liku, sangat nggak pantas kalau acara nembaknya gue lakukan di taman rumah sakit kaya gini, dengan keadaan gue yang pakai stelan baju pasien. Big no, ini sama sekali nggak berkelas. Gue akan buat pengakuannya besok lusa, setelah gue sepenuhnya pulih. Setidaknya gue harus pakai tuksedo, dan bawa sebuket besar bunga mawar merah, atau lily pink kaya waktu kencan terakhir kali kan?'

Samudra berdiskusi dengan dirinya sendiri di dalam hati. Ia sangat bahagia, tapi ia sadar ini bukan waktu yang tepat. Momen terbaik dalam hidupnya harus dilakukan dengan cara paling baik dan penuh kesan.

"Tungguin" Samudra berbisik pelan ditelinga Nana, sambil sekali lagi memeluk gadis tersebut dengan sangat erat. Ah rasanya, Sam hampir tidak bisa menahan dirinya.

Sedangkan kondisi hati Nana kini tidak jauh berbeda, ia juga sedang berbunga-bunga, tidak sabar menantikan momen permintaan yang akan dilakukan oleh Sam secara resmi.

BERSAMBUNG

Setidaknya Bang Sam nggak akan kaya Mas Gerald yang melakukan acara nembak di kamar mandi wkwk

Mau doble up gak? Kalo mau pencet bintang dulu dong haha

Thanksluv
Nona ❤

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang