(3)

7.7K 956 40
                                    

Savana tengah duduk di sofa panjang ruangan CEO managemennya, dan kini ia tengah dalam keadaan amat kesal. Buruknya hubungan yang ia miliki dengan Elvano sungguh memengaruhi moddnya akhir-akhir ini.

Sedangkan CEO dan Manager gadis tersebut kini tengah pusing tujuh keliling karena harus mati-matian membujuk Savana untuk memilih gaun lain yang nantinya akan dikenakan gadis tersebut pada acara penghargaan minggu depan.

"Va, gaun yang ini cantik juga lho"

Lala menunjukkan sebuah poto gaun dari tablet yang ia pegang.

"Enggak! Pokoknya gue mau gaun merah item yang tadi. Titik!"

Savana masih kukuh pada pendiriannya.

"Va, ini rancangan desainer Irene Handayani lho"

"Apalagi rancangan dia, makin ogah gue. Itu cewek ganjen mulu sama kakak gue. Pokoknya gue mau gaun yang tadi, gak peduli brand nya terkenal apa nggak!"

Jimy-CEO Star Managemen yang menaungi Sava, menarik napas. Ia tahu bahwa aktrisnya yang satu ini memang sungguh sulit ditangani. Namun, Savana adalah salah satu super star yang harus mereka jaga baik-baik, sehingga apapun keinginanya pihak managemen harus menurutinya.

"Yasudah begini saja. Lala, kamu coba datang langsung ke butik brand tersebut, mana tahu mereka masih ada stok tersisa di tokonya. Kamu bilang saja, bahwa gaun ini akan dipakai Sava di acara penghargaan, sepertinya mustahil juga kalau mereka menolak"

Jimmy memberikan usul. Yang langsung disetujui oleh manajer Lala.

***

"Maaf mbak gaun ini sudah tidak tersedia"

Salah satu staff butik Jenggala, mengatakan hal tersebut dengan tegas.

"Ini gaunnya akan dipakai oleh Savana Aradhana lho Mbak"

Sava melepaskan kaca mata hitamnya dengan cara paling elegan yang bisa ia lakukan.

Staff yang tengah melayani mereka sempat menunjukkan ekspresi terkejut, namun demikian ia kembali tenang dan menjawab dengan mantap "Maaf Mbak, gaun ini limited edition. Jadi kami benar-benar tidak memiliki stok lain"

Sepertinya, dugaan CEO Star Managemen salah total.

Savana membuang napas kesal, ingin rasanya ia mengamuk, namun ia cukup tahu diri dimana ia berada saat ini. Ia tidak mungkin merusak citranya hanya karena hal konyol macam ini.

"Hmmm, mungkin Mbak Savana bisa melihat beberapa pilihan gaun yang masih ada. Jika berkenan mari saya antarkan"

Savana tidak menjawab, ia hanya menghujani Lala dengan tatapan penuh perintah. Lala jelas mengerti apa maksud tatapan itu.

"Maaf Mbak, Savana sepertinya sudah sangat menyukai gaun itu. Jadi, apa tidak bisa jika dibuatkan satu lagi. Ini nanti gaunnya akan digunakan di acara penghargaan film Super Star lho"

"Maaf Mbak, nggak bisa, gaun kami benar-benar sangat-"

"Andin, ada masalah?"

Nana turun ke toko karena beberapa waktu lalu saat ia tengah melakukan diskusi di lantai dua, ia justru mendengar suara ribut-ribut.

"Elo?!"

Belum sempat Andin menjawab pertanyaan Nana, Savana sudah buru-buru mengeluarkan suara. Semua orang jelas kaget, apalagi cara Sava menyapa Nana terdengar sangat tidak bersahabat.

"Oh, hai calon kakak ipar"

Nana melambaikan tangan, tersenyum, dan langsung menghampiri Savana. Sedangkan Savana yang mendapatkan sapaan demikian justru nampak bingung.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang