Nana tengah duduk di kamarnya, sambil memegang hanphone canggih yang kini menampilkan adegan action yang Nana sendiri lupa apa judul filmnya. Tadi ia hanya memilih film secara random dan sebenarnya tidak benar-benar ingin menontonya. Sedari sore, suasana hati Nana berubah jadi mellow, ia sibuk pada pikirannya yang melalangbuana, membayangkan bagaimana rasanya kembali duduk di kursi bioskop, dan menyaksikan layar besar. Ah, Nana sungguh merindukan suasana itu.
Kapan gue bisa bebas seperti dulu? Kapan gue normal?
Dengan kasar Nana melemparkan ponsel yang tadi ia pegang ke atas kasur, lalu telentang dan menangkup wajahnya dengan bantal. Ia tidak ingin suara tangisannya terdengar oleh Mama atau Papanya. Ya, Nana tiba-tiba tidak sanggup menghalau air mata yang merembes begitu saja, ada rasa sesak luar biasa yang tiba-tiba hinggap di dadanya. Mungkin hormon menstruasi juga menjadi salah satu penyebab mengapa dirinya sangat sensitif.
Tok Tok Tok
Nana buru-buru membuka bantal dari wajahnya, dan langsung menghapus air matanya menggunakan tangan saat mendengar pintu kamarnya ada yang mengetuk.
Tok Tok Tok "Na, turun dulu yuk makan malem"
Mama Nana kembali bersuara karena pada ketukan dan panggilan pertama, putrinya tidak memberikan jawaban. Beliau tidak tahu bahwa saat ini Nana sudah berada di kamar mandi kamarnya, mencuci muka, dan berdehem-dehem mencoba menormalkan suara, agar tidak terdengar seperti orang yang habis menangis.
"Na, lagi apa? Mandi?"
Mama Nana menerobos masuk dalam kamar anak gadisnya.
Tidak berapa lama, sosok Nana keluar, masih dengan wajah basah penuh air, ia berharap dengan keadaan ini, dirinya dapat menutupi bekas tangisannya. Padahal, tanpa Nana ketahui usahanya itu sia-sia, karena Mamanya sadar dengan betul bahwa putrinya baru saja menangis, Nana tidak pernah pandai menutupi bekas tangisannya, atau menutupi ekspresi.
Tidak ingin membahas hal menyedihkan, Mama Nana memilih mengajak putrinya untuk turun. Ia tidak sabar ingin menunjukkan sesuatu yang luar biasa, dan ia jamin pasti akan sangat disukai oleh Nana.
"Kok malah jalan ke depan sih Ma? Kan mau makan?"
Nana protes, namun tidak dihiraukan oleh Mamanya. Dan beberapa detik kemudian, ia terperangah sekaligus takjub dengan pemandangan yang ada di taman depan rumahnya"
"SURPRISE!!"
Saking kagetnya Nana sampai menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia sama sekali tidak menduga hal yang ia lihat saat ini.
Pemandangan yang ada di depannya adalah Samudra, Elvano, Savana, Bunda, Ayah, dan Papanya yang tengah berdiri rapi, sambil memegang sesuatu yang Nana yakini adalah popcorn. Kemudian di belakang mereka ada lampu-lampu berwarna warmwhite yang di decor sedemikian rupa sehingga terlihat sangat cantik. Selain itu ada pula hamparan karpet yang sangat aesthetic lengkap dengan bantal-batal, dan empat tenda kecil yang menurut Nana tiap tendanya hanya akan muat untuk 2 orang saja.
Tidak hanya itu, satu hal lain yang saat ini membuat Nana sangat takjub adalah, ada layar proyektor besar disana, yang sepertinya siap digunakan untuk memutar film.
Apa mereka sungguh menyiapkan semua ini? Bagaimana mereka bisa tahu?
Nana masih tergkagum-kagum dalam hati
"Samudra yang siapin ini semua"
Mama Nana berbisik, sambil menuntunnya untuk mendekat pada yang lain. Di detik ia mendengar pernyataan dari Mamanya barusan, Nana merasa benar-benar kaget, ia tidak mengira bahwa Samudra sepeka ini terhadap dirinya. Kini ia bertanya-tanya kapan laki-laki tersebut melakukan semua persiapan ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
ChickLitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...