(33)

4.2K 560 79
                                    

Meskipun dalam keadaan kepala masih diperban dan tubuh yang masih lemas, Samudra nekat mendatangi rumah Nana, setelah beberapa waktu lalu Elvano menelponnya, mengatakan bahwa orang yang bertanggung atas trauma Nana, datang kembali. Saat ini isi kepala Sam dipenuhi dengan rasa khawatir, ia takut Nana kenapa-napa.

"Astaga Elvanoooo!" Savana yang datang bersama Sam kaget bukan main saat melihat Elvano menghajar seorang laki-laki dihadapannya dengan membabi buta. Ya, Elvano kini memang sedang gelap mata, beberapa waktu lalu saat ia baru pulang dari acara dinas luar kota, orang pertama yang ia lihat berdiri di depan pintu rumah Nana adalah Rangga, manusia paling ia benci seumur hidup. Manusia yang membuat Elvano bahkan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, karena sore itu, 3 tahun lalu, dirinya sendiri yang mengantar Nana ke rumah Rangga, tanpa ia tahu sama sekali bahwa saat itu ia telah mengantar Nana ke jurang kesengsaraan.

"Udah El, udah" dengan keadaan panik Sava mencoba memeluk Elvano, menghalangi laki-laki tersebut agar tidak melanjutkan acara pemukulan yang ia lakukan. Bukannya apa-apa, Sava takut Elvano akan terkena masalah jika melanjutkan aksinya. Sava takut Elvano benar-benar membunuh laki-laki yang Sava duga adalah pelaku pelecehan Nana.

Saat ini memang tidak ada yang bisa meragukan bahwa Elvano sungguh mampu membunuh Rangga. Tatapan mata Elvano penuh kebencian, kepalan tangannya menunjukkan bahwa ia ingin sekali melenyapkan laki-laki dihadapannya.

"Manusia brengsek macam dia, lebih dari layak untuk mati Va!!!!" Elvano berteriak kencang sambil menunjuk-nunjuk Rangga yang kini sudah terkapar, dengan keadaan ujung bibir pecah, dan memar di dimana-mana. Pemandangan ini memaksa Elvano membuka kembali kenangan kelam 3 tahun lalu, saat ia dengan brutal menghajar Rangga di kantor polisi. Saat itu kebenciannya terhadap Rangga jauh lebih besar dari sekarang, Bagaimana tidak? Ketika itu mata Elvano, melihat gadis kesayangannya-Narana Jenggala duduk di pojok kator polisi dalam keadaan tidak karuan, dan hanya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Elvano sama sekali tidak sanggup melihat keadaan Nana yang demikian. Beruntung polisi dan papa Nana menenangkannya, jika tidak, mungkin 3 tahun lalu sudah menjadi hari terakhir Rangga hidup.

Disisi lain, kini Sam mengepalkan tangannya kuat-kuat, sekuat tenaga menahan diri untuk tidak ikut terbawa emosi yang tanpa mampu ia cegah menyusupi tubuhnya. Selama ini ia adalah orang yang membantu Nana melewati seluruh ketakutan menghadapi dunia, ia tahu betul betapa Nana tersiksa dengan keadaannya. Dan hari ini, ia melihat langsung seseorang yang paling pantas bertanggung jawab atas semua penderitaan Nana, tidak mungkin tidak ada keinginan dalam hati Sam untuk ikut menghajar Rangga. Tapi melihat keadaan Rangga yang sudah demikian, membuat Sam mengurungkan niat, saat ini ia harus bisa mempertahankan kewarasannya agar tidak kian memperunyam keadaan.

"Nana mana?" Sam mendekat dan memegang bahu El, saat beberapa waktu lalu ia mencari-cari Nana namun sosoknya tidak juga berhasil ia lihat.

"Dibawa ke tempat praktek Dokter Dewi sama Bang Dipta" Sam mengangguk, ia hendak pergi sendiri, sampai kemudian Elvano dan Sava ikut menyusul. Tentunya setelah Elvano kembali mengusir Rangga dengan kalimat super menohok "Musnah lo dari muka bumi ini. Laki-laki brengsek macam lo, nggak sedikitpun pantes hidup, bahkan jika alasan lo bertahan hidup hanya sekedar untuk dapetin pengampunan dari kami yang udah lo ancurin" kali ini Elvano tidak mengucapkan kalimat tersebut dengan berteriak—teriak. Nadanya rendah, namun penuh penekanan.

***

"Bang-" Sam menghentikan langkahnya seketika, saat Nana tiba—tiba nampak ketakutan karena ia dikati. Kini Nana bahkan menangis dipelukan Dipta. Semua orang di ruangan tersebut saling pandang, mulanya Dokter Dewi mengira keadaan Nana baik-baik saja, karena sedari tadi gadis tersebut tidak menunjukkan gejala phobia saat didekat Dipta.

"Na, ini Abang" kali ini Elvano yang mencoba melangkah maju mendekati Nana. Dan rupanya respon Nana sama saja. Elvano dan Sam langsung lemas seketika. Androphobia Nana kambuh.

Beberapa saat setelahnya Dokter Dewi langsung melakukan pemeriksaan terhadap Nana. Dan kini ia tahu bahwa Nana kembali pada kondisi semula, seperti 3 tahun lalu. Hanya saja, kini ada sosok Dipta yang bisa ia jadikan pegangan.

"Ini parah El, dia kembali pada kondisinya di 3 tahun lalu"

"Dok, serius dong" Elvano nampak putus asa

Dokter Dewi mengangguk serius "Kondisinya sama persisi, bahkan tadi waktu saya tunjukin foto-foto laki-laki melalui handphone, gejalanya langsung kambuh. Satu-satunya yang bikin beda ada satu sosok laki-laki yang tidak Nana takuti. Dipta" Kali ini Dokter Dewi menatap Sam yang sudah menunduk.

"Tapi kenapa?"

"Pukulan mental Nana kali ini lumayan kenceng El, apalagi momen waktunya juga sama persis dengan 3 tahun lalu, menjelang Maghrib. Karena Dipta ada di tempat dan waktu yang tepat, alam bawah sadar Nana secara otomatis menganggap Dipta bukan sosok berbahaya, sebaliknya, Nana menganggap Dipta adalah orang yang selalu bisa ngasih dia keamanan"

Elvano dan Sam sama-sama terdiam.

"Apa ada cara untuk bisa balikin Nana ke kondisi semula?"

"Jelas ada, tapi kita nggak tahu apakah cara itu akan efektif apa nggak. Kita akan mulai semua teraphy Nana mulai dari 0 lagi, seperti 3 tahun lalu. Karena Nana sudah pernah sembuh, harapannya adalah proses kali ini nggak harus makan waktu selama sebelumnya"

Helaan napas Samudra terdengar frustasi, semua orang tahu bahwa Samudra kecewa. Seluruh usaha dan upaya yang ia lakukan luluh lantak dalam hitungan menit. Sam menangkup wajahnya sambil menunduk, pikirannya kemana-mana, dan penuh sesal 'kenapa harus kaya gini lagi sih Na? Bukannya kemarin kamu sudah minta hubungan kita bisa jadi lebih jelas?' 'kenapa harus Dipta Na? Kenapa yang saat itu ada bukan aku? kenapa Na?'

"Kita coba lagi bareng-bareng" Elvano memegang pundak Sam yang kini masih menunduk dan sibuk bermonolog degan dirinya sendiri.

***

Hidup seorang Samudra Ardahana jungkir balik dalam satu hari. Semua hal yang sebelumnya normal dan baik-baik saja kini mendadak berantakan. Rencana indah meminta cinta Nana secara resmi yang telah ia susun matang kini gagal terealisasi, ia bahkan dipaksa menjauhi Nana atas saran dokter Dewi, karena dari semua orang, tidak tahu mengapa Nana menunjukkan gejala paling parah tiap kali didekati oleh Sam.

"Sam, hari ini kamu jadi anterin ke dokter kandungan kan?"

Sam memijit pelipis saat mendapatkan pertanyaan tersebut dari Irene yang tengah menelponnya.

"Iya jadi. Janji temu sama dokternya jam 3 sore ini kan?"

Irene yang ada diseberang terdengar senang setelah mendengar jawaban Samudra "Asiik, makasih Sam sudah lauangin waktu kamu. Iya janji temunya jam 3. Kamu jemput aku, atau ketemu di RS?"

"Nanti gue jemput"

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Sam langsung menutup panggilan.

"Ya, Tuhan, kenapa masalah gue bertubi-tubi banget? 1 masalah belum selesai, ini sudah ada masalah lainnya"

BERSAMBUNG

Jadi gimana? Tetap #teamsamnana atau beralih haluan jadi #teamdiptanana? Wkwk

Bintangnya jangan lupa kakak

Thanksluv
Nona

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang