(23)

4.5K 870 80
                                    

(Nggak pencet bintang, dosa! Wkwk gak aku maafkan 😅)

...

Nana terpaku di tempatnya, bahkan matanya kini berkaca-kaca, karena memang takjub hamparan puncak yang ada di hadapannya. Setelah menghabiskan waktu pendakian selama kurang lebih 5 jam lamanya, akhirnya Nana dan Sam sampai ke puncak.

"Welcome to puncak Sulibra, Narana Jenggala" Samudra mengatakan kalimat tersebut sambil menggenggam kuat tangan Nana. Nana kehabisan kata-kata, ia sungguh bangga pada dirinya sendiri. Boleh dibilang bahwa ini adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidup seorang Nana. Larut dalam perasaan haru, bahagia, dan bangganya, Nana spontan memeluk Samudra, memeluk laki-laki yang sudah membuatnya berani melangkah sejauh ini, mengalahkan segala macam ketakutan, rintangan, dan kesulitan.

Perjalanan mendaki puncak memang tidak pernah mudah, tidak satu kalipun. Selalu ada rintangan dan tantangan besar yang mau tidak mau harus dihadapi dan di taklukan. Terlebih untuk seseorang seperti Nana. Menghadapi Androphobia, menghadapi kaki kesleo karena kurangnya persiapan fisik, dan banyak lagi tantangan lainnya, yang membuat Nana dan Sam sedikit lebih terlambat mencapai puncak, karena pada umumnya waktu daki untuk mencapai puncak Sulibra Artapela hanya selama 3 jam saja.

Tapi tidak apa-apa, setiap orang memiliki prosesnya masing-masing untuk mencapai puncak. Yang terpenting adalah, mereka menikmati setiap proses jatuh bangun tersebut, dan tidak menyerah, hingga akhirnya sampai pada puncak tujuan mereka.

Nana kini tidak bisa lagi menahan air matanya "Aku seneng banget Sam" tutur gadis tersebut dengan suara setengah parau.

Sam tersenyum. Melepaskan Nana dari pelukannya, lalu menggunakan dua telapak tangannya yang besar untuk membingkai wajah gadis tersebut, menyeka air mata Nana menggunakan dua ibu jarinya. "Im trully proud of you Na"

"Makasih" Nana sekali lagi menenggelamkan diri dalam pelukan Samudra. Tidak, kali ini Nana tidak melakukan hal tersebut tanpa sadar. Ia sedang sepenuh-penuhnya sadar. Tapi tidak apa, biarkan dia melakukan hal ini sekali saja. Ia ingin jujur pada perasaanya, tak menyangkal apapun lagi, setidaknya hanya untuk kali ini.

Meski mungkin, Nana tidak sepenuhnya paham bahwa apa yang dilakukannya memberikan dampak luar biasa besar pada Samudra. Tidak ada yang bisa membendung perasaan Samudra, kini bahkan harapannya kian besar. Ia yakin, cepat atau lambat, Nana akan menerima cintanya. Pasti.

***

Acara peluk-pelukan Sam dan Nana berakhir, ketika seorang pasangan suami istri yang baru saja sampai puncak memberikan sindiran untuk mereka "Anak muda jaman sekarang ya Pa, suka nggak ngerti tempat deh kalau mesra-mesraan" begitu kira-kira yang di dengar oleh Sam dan Nana saat itu.

Dan kini Nana sedang membaringkan tubuh di dalam tenda, badannya terasa sangat lelah. Tadinya setelah sampai di puncak, ia kira, ia bisa langsung istirahat. Namun ternyata, dugaanya salah besar. Ia masih harus membantu Samudra memasang tenda, dan merapikan barang ini itu. Sebenarnya Samudra menolak bantuan dari Nana dan menyuruh gadis tersebut untuk duduk saja di bawah pohon, namun Nana menolak.

"Na, sudah belum ganti bajunya?"

Samudra berteriak dari luar tenda, karena Nana yang sedari 20 menit lalu, pamit mau ganti baju, belum juga keluar dari tenda.

"Bentar lagi Sam" Nana menyahut. Ia hampir lupa bahwa tujuan awalnya masuk tenda adalah untuk ganti baju, bukan tiduran seperti yang ia lakukan sejak 20 menit lalu.

Saat Nana telah menyelesaikan kegiatannya, ia buru-buru keluar tenda, takut Sam juga ingin melakukan hal yang sama dengannya. Tapi, ketika ia membuka resleting pintu tenda, yang ia lihat adalah, Sam sedang duduk di depan kompor mini, sambil mengaduk-aduk sesuatu.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang