(32)

4.4K 633 101
                                    

(Karena aku cantik dan baik, jadi aku kasih doble up deh buat sobat-sobatku yang setia baca karya ku ini wkwk. Tapi, awas aja kalo gak pencet bintang ya!)

♡♡♡

Nana berlari kecil, setelah ia turun dari taksi. Tadi pagi ia mencoba untuk menyelesaikan rapat secepat yang ia bisa, berharap masih sempat mengantar Samudra pulang. Ia sudah mencoba menelpon dan mengirim pesan pada Sam, namun tidak diangkat dan tidak dibalas.

'Mungkin ponselnya sedang di cas?' begitu pikir Nana. Selain itu, Sava sedang ada pemotretan dan Elvano kini sedang dinas luar kota, jelas mereka berdua tidak tahu apakah Sam sudah keluar dari rumah sakit atau belum.

Tidak ingin membuang waktu untuk bertanya-tanya, Nana memilih langsung datang ke rumah sakit, untuk memastikan sendiri apakah Sam masih ada disana atau tidak. Dan kini, tiba-tiba langkah cepat Nana mendadak berhenti ketika ia melihat pemandangan mencengangkan di dalam kamar inap Samudra. Ya, Nana sedang melihat Samudra berciuman dengan seorang gadis.

Tubuh Nana kaku, seluruh indranya menolak bekerja. Ia blank tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Hingga beberapa detik lamanya, akhirnya ia berhasil mengambil beberapa langkah mundur.

"Irene, gila lo ya?!" Nana mendengar Samudra berteriak dengan suara yang cukup keras.

"Iya, aku gila Sam! Aku gila gara-gara kamu!" Iren membalas teriakan Sam dengan tidak kalah kencang, hanya saja bedanya, suara Iren terdengar parau karena diselingi isak tangis. Nana tidak mengerti apa yang terjadi, tapi ia tahu kehadirannya kini sedang tidak dibutuhkan, karena itu ia memilih mulai melangkah pergi. Ia sadar, hatinya yang sakit jauh lebih butuh ditenangkan.

Besok atau lusa saja, ia beranikan diri untuk menghadapi Samudra, untuk meminta penjelasan atas apa yang terjadi, karena bagaimanapun, ia tidak bisa menyalahkan Sam dengan sepihak.

"AKU HAMIL SAM, AKU HAMIIIL!!" Teriakan histeris Irene seketika menghentikan langkah kaki Nana. Dengan spontan Nana membalikan badan, melangkah ke dekat pintu. Tapi rupanya, keputusan Nana kali ini adalah kesalahan besar. Karena lagi-lagi ia hanya melukai hatinya sendiri. Bagimana tidak, ia kini sedang melihat Samudra memeluk dan menenangkan Irene yang masih histeris. Meski sekilas Nana bisa melihat bahwa Sam kini juga dalam keadaan syok.

"Tenang Ren tenang. Kita hadapi ini bareng-bareng ya" Kalimat Samudra adalah sambaran petir yang mengenai kepala dan jantung Nana. Nana tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya, kepalanya pusing, jantungnya lagi-lagi berdebar hebat. Dengan segala kekuatan yang masih tersisa, ia mencoba untuk meninggalkan rumah sakit secepat yang ia bisa.

Ya, Nana tahu, bahwa selama ini dirinya terlalu naif, ia terlalu percaya bahwa pangeran berkuda putih seperti Samudra bukan dongeng. Ia terlalu percaya bahwa super hero memang benar ada di dunia ini. Ia salah. Ia lupa bahwa Samudra adalah seorang playboy yang bisa dengan mudah menjerat gadis manapun yang ia inginkan. Dan sialnya, kini Nana sudah masuk dalam perangkap tersebut.

Nana seharusnya ingat bahwa seluruh dunia tahu, pasangan Samudra yang sesungguhnya adalah Irene Handayani, bukan dirinya. Selama ini mungkin Sam hanya sedang bisa, karena itu Sam mendekati dirinya.

Dengan hati penuh tikaman, dengan air mata yang masih tidak bisa dihentikan, Nana memutuskan untuk meninggalkan Samudra. Tidak hanya untuk siang ini, namun mungkin selamanya. Baginya, kesalahan Sam terlalu fatal.

***

Dibawah guyuran shower, Nana masih terus menangis, ia duduk tersimpuh, Otaknya kembali memutar seluruh kenangannya bersama Samudra. Masa-masa indah, konyol, menyebalkan, dan ternyata sangat menyakitkan saat kini ia kenang.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang