(36) "FINAL CHAPTER"

13K 970 152
                                    

Sam masih berdiam diri di sofa, ia mencoba mengabaikan semua kalimat Sava beberapa waktu lalu, meskipun itu sulit. Hal tersebut terbukti dari tangan Sam yang memegang stik PS namun pikirannya yang terus menjelajah kesana-sini, memutar semua kenangan indahnya bersama Nana.

Jujur, dalam hati, Samudra ingin sekali mengikuti saran Savana untuk sekali lagi mendatangi Nana. Namun, kejadian di pertemuan terakhir dirinya dan Nana lagi-lagi membuatnya enggan. Ia masih ingat betul betapa Nana menatapnya dengan penuh rasa takut, bahkan dengan penuh permohonan memintanya untuk pergi.

"Masih main game aja. Beneran nggak mau datengin Nana?" Sava yang kini sudah rapi, sekali lagi menghampiri kakaknya yang keras kepala.

Samudra tidak sedikitpun memperdulikan Sava. Fokusnya masih tertuju pada layar besar yang ada di hadapannya.

"Kak, kata orang, cinta itu perlu diperjuangkan. Saling meninggalkan bukan aturan cinta, jadi, sudah jelas bahwa melarikan diri bukan solusi untuk setiap permasalahan dalam percintaan"

Kali ini Sam melepaskan stik PS, ia menatap Sava yang masih berdiri "Gue nggak melarikan diri. Gue dipaksa pergi, diusir!"

"Dan Kakak beneran pergi? Tanpa mau menoleh lagi buat sekedar memastikan apakah usiran yang Kakak bilang itu adalah usiran yang sebenarnya atau hanya pelampiasan dari rasa emosi?"

Samudra terdiam

"Ya udahlah, pada nyatanya, berjuang memang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar mencintai. Setelah hari ini berlalu, jangan menyesali keputusan apapun yang lo ambil Kak. Bye, gue berangkat"

Sava melangkah pergi meninggalkan Samudra yang saat ini berperang dengan batin dan logikanya. Perasaanya memaksa untuk mengikuti saran Sava, tapi logikanya mencegah untuk melakukan hal konyol itu. Bagaimana jika keegoisannya mengacukan segalanya?

"Ah persetan, setidaknya gue harus mencoba untuk terakhir kalinya" dengan langkah terburu-buru, Sam menaiki anak tangga, menuju kamarnya untuk mengganti kaos polo yang ia kenakan dengan kemeja agar sedikit lebih rapi. Dengan gerakan cepat pula Sam menyambar kunci mobil di atas nakas.

***

Jantung Sam mulai berdebar lebih cepat dari ritme normal, saat untuk pertama kalinya lagi ia menginjak halaman rumah Nana. Bisa Sam lihat bahwa saat ini keadaan rumah Nana memang terlihat ramai, banyak orang berlalu lalang, semua tampak sibuk.

Lagi-lagi rasa ragu menyelimuti Samudra. Ia tidak percaya diri untuk sekedar menghadapi kenyataan yang akan datang. Pikiran-pikiran buruk mulai merasukinya, hal tersebut akhrinya membuat Sam kembali melangkah mundur, putar balik meninggalkan halaman rumah Nana.

"SAM?" Sam tahu itu suara siapa, Sam sangat tahu. Itu suara Narana Jenggala, suara yang sangat Sam rindukan. Hanya mendengar suara Nana saja, membuat jantung Sam kini memompa jauh lebih cepat. Ada perasaan senang namun juga gundah yang hadir secara bersamaan.

Dengan pelan dan penuh ragu-ragu Sam membalikan badannya, dan ketika tubuhnya telah sempurna berbalik, kini matanya lurus menatap Nana. Nana yang dimatanya terlihat lebih dari cantik. Nana sedang mengenakan kebaya cream, dengan dipadukan rok mekar berwarna hitam dan heels hitam. Rambut lurus Nana dibiarkan terurai, hal itu jelas menambah kecantikannya. Jika Sam sedang tidak waras, dan tidak memahami situasi, mungkin kini ia telah berlari ke arah gadis tersebut dan memeluknya erat-erat, menyampaikan seluruh rindu yang rasanya tak kuat lagi ia tanggung.

Mata Sam mulai berkaca-kaca saat ia melihat Nana pelan-pelan berjalan ke arahnya.

"Na"

"Hello Stupid" Mata Samudra membesar, ia kira ia tidak akan pernah lagi mendengar Nana memanggilnya dengan panggilan tersebut.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang