(2)

8.4K 1K 28
                                    

(Karena aku baik, jadi aku kasih doble up wkwk)


Saat ini sudah pukul 22:33, di malam selarut ini seharusnya semua orang telah beristirahat, tapi tidak dengan keluarga Nana, dan Elvano.

Elvano saat ini tengah duduk menggunakan lututnya di atas lantai, ujung bibir Elvano berdarah, bukti bahwa satu pukulan yang diberikan oleh Ayahnya beberapa saat lalu memang cukup keras.

"Gila kamu El!"

Sekali lagi lelaki yang berdiri di depan Elvano berteriak membentak anak semata wayangnya tersebut. Rangga-Papa Nana mencoba menenangkan Aryo-Ayah Elvano yang merupakan sahabat karibnya itu. Bukan, bukannya Rangga tidak kecewa pada Elvano, ia sungguh sangat kecewa. Bayangkan saja tadi tiba-tiba mereka mendapat telepon dari nomor Nana, tapi ternyata penelpon tersebut adalah seorang wanita yang mengaku menemukan Nana pingsan di halaman rumah keluarga Aradhana. Tapi memukuli Elvano jelas tidak ada gunanya, tidak akan membuat semua keadaan kembali seperti semula.

Disisi lain, Rangga paham betul bahwa Putrinya sangat menentang kekerasan. Nana, meski dia tidak terlihat lembut, tapi kekerasan adalah dosa baginya. Karena itu apapun yang terjadi, kedua keluarga ini, hampir tidak pernah menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Jangankan menggunakan tangan, saling membentak satu sama lain saja, bahkan hampir tidak pernah.

"Kamu tahu El, kamu hampir bunuh adik kamu!!!!"

Ini adalah teriakan kesekian dari Ayah Elvano.

"Cukup Aryo"

Mama Nana yang baru kembali dari kamar Nana, bersama Ningrum-Bunda Elvano, memberikan perintah.

"Tidak ada gunanya kamu memukuli El, lagian bisa jadi Nana justru sedih jika melihat Abang tersayangnya babak belur karena ulah Ayahnya sendiri. Bagaimanapun, aku yakin El tidak mungkin sengaja lalai pada Nana. Kita semua tahu, tahu bahwa rasa sayang El pada Nana tidak layak diragukan"

Mama Nana membantu anak laki-laki yang telah ia anggap sebagai putra kandungnya tersebut berdiri dari posisinya.

"Ma aku salah. Aku gak nepatin janji buat jagain Nana"

Akhirnya tangis Elvano pecah. Mama Nana tidak banyak bicara, beliau hanya membawa Elvano kedalam pelukannya berusaha menenangkan.

Tadi, Papa Nana dan Ayah Elvano langsung membawa Nana ke kediaman dokter Dewi-psikiater yang selama bertahun-tahun ini menangani Nana.

Kondisi Nana terlihat jauh lebih baik setelah ditangani oleh dokter Dewi, namun, tadi dokter Dewi belum bisa memastikan apakah Nana hanya mengalami syok trauma, atau lebih dari itu. Dokter Dewi hanya mengatakan bahwa keluarga harus bersiap-siap menerima kemungkinan terburuk, apabila nanti ternyata Nana kembali pada di kondisinya awal traumanya.

Dan sesungguhnya, hal inilah yang saat ini sangat ditakuti oleh semua orang yang berkumpul di ruang tamu keluarga Nana. Mereka takut kejadian 3 tahun lalu akan kembali menghancurkan hidup Nana. Padahal selama 1 tahun kebelakang mereka mulai merasa tenang, karena perlahan Nana sudah terlihat mulai bisa hidup dengan normal.

♡♡♡

Satu minggu telah berlalu sejak kejadian Nana pingsan di acara pesta waktu itu. Kondisinya juga sudah jauh lebih lebih baik, bahkan bisa dikatakan pulih. Akhirnya kekhawatiran keluarga Nana tidak terjadi, disimpulkan oleh dokter Dewi, bahwa Nana hanya mengalami syok trauma pada malam itu.

Meski demikian bukan berarti selama 1 minggu kebelakang Nana baik-baik saja, terlebih di beberapa hari pertamanya. Ia benar-benar hanya mengurung diri di kamar, menolak untuk makan, menolak bicara pada siapapun. Semua orang ketakutan Nana akan kembali melakukan tindakan yang tidak-tidak, seperti beberapa tahun lalu.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang