"Naaa mau kemana? Ambilin Abang minum dong"
Elvano yang tengah berdiri sambil memegang bola basket berteriak pada Nana yang melewati dirinya dan Samudra begitu saja. Saat ini Samudra dan Elvano tengah bermain basket di halaman depan. Sedangkan Nana, barusan berniat akan pulang ke rumahnya.
Nana mengerlingkan mata, ingin membantah namun tidak tega saat melihat Elvano sudah banjir keringat dan ngos-ngosan. Lagian Abangnya itu, kenapa sih ikut-ikutan gila seperti Samudra? Ngapain coba main basket tengah hari begini? Kayak sudah gak ada kerjaan lain yang lebih penting saja.
Dengan sedikit menghentak-hentakan kaki karena kesal, Nana membalikan badan, kembali masuk dalam rumah mengambilkan minum untuk Elvano.
"Loh kok balik lagi?"
"Bang El minta diambilin minum Bun"
Nana menjawab masih dengan Nada kesal sambil membuka kulkas. Usaha Nana untuk membangun benteng dihatinya benar-benar tidak main-main. Saat ini adalah salah satu contohnya, ia sedang mecoba sekuat tenaga menghindari Samudra yang entah mengapa jadi sering sekali muncul dimana-mana, di rumahnya, juga butiknya.
Selain itu, tiap menatap Samudra, satu-satunya emosi yang ingin Nana ciptakan adalah rasa jengkel, sehingga perasaan-perasaan aneh yang sempat ia rasakan beberapa waktu kebelakang tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali datang.
"Na kok cuma 1, kan ada Samudra juga"
"Biar ambil sendiri saja lah Bun"
"Heh, gak boleh begitu, wajib hukumnya bagi kita untuk memuliakan tamu"
Bunda Elvano berujar tegas sambil mengambil satu botol minuman dingin untuk diberikan pada Nana. Akhirnya dengan berat hati, dan mau tidak mau, Nana menuruti keinginan bundanya, membawakan minum untuk si stupid Samudra Ardhana.
"Ciye sudah mulai perhatian"
Elvano menggoda Nana yang tengah menyodorkan botol minuman dingin pada Samudra. Jelas hal itu langsung dibalas dengan pelototan mata tanda tidak suka dari Nana. Sedangkan Samudra yang beberapa waktu lalu mendapatkan perhatian kecil dari Nana, kini hatinya tengah bahagia bukan main. Rasanya seperti tengah terbang.
"Kalau gak disuruh sama Bunda juga ogah!"
BRUG!!
Hati Samudra yang beberapa detik lalu melayang-layang kini jatuh ke dasar tanah akibat ucapan ketus dari Nana barusan. Sakit, sakit banget. Tapi Sam sudah biasa.
"Na, gak boleh gitu!"
Elvano terdengar tidak suka, pada Nana yang tidak pernah menunjukkan sopan santun pada Samudra. Padahal, bagaimanapun Samudra adalah sahabatnya, Samudra adalah tamu mereka. Dan besar harapan Elvano agar Nana dan Samudra bisa memiliki kedekatan.
"Suka-suka Abang deh!"
Nana sudah akan beranjak usai mengucapkan kalimat barusan, namun Elvano sigap menahan tangannya. "Duduk dulu, Abang mau ngomong"
Demi Tuhan, jika Abangnya tidak menatapnya dengan tatapan tegas tak ingin di bantah seperti saat ini, Nana pasti sudah langsung berlari ke dalam rumah. Tapi, Nana tidak bisa karena sungguh ia tidak pernah sanggup membantah Elvano ataupun Dipta-Abang sepupu Elvano, jika mereka sudah dalam mode serius seperti ini. Karena itu, akhirnya ia menurut, mengambil posisi duduk di samping Elvano.
Elvano tersenyum, lalu meneguk minuman dingin yang tadi diberikan oleh Nana.
"Na, kita mulai terapi ya"
Kali ini nada bicara Elvano berubah lembut. Sungguh, Nana tidak akan pernah tahu, bahwa ide gila bermain basket di siang hari barusan adalah salah satu cara Elvano untuk mengumpulkan keberaniannya memulai pembicaraan sensitif ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
Chick-LitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...