Suasana butik Jenggala saat ini sedang cukup hetic, mengingat 3 minggu lagi mereka akan meluncurkan series baru. Apalagi beberapa hari kemarin Nana juga absen dari butik karena sakit dan beberapa alasan lainnya.
"Mbak Nana, pihak produksi tadi minta tambahan linen look warna apricot" Salah satu staf Nana menghadap dan menyampaikan pesan. Nana mendorong pelan kacamatanya yang tadi sempat sedikit merosot.
"Tambahan berapa roll?"
"Satu roll saja Mbak. Dan, ini sample final dari produksi"
Nana mengambil alih berkas yang diserahkan padannya, juga beberapa baju dan celana yang baru di ambil dari pihak produksi. Dengan teliti Nana mengamati dengan detail produk yang ia pegang, mulai dari kualitas jahitan, hingga apakah ada cacat atau tidak di produk tersebut.
"Oke ACC" Nana berujar sambil menandatangani berkas permintaan tambahan kain dari Andin.
Andin mengucapkan terimakasih, dan tidak lama setelahnya langsung meninggalkan ruangan Nana. Nana yang ditinggalkan kini kembali mempelajari berkas rencana pemasaran yang tadi pagi diserahkan oleh staf marketingnya. Ia meneliti dengan baik-baik poin per poin yang ada di halaman tersebut. Bagaimanapun, ia adalah pimpinan di butik ini, jika ia sampai salah mengambil langkah, maka masa depan seluruh stafnya akan dipertaruhkan.
Saat Nana sedang larut dalam kertas-kertas di hadapannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Masih sambil membaca bahan perencanaan marketing, Nana mengangkat telpon dengan santai, karena saat tadi ia lihat, panggilan tersebut berasal dari Savana.
"Assalamualaikum kenapa Va?"
"Kak Sam Na-" Nana langsung menghentikan segala aktivitasnya setelah mendengar Sava menyebut nama Samudra sambil menangis. Tanpa mampu dicegah, kini Nana disusupi perasaan tidak enak, dan gelisah. Jantungnya berdebar hebat.
"Samudra kenapa Va?!"
"Kak Sam kecelakaan di tol" Nana lemas seketika, dunianya seolah berhenti, air matanya tiba-tiba luruh begitu saja.
"Tapi dia nggakpapa kan? sekarang bagaimana keadaan dia?"
"Nggak tahu Na-" Sava menjeda kalimatnya karena sesenggukan "Ini dia lagi ditangani dokter, gue sama Elvano lagi nunggu"
"Kirim alamatnya ke gue sekarang!"
Nana langsung mematikan panggilan. Dengan perasaan khawatir yang sangat besar, ia meninggalkan semua pekerjaanya begitu saja. Ia menyambar tas kecil yang ada di meja lalu segera turun, pamit pada salah satu staffnya.
Sialnya, hari itu Nana tidak membawa mobil karena tadi pagi Dipta datang ke rumah menawarkan diri untuk mengantarkannya ke butik. Al hasil, Nana kini harus berlari-larian menuju jalan raya untuk bisa mendapatkan taksi
"Pak tolong ke R.S Sejahtera ya. Cepet Pak, ngebut kalo bisa" Nana memberikan instruksi pada sopir taksi yang langsung diangguki oleh sopir tersebut.
Air mata Nana terus mengalir, ia tidak bisa mencegah rasa takut, panik, dan khawatir yang terus menggerogoti dirinya. Kini bahkan tangannya gemetaran membayangkan kejadian yang tidak-tidak.
"Dilaporkan telah terjadi kecelakaan beruntun di kilometer 40, yang melibatkan 5 mobil. Berdasarkan laporan terbaru, kecalakaan nahas ini menewaskan 2 orang, dan 7 korban lainnya mengalami luka-luka"
Jantung Nana rasanya nyaris berhenti berdetak saat mendengar berita dari radio mobil yang diputar oleh driver. Dadanya sesak bukan main. Kenapa harus Samudra? Kenapa ini terjadi? bukankah beberapa hari lalu Sam masih baik-baik saja, bersama dirinya? Tidak, bahkan Nana tidak kuat untuk hanya sekedar membayangkan Samudra meninggalkannya untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
Chick-LitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...