Nana masih dengan telaten mengikuti langkah Samudra, ia juga tidak berusaha melepaskan genggaman tangan laki-laki tersebut, membiarkan Sam membimbingnya, kemanapun. Tidak lama dari langkah awal mereka, Sam mengajak Nana berhenti pada sebuah pos, yang nampaknya adalah pos pendaftaran pendaki Gunung Artapela.
Nana merapatkan dirinya pada Sam, saat melihat petugas yang menyambut mereka adalah seorang laki-laki. Tidak bisa dielakan, laki-laki asing selalu membuat gejala phobia Nana terpancing untuk keluar. Sam membalikan badan sebentar, tersenyum, dan mengeratkan genggamannya pada Nana. Kemudian ia memilih mengambil kertas pendaftaran dan membawanya ke salah satu pojok, agar mereka menjauh dari petugas laki-laki tersebut.
"Sam, kita balik saja yuk, gue gak yakin" nyali Nana tiba-tiba menciut, ada banyak kemungkinan buruk yang ia skenariokan di kepela kecilnya.
Usai mendengar kalimat Nana penuh permohonan, Sam menghentikan acara tulis menulisnya. Ia kembali menggenggam tangan Nana, dan menatap mata gadis tersebut dengan amat teduh, mencoba menyalurkan keyakinan.
"Narana Jenggala, aku Samudra Ardhana, dengan sepenuhnya menjamin keselamatan kamu. Aku jamin, gak ada satu hal burukpun yang akan terjadi sama kamu. Akan aku gunakan seluruh kekuatan dan kemampuan aku buat lindungi kamu. Tolong kasih aku kepercayaan kamu"
Nana memejamkan mata, sekali lagi mengeluh dalam hati, karena lagi-lagi batin dan kepalanya melakukan konflik internal. Entah sejak kapan, hati Nana sulit sekali berpaling dari Samudra.
Dan akhirnya perang batin tersebut benar-benar dimenangkan oleh perasaan Nana. Karena itu, kini dirinya dan Sam sedang menatap satu tanjakan cukup curam, untuk memulai pendakian.
"Perasaan tadi waktu di pos pendaftaran lo bilang trek pendakiannya landai, ini kenapa curam banget?" Nana menelan ludah, masih sambil mengamati lamat-lamat tanjakan di hadapannya.
"Memang ada satu-dua tanjakan yang curam Na, dan salah satunya tanjakan ini. Tapi hampir 75 persen tanjakan di seluruh trek pendakian ini cukup landai, bahkan sangat landai. Percaya sama aku"
Sam menjawab menyakinkan, dan langsung menjejakan kakinya, memulai pendakian. Meski penuh dengan ragu-ragu, akhirnya Nana mengikuti langkah yang dilakukan oleh Samudra. Pelan-pelan ia mulai melakukan pendakian tersebut.
Setelah beberapa menit mendaki, memang benar kata Samudra, yang saat ini Nana lihat adalah jalur amat panjang, namun tak begitu menanjak. Setidaknya dengan begini, ia yakin akan mampu menyelesaikan perjalanan dengan baik.
Nana sempat kaget, karena di waktu pendakian yang telah ia lewati, matanya hanya menatap pemandangan perkebunan warga, bukan hutan belantara seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Ini tidak semengerikan apa yang kepalanya takutkan.
"Ini perkebunan warga?" Nana membuka suara dengan sedikit terengah, karena langkah kakinya tidak berhenti. Samudra yang berjalan disampingnya tersenyum dan mengangguk. Bukan tanpa alasan mengapa Sam memilih gunung Artapela. Gunung ini terbilang sangat aman untuk pendaki pemula seperti Nana, trek pendakiannya terbilang cukup landai, tidak banyak pula rintangan seperti batu, ataupun akar-akar. Dan yang lebih penting, jalur pendakian yang mereka lewati bukan hutan belantara, melainkan perkebunan yang masih dirawat dengan sangat baik oleh warga sekitar. Meski demikian, pemandangan alam, dan udara sejuk yang disajikan Artapela tetaplah terlihat memukau dan menakjubkan untuk seorang Narana Jenggala, yang sudah terlalu lama terisolasi dari dunia luar dan alam bebas.
"Nanti pas pulang ingetin gue, buat beli sayur-sayuran ini ya. Mama sama bunda pasti seneng. Seger-seger banget soalnya" Nana terus berjalan sambil menatap takjub sayur-mayur yang ada disamping kanan dan kirinya.
"Iya, nanti kalau pas yang punya kebunnya ada, kita beli ke mereka" Jawab Samudra yang masih dengan telaten mengimbangi langkah kaki Nana. Siang itu, mereka membicarakan banyak hal. Mulai hal-hal remeh temeh tentang gunung, sampai hal-hal serius tentang perasaan Sam, yang membuat Nana salah tingkah untuk menghadapinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
ChickLitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...