Nana terjebak. Beberapa waktu lalu setelah Abangnya yang menyebalkan, menjelaskan pada Mama dan Papanya, siapa Samudra yang sebenarnya, orang tua Nana dengan penuh suka cita langsung menyambut lelaki tersebut. Mereka heboh membicarakan ini dan itu, sampai tiba-tiba Elvano meminta Mama dan Papa Nana untuk ikut dengannya ke ruang belakang, ingin membicarakan hal penting, dan meninggalkan Nana serta Samudra di ruangan ini sendirian.
"Dimakan Na, ini aku belinya harus ngantri panjang lho"
Samudra menggeser kotak berisi cheesecake ke hadapan Nana.
Nana sebenarnya amat gengsi untuk menerima pemberian Si Stupid Samudra. Namun, percayalah, bahwa pesona cheesecake sungguh sulit untuk ditangguhkan oleh Narana. Karena itu, akhirnya ia mengalah, dan dengan penuh gengsi mengambil alih kotak dari meja kepangkuannya.
Samudra tersenyum, mendapati sikap Nana yang malu-malu tapi mau, menurutnya saat ini, level kegemasan Nana, naik 100%. Ingin sekali Samudra menarik Nana ke dalam pelukannya, namun sungguh, ia harus mati-matian menahan dirinya untuk tidak melakukan hal itu, jika tidak ingin merusak hubungan yang telah mati-matian ia bangun beberapa waktu kebelakang.
Sabar Sam, suatu saat. Pasti.
Nana kini tengah makan dengan lahap, seperti yang ia lakukan saat makan bento tempo hari. Dan karena itu, Sam jadi sadar, bahwa makanan adalah kelemahan Nana, serta cara terbaik untuk mendekati Nana adalah melalui makanan. Samudra berjanji, ia akan mengingat hal ini baik-baik.
"Jatuh dalam samudra cintaku, jatuh dalam samudra cintaku, jatuh dalam samudra cintaku" Sam tiba-tiba bersuara. Sambil menyangga dagunya, ia mengucapkan kalimat yang ia klaim sebagai mantra cinta, lengkap dengan senyum manis yang puja-puja able.
Sedangkan Nana yang duduk di depannya, kini justru menatap jengah lelaki yang menurutnya sangat konyol tersebut.
"Makin lama makin sinting ya"
Dan bukannya tersinggung dengan jawaban Nana, Sam justru tertawa lepas.
Sam menarik napas sedikit dalam, ia kian memperintens tatapannya pada Nana. Kini ia menyangga dagunya dengan menggunakan dua tangan.
"Sayang banget ternyata mantra cinta aku belum berhasil. But its oke, mungkin belum hari ini, mungkin besok, atau lusa. Tenang saja Na, aku tetap bakal setia berusaha membuat kamu luluh dengan mantra cinta ku"
Usai mendengar kalimat itu, Nana langsung menghentikan acara makannya.
"Cepetan ke dokter jiwa gih, kayaknya otak lo makin bermasalah"
Ia beranjak meninggalkan Samudra yang lagi-lagi justru kembali tertawa renyah. Nana juga heran mengapa Sam seperti tidak pernah tersinggung dengan setiap perlakuannya. Padahal ia sadar bahwa ia sering kasar dalam melakukan penolakan terhadap lelaki tersebut.
"Na"
Nana spontan berhenti dan membalikan badan, menatap pada Sam yang barusan meneriaki namanya.
"Kamu cantik loh kalau rambutnya gak di iket gitu"
Sam tersenyum dan menunjuk ke arah rambut Nana yang tumben-tumbenan dibiarkan tergerai.
"Stupid!"
Nana cepat-cepat kembali membalikan badan, lalu melanjutkan langkahnya. Wajahnya memerah, dan Sam tidak akan pernah tahu bahwa dengan kalimat barusan, entah mengapa hati seorang Narana Jenggala berdebar-debar, entah mengapa ada semacam geleyer di dadanya.
Sampai di dapur, Nana langsung menandaskan satu gelas air putih, ia mencoba menormalkan detak jantungnya. Pikirannya mulai melakukan intropeksi, ia baru sadar bahwa ia tidak lagi takut pada Sam, sejak kapan? Sejak kapan ia mulai akrab dengan lelaki yang bahkan dari pandangan pertama sudah sangat ia benci itu.
Tidak, ini tidak benar, ada yang aneh dengan dirinya.Sekali lagi Nana menata hati dan perasaanya, mencoba membangun benteng paling tinggi agar tidak bisa ditembus oleh siapapun, bahkan mantra cinta seorang Samudra sekalipun.
***
"Kamu serius sama anak Om?"
Papa Nana kini melakukan pembicaraan khusus dengan Samudra di teras depan rumah mereka.
Samudra sebenarnya grogi, namun ia tahu apa yang harus ia lakukan.
"Saya serius Om, saya suka sama Nana. Sedikit konyol memang, karena saya mengatakan bahwa saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama putri Om, tapi saya tidak bisa menemukan alasan lain selain jatuh cinta, atas semua perasaan yang saya rasakan Om"
Papa Nana mengangguk-anggukkan kepala. Dari yang Samudra lihat, sepertinya, pria yang ada di hadapannya ini tengah mempertimbangkan sesuatu. Entah apa.
"Sejujurnya Om kaget. Om tidak pernah membayangkan akan ada laki-laki yang mendatangi Om dalam waktu dekat, dan membicarakan hubungan serius untuk putri Om. Karena, kamu juga tahu sendiri bahwa Nana memiliki kondisi khusus. Tapi hari ini kamu datang, dengan cara paling berani, dan paling seharusnya"
Papa Nana menatap Samudra sungguh-sungguh. Lagi-lagi hal itu membuat keberanian Samudra sedikit bergetar. Masih ada perasaan khawatir jika keluarga Nana tidak menerimanya, atau tidak memberikan restu. Karena Sam tahu, ada risiko besar yang harus ditanggung Nana, juga semua orang jika mereka memberikan izin kedekatan pada dirinya dan Nana.
"Saya memberi izin kamu mendekati putri saya. Tapi, semua keputusan kedepan tetap ada di tangan Nana. Kamu jelas tahu bahwa Nana bukan gadis yang mudah ditaklukan. Boleh dibilang bahwa dia memiliki dunia yang sulit untuk dimasuki oleh orang lain. Kamu siap?"
"Siap Om, dengan sepenuh hati, saya siap!"
Samudra menjawab dengan mantap diambil menganggukan kepala. Mencoba meyakinkan ayah Nana. Hatinya dialiri perasaan lega, meskipin ia tahu bahwa langkahnya kali ini terlalu berani, terlalu tidak terduga. Namun, semua tentang Nana memang seperti ini kan? Tidak terencana, dan menantang.
Samudra tidak tahu, kemana semua ini akan berakhir. Yang ia tahu, saat ini, ia harus mengupayakan apapun yang menurutnya akan bisa membawanya dekat pada Nana. Karena, hatinya secara tidak sengaja, dan tidak terduga, kini telah terikat pada gadis yang sulit ditaklukan tersebut. Samudra hanya berharap bahwa semua jalan yang ia ambil saat ini, pada akhirnya benar-benar akan berhasil mengantarkannya pada Narana Jenggala.
Sedangkan disisi lain, bagi Papa Nana, Samudra seperti jawaban atas doa panjang yang dikirimkan oleh orang-orang yang menyayangi Nana. Dalam hati orang-orang yang menyayangi Nana, tentu mereka khawatir Nana akan terus sendiri. Mereka takut rasa trauma Nana, akan membuat gadis tersebut seumur hidup tidak dapat menemukan belahan hatinya.
Karena itu, mereka melihat Samudra sebagai sebuah harapan. Samudra berbeda, Samudra berani mengambil segala risiko. Ia juga luar biasa karena setidaknya berhasil membuat Nana tidak mengeluarkan efek phobia saat didekatinya.
Malam itu, harapan dua laki-laki yang sepenuhnya menginginkan kebahagiaan untuk Nana, saling memilin, dan semoga terijabah.
BERSAMBUNG
Bang Sam semakin dekat, Nana semakin goyah hahaha
Selamat malam minggu teman-teman.
Jangan lupa mampir ke instagram official @hallononaaa, karena disana ada info update seputar karya-karya aku, juga ada cerita seru berjudul 90 Days (sequel of (Un) Perfect Life) yang siap kalian baca.
Thanksluv
Nona❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
ChickLitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...