(35)

5.3K 675 117
                                    

(1,5 Tahun Kemudian)

"Sam, minta tolong beliin susu Cantika terus bawa ke butik dong. Disini lagi hetic banget, nggak ada yang bisa dimintain tolong"

"Hmm, oke" Sam menutup panggilan dari Irene. Sebenarnya dia malas sekali untuk meninggalkan rumah di hari libur seperti saat ini. Tapi demi Cantika, si bayi lucu menggemaskan kesayangannya, Sam rela meninggalkan kasurnya dan membelah macetnya jalanan Jakarta di siang hari.

Sudah satu setengah tahun Samudra hidup tanpa Nana. Samudra menepati janjinya untuk tidak muncul di hadapan Nana. Mulanya, ini memang bukan misi yang mudah, karena rasa cinta Sam yang besar membuat kerinduannya terus tumbuh subur tanpa bisa dicegah. Karena itu, bulan-bulan awal ia mencoba menjauhi Nana, ia sering sekali seharian hanya memarkirkan mobilnya di sekitar butik atau rumah Nana, hanya demi bisa melihat gadis tersebut dari kejauhan.

Hingga akhirnya satu tahun lalu, Samudra melihat Nana dan Dipta bercanda di taman depan rumah Nana. Sam tahu, hidup Nana sudah sangat bahagia, bahkan tanpa kehadirannya. Dan ia tidak ingin mengacaukannya. Akhirnya Sam menghentikan kegiatan melihat Nana secara diam-diam. Tidak hanya itu, ia meminta pada Elvano dan Sava untuk berhenti memberikan informasi apapun tentang Nana. Karena itu, sejak saat itu, nama Nana tidak pernah lagi didengar oleh Samudra.

Nana benar-benar hilang dari pandangan dan pendengaran Samudra, dan satu-satunya bagian tubuh Sam yang masih menyimpan Nana dengan baik adalah, hatinya.

"Selamat siang, maaf Pak Samudra mengganggu waktunya. Kami dari NGO Bela Wanita, ingin mengkonfirmasi apakah besok Senin Bapak bisa datang untuk peresmian kantor?" Ditengah lampu merah Sam mengangkat panggilan tersebut

"Iya saya usahakan datang"

"Baik Pak, terimakasih banyak" panggilan berakhir

Satu tahun kebelakang, selain untuk bekerja, Samudra juga menghabiskan waktunya untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan NGO yang melindungi hak perempuan dan anak-anak. Ia ikut aktif mengkampanyekan penolakan pelecehan seksual, kekerasan seksual, juga penindasan terhadap wanita. Kalian harus tahu, bahwa ini adalah satu-satunya cara yang dipilih oleh Samudra untuk tetap bisa mencintai Nana.

Meskipun kini akhir kisah cintanya dengan Nana tidak semanis yang ia harapkan, namun mengenal Nana menjadi satu anugerah besar bagi Samudra. Ia tidak pernah satu kalipun menyesal karena telah diberikan kesempatan mengenal Nana. Tanpa Nana, Samudra tidak akan tahu betapa berharganya seorang wanita, betapa pentingnya menjaga dan menghormati wanita. Tanpa Nana, Samudra tidak akan pernah benar-benar mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya. Bagi Samudra, ketika kamu memilih untuk tetap mencintai meski dalam diam, meski tahu itu tidak terbalas, maka itulah cinta yang setulus-tulusnya. Tanpa Nana, Samudra tidak akan pernah berkenalan dengan arti sabar dan ikhlas yang sesungguhnya.

***

"Gue titip Cantika dulu, tolong lo kasihin susunya oke? Gue ada meeting. Bye!" Irene sangat lega saat melihat Samudra memasuki ruangannya, dengan cepat ia menyerahkan bayi yang sedari tadi rewel dalam gendongannya.

Sam hanya menggeleng melihat kelakuan ibu satu anak itu

"Uuhhh sayang-sayang, cup cup diem. Kesayagan Papa anak baik, nggak boleh nangis" Dengan telaten Sam menimang-nimang bayi imut dalam gendongannya. Tangan Sam yang lain meraih dot dan mencoba memasukan bubuk susu ke dalamnya, tak lupa juga ia menambahkan air hangat dari dispenser.

"Ibu kamu itu memang kurang ajar sayang, masa anaknya dibiarin kehausan gini. Kamu teanang aja, nanti kalau dai selesai meeting Papa ceramahin, biar kapok"

Sam mengajak Cantika berdialog, seolah-olah bayi yang usianya belum genap 1 tahun tersebut paham dengan semua ucapannya. Tapi bukannya diam, kini tangis Cantika justru menguat

"Ohhh enggak-nggak, oke sayang, Papa nggak akan marahin Ibu kamu. Nanti Papa Sam marahin Ayah kamu aja ya. Kurang ajar banget, lagi weekend malah dinas luar kota" ajaib, cantik tiba-tiba tertawa. Hal itu membuat Sam akhirnya ikut tertawa. Sepertinya Cantika adalah bayi yang sulit berdamai dengan ayahnya yang kurang ajar. Cantika seolah-olah paham, kesulitan apa yang telah dilalui ibunya karena ayahnya.

Hari itu, akhirnya Sam memutuskan untuk berdiam di butik Irene. Ia menghabiskan waktu bermain dengan Cantika. Kalian harus tahu, bahwa Cantika adalah anugerah lain yang dikirim Tuhan untuk dirinya. Disaat ia terpuruk karena patah hati terhebatnya, Cantika hadir sebagai pelipur lara. Setidaknya, setiap ia menghabiskan waktu dengan bayi mungil ini, ia akan melupakan semua permasalahannya, ia merasa kembali menjadi anak kecil yang tidak memiliki beban berat di pundaknya.

***

Jika Sabtu kemarin Sam merelakan waktunya untuk mengurus Cantika, di hari Minggu ini ia bersumpah tidak akan meninggalkan rumah untuk alasan apapun. Berminggu-minggu kebelakang Sam kehilangan banyak waktu untuk istirahat. Pekerjaan kantor tidak berkesudahan, belum lagi, kegiatan-kegiatan sosial perlindungan wanita dan anak-anak yang ia ikuti juga seakan tidak ada hentinya.

Karena itu, demi menjaga kesejahteraan hari Minggunya, Sam memilih mematikan ponselnya. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapun.

"Sava, bikinin Kakak indomie dong!" Sam berteriak pada Sava yang terlihat hendak menaiki anak tangga.

"Ogah banget! Gue sibuk Kak, mau dandan. Sana aja minta dibikinin bibik" Sava balas berteriak pada Kakaknya yang kini sudah kembali asyik dengan stik PS dan layar besar yang ada dihadapannya.

"Emang lo mau pergi kemana sih Va? Hari minggu bukannya diem di rumah. Kencan sama Elvano? Kan kemarin udah"

Sava tidak langsung menjawab, ia seperti tengah menimbang sesuatu, hingga akhirnya ia melangkah mendekati Sam. "Mau ke acara tunangan"

"Oohh" Sam menjawab cuek

"Di rumah Nana" Kalimat Sava benar-benar menghentikan kegiatan Sam dengan seketika.

"YOU LOSE!!" terdengar suara operator dari game yang tadi dimainkan oleh Sam. Hero yang dijalankan oleh Sam di game tersebut kini K.O, terkapar. Seperti dirinya? Apakah benar ini akhir dari segalanya.

"Sorry Bang, gue tahu, gue udah janji gak akan sebut nama Nana lagi. Tapi gue nggak mau lo nyesel. Lo yakin nggak akan mau nemuin Nana? Untuk terakhir kalinya?" Sam diam membisu mendengar deretan kalimat yang diucapkan oleh Sava dengan ragu-ragu.

"Pasangan laki-lakinya, Dipta?"

"Iya"

BUGH!! Rasanya seperti ada beban berat yang mengahantam dada Sam, membuatnya terserang sesak dan nyeri dalam waktu bersamaan. Telak, Samudra kalah telak. Sam tahu ia sangat mencintai Nana, dan masih mencinta Nana. Tapi selama ini ia selalu menganggap bahwa ia telah ikhlas merelakan Nana. Lantas, mendengar kabar pertunangannya dengan Dipta mengapa rasanya masih sesakit ini? Sesesak ini?

'What should I do Na?'

BERSAMBUNG

Jujur ini nulisnya sambil mewek dan sesek

Chapter ending mau di up hari ini nggak? Kalo mau, seperti biasa ya, pencet bintang dan ramaikan kolom komen

Thanksluv
Nona

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang