Besok siangnya, Dipta dengan perasaan gundah dan khawatir mengendarai mobilnya menuju kediaman orang tua Nana. Beberapa waktu lalu ia mencoba menghubungi ponsel Nana tapi tidak aktif, lalu saat ia datang ke butik Jenggala, para staff Nana mengatakan bahwa gadis yang ia cari, tidak masuk kerja. Dipta khawatir gadisnya jatuh sakit.
"Ehh Dipta. Tante kira siapa. Ayo masuk" Mama Nana langsung menyapa dan memberikan tangan saat Dipta mengulurkan tangan, hendak bersalaman.
Sambil memasuki rumah, Dipta menanyakan keberadaan Nana. "Oh kamu nyariin adek kamu. Dia lagi pergi ke Bandung" Bisa Dipta lihat air muka mama Nana terlihat sangat bahagia.
Hal itu bertolak belakang dengan Dipta yang justru disusupi perasaan tidak enak. "Sama Samudra?" satu-satunya spekulasi yang sedari tadi diam dikepala Dipta kini akhirnya terkeluarkan. Dan ia sungguh tidak mengharapkan jawaban 'iya' dari Mama Nana.
"Iya Ta, sama Samudra. Tante seneng banget deh akhirnya Nana bisa punya kesempatan untuk mengenal dunia"
Sunyi, Dipta tidak bisa langsung menjawab pernyataan dari mama Nana. Seharusnya ia juga sama senangnya dengan mama Nana, karena selama ini, ia juga berharap Nana kembali menjalani kehidupan normal. Tapi fakta bahwa Samudra adalah orang yang melakukan semua penyembuhan ini, membuat ego Dipta bersikeras menolak rasa bahagia. Sebaliknya, ia justru kesal dan marah.
"Tapi tante, bukankah ini terlalu berbahaya?"
"Tante percaya sama Samudra. Kamu tahu Dipta, Samudra adalah satu-satunya laki-laki asing yang berhasil membuat Nana menaklukan Androphobianya. Menurut pengamatan tante sejak awal, kehadiran Samudra memang seperti obat untuk Nana. Penyembuh"
Hati Dipta kian mencelos. Ia melihat ke masa lalu dan bertanya-tanya, apakah selama ini tidak ada sesuatu yang benar-benar ia lakukan untuk Nana? Mengapa harus Samudra? Mengapa bukan dirinya? Selama ini, ia selalu merasa, bahwa cepat atau lambat, satu-satunya laki-laki yang akan dipilih Nana adalah dirinya. Tapi sayangnya, kini Samudra hadir sebagai ancaman. Dalam sekejap laki-laki yang dimata Dipta tidak lebih dari playboy kelas kakap itu, mampu merebut hati Nana dan bahkan semua orang.
***
Di tempat lain, kini Samudra sedang mengendarai Jeep Rubicon miliknya dengan sangat fokus. Sedangkan Nana yang ada di kursi penumpang sebelahnya tengah tertidur dengan pulas.
"Cantik banget sih Na" Ujar Sam dengan tersenyum, dan membenarnya posisi rambut Nana, agar tidak menutupi wajah cantiknya. Sam takut rambut-rambut itu akan mengusik tidur Nana yang pulas.
Setelah tadi malam ia merenung dengan sungguh-sungguh, akhirnya Samudra memutuskan untuk kembali memperjuangkan Nana. Ia meyakinkan hati, untuk tetap berjuang terlepas apapaun hasil akhirnya. Bahkan jika pada akhirnya Nana lebih memilih Dipta atau laki-laki lain, tetap saja saat ini Samudra masih memiliki hutang janji untuk membantu Nana sembuh drai phobianya. Jadi, tidak ada alasan bagi Sam untuk mundur dari perjuangannya.
Karena hal tersebut, akhirnya Sam memutuskan untuk kembali membangun hubungannya dengan Nana melalui acara pendakian gunung dadakan. Sam memilih gunung karena ia percaya bahwa alam adalah conector terbaik untuk hubungan manusia.
Samudra turun dari mobil setelah membangunkan Nana dengan lembut. Lelaki itu, dengan cekatan membuka pintu mobil bagian belakang, mengambil sepasang sepatu.
"Buka Na" usai mendapat instruksi dari luar, Nana langsung membuka pintu mobil. Ia tidak sempat turun Mobil karena Samudra tiba-tiba berjongkok, dan membuat dirinya bingung.
"Coba badannya miringin, menghadap kesini" Nana hanya mengikuti isntruksi ia tidak tahu apa yang dilakukan Samudra, dan ia juga bahkan tidak tahu sedang berada dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
Genç Kız EdebiyatıSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...