Sudah 3 bulan berlalu sejak kejadian Nana kembali kambuh, dan selama itu pula dokter Dewi serta semua keluarga Nana tidak ada hentinya mengupayakan kesembuhan Nana. Kabar baiknya, semua upaya mereka tidak sia-sia, karena dalam waktu sesingkat itu, Nana dinyatakan Sembuh. Dari yang mulanya ia mulai bisa menerima Papanya, Ayahnya, dan Elvano, kini ia sudah tidak begitu menunjukkan gejala panik saat berhadapan dengan laki-laki asing.
"Sam Nana sembuh!"
Samudra yang sedang pusing dengan tumpukan berkas akhir bulan perusahaannya, seketika langsung berlari menuju basement, mencari mobilnya, ia ingin secepat mungkin mendatangi Nana, setelah mendapatkan informasi kesembuhan Nana dari Elvano.
"Eh ada Samudra, akhirnya kamu kesini lagi Sam. Tante kangen tahu" Mama Nana menyambut ramah kedatangan Sam yang 1 bulan tidak ia temui. Ya, 1 bulan terakhir Nana memang menunjukkan gejala kian parah tiap kali Samudra nekat mendekatinya. Yang terparah adalah, Nana sampai pingsan. Karena itu, atas saran semua orang, 1 bulan terakhir Sam benar—benar memutus kontak dengan Nana, ia sama sekali tidak muncul dihadapan gadis tersebut.
1 bulan terakhir menjadi 1 bulan paling berat bagi hidup Samudra. Ia terpaksa harus menahan beratnya rasa rindu pada Narana Jenggala, gadis yang bahkan ingin selalu ia genggam tangannya setiap saat. Tapi tidak apa, karena akhirnya kini perjuangannya akan berujung. Nana akhirnya sembuh. Semua akan kembali normal seperti semula. Semua rencana yang tertunda kini akan terwujud.
"Tante, Nana beneran sembuh?"
"Iya Sam beneran, tadi pagi Nana interaksi sama kurir yang nganter paket tante. Terus kita coba ujioba lagi, pesan makanan online yang drivernya cowok, eh ternyata gejala Nana sama sekali nggak kambuh. Buat lebih memastikan lagi, tadi kita bawa Nana jalan-jalan ke mall, dan dia sama sekali nggak menunjukkan gejala apapun. Dokter Dewi baru pulang dari sini, dia juga bilang Nana sudah kembali pulih, normal 100%"
Kalian tidak akan pernah betapa Samudra merasakan kelegaan dalam hatinya. Semua sesak yang selama ini ia tahan kini menghilang seketika.
"Alhamdulillah, Alhamdulillah" Samudra tidak hentinya mengucapkan syukur, matanya kini bahkan berkaca-kaca, tidak menyangka Nana akan bisa sembuh, bahkan dalam waktu secepat ini.
"Bentar, tante suruh Nana buatin minum buat kamu ya" Mama Nana kemudian meninggalkan Sam dan Elvano di ruang tamu. Ia berniat memanggil Nana yang ada di taman belakang.
"Santai dong tegang banget lo, haha" Kalimat ledekan Elvano dengan seketika membuat 1 tinjuan melayang dari Samudra pada lengan sahabatnya tersebut. Ya, Sam tidak bisa mengelak bahwa dirinya kini memang sedang diselimuti perasaan grogi, dan degdegan. Ini adalah pertama kalinya lagi, ia bertemu Nana setelah sekian lama.
"Bentar ya Sam, Nana lagi bikinin kamu minum. Tante tinggal ke atas dulu, mau mandi gerah banget. El, temenin Sam ya"
"Siap Ma"
Beberapa menit setelah kepergian mama Nana, benar saja, gadis pujaan hati Samudra terlihat keluar dari area dapur sambil membawa nampan dan cangkir diatasnya. Namun, berbeda dengan Sam yang menunjukkan tatapan berbinar dan haru, kini Nana justru menunjukkan ekspresi takut, tangannya gemetaran, napasnya mulai tidak teratur. Secara otomatis langkahnya juga terhenti.
Sam dan Elvano belum begitu menyadari perubahan Nana, karena itu Sam berani melangkah mendekati Nana. Semakin dekat langkah kaki Samudra, semakin hebat tubuh Nana bergetar, hingga akhirnya nampan yang dibawa Nana sempurna jatuh ke lantai, menimbulkan suara gaduh, karena nampan yang membentur lantai marmer, dan cangkir pecah.
Elvano dan Sam sama-sama kaget. Dengan cepat Sam menghampiri Nana, berusaha membantu Nana, karena ia tahu cangkir yang tadi dibawa Nana berisi teh panas dan kini mengenai kaki Nana.
Sialnya, saat Sam mencoba mendekati Nana, Nana justru melangkah mundur dengan panik hingga menginjak pecahan beling cangkir. Keadaan menjadi panik, karena Nana berteriak-teriak ketakutan, mengusir Sam.
"Pergiiihhh, phergiii, tolong perghiii huhu" Sambil menangis, dan sudah duduk bersimpuh, Nana mengucapkan kalimat tersebut untuk Samudra
Elvano yang melihat keadaan Nana tidak baik-baik saja langsung menghampiri gadis tersebut. Dan memeluknya, mencoba menenangkan.
"Na-" Samudra hendak mendekat, namun mengurungkan niat. Melihat kaki Nana memerah karena terkena teh panas, berdarah karena terkena beling, dan ketakutan di dalam pelukan Elvano, membuat Sam sadar bahwa kehadirannya ditolak sepenuhnya oleh Narana Jenggala.
Lagi-lagi ia dipaksa mundur oleh keadaan, mau tidak mau ia harus kembali menjauhi Nana, entah sampai kapan.
"Nanaaaa" Dipta yang baru datang kaget melihat kondisi Nana saat ini, cepat-cepat ia berlari menghampiri Nana. Elvano memberikan penjelasan singkat pada Dipta saat bertanya mengapa keadaan Nana bisa seperti ini.
BUGH!! "Sialan ya lo!" Dipta melayangkan satu tinjuan di wajah Samudra "Bisa nggak lo jadi manusia nggak usah egois? Nggak usah memaksakan kehendak dan perasaan lo. Sekarang lo lihat, gara-gara keegoisan lo, Nana terluka!!"
Samudra hanya diam tidak mampu memberikan sanggahan apapaun, entah mengapa ia merasa bahwa apa yang dikatakan Dipta adalah benar adanya.
"Nana sudah nggak butuh lo, jadi gue saranin lo mundur, pergi jauh-jauh dari hidup Nana. Nana sudah punya gue disisinya, sampai mati gue bakal jagain Nana. Lo nggak usah khawatir Sam, cepet atau lambat gue bakal nikahin Nana" Sambil melepaskan kerah kemeja Sam yang tadi dicengkeramnya, Dipta membisikan kalimat tersebut.
Sederet kalimat yang diucapkan Dipta dengan penuh keyakinan, memaksa Sam akhirnya benar-benar harus menyerah pada keadaan. Sore itu, Sam meninggalkan rumah Nana dengan patah hati paling hebat yang pernah ia rasakan, ia terpaksa harus meninggalkan semua perasaan, dan cinta kasihnya. Perasaanya yang sudah tumbuh subur dipaksa gersang tanpa sempat ia tuai. Sam tidak pernah menyangka bahwa ini adalah akhir dari perjuangannya untuk Nana, bahwa ia menjadi sosok yang bisa melukai Nana dengan sebegininya.
Di dalam mobil, Sam tidak lagi kuat menahan tangisnya. Rasa sesak ini terlalu menyakitkan jika hanya ditahan di dalam dada, Sam harus mengeluarkannya. Sambil memukul-mukul stir mobilnya dengan frustasi, Sam tidak ada hentinya menyalahkan dirinya sendiri yang begitu gegabah, juga menyalahkan keadaan yang membuat Nana jadi sejauh ini.
Ya, bagi Samudra, saat ini Nana berada di tepat yang terlalu jauh darinya. Rasanya terlalu mustahil untuk ia gapai.
"Selamat tinggal Na, selamat tinggal. Thankyou for everithing. Aku pastiin kamu nggak akan pernah lihat aku lagi. Kalau memang kepergian aku adalah hal yang bisa bikin kamu bahagia, aku rela Na. Rela. Toh, pada nyatanya memang tidak semua cinta harus bersama kan?" Samudra melajukan mobil, memantapkan hati mengikhlaskan Nana.
TAMAT
.
.
.
.
.
.Hahaha nggaaaaaak, becanda wkwkwk. BERSAMBUNG pemirsa, tenaaaaang, jangan tegang wkwk.
See you in next chapter, jangan lupa pencet bintang
(Ssssst ada info soal ending di ig @hallononaaa)
Thanksluv
Nona ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
ChickLitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...