Nana sedang duduk melamun saat tiba-tiba Samudra masuk ke ruang kerjanya. Seperti biasa, laki-laki tersebut selalu menyunggingkan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya. Wajahnya selalu ceria, seperti tidak memiliki beban hidup.
Apakah menjadi Samudra selalu sebahagia itu?
"Jangan nglamun mulu nanti kesambet"
Samudra dengan santai mengambil duduk di kursi depan meja Nana. Nana melakukan rolling eyes, bisa-bisanya lelaki ini bersikap sesantai itu? Bisa-bisanya ia menganggap ruangan Nana sebagai tempat yang seolah selalu menerima kedatangannya. Tapi begitulah Samudra, selalu bertindak semaunya, diusir pun tidak akan mempan.
"Mau ngapain sih kesini lagi? Gue sudah bilang kan, gue mau mulai terapi tapi nggak sekarang-sekarang. Gue belum siap!"
Ya, akhirnya setelah drama yang terjadi tempo hari, Nana menyetujui untuk melakukan terapi yang disarankan oleh Elvano dan Samudra, meskipun ia tahu ini akan berat dan sulit, namun ia tahu ia tidak bisa terus begini, ia harus mencoba dan melawan. Nana tidak ingin kalah sebelum berperang.
Meskipun itu artinya, ia juga akan semakin sering berhdapan dengan Samudra.
"Aku kesini gak mau ngomongin terapi Na"
Nana mengangkat satu alisnya.
"Ini, tawaran kerja sama"
Dengan ragu-ragu Nana mengambil alih berkas yang disodorkan oleh Samudra. Kemudian ia mulai mencoba membaca lembar demi lembar kertas tersebut, dan mencari tahu maksud kerja sama yang dikatakan oleh Sam.
"Nggak gue gak mau"
"Jangan buru-buru Na, pikirin baik-baik. Menurut aku langkah bagus kalau Jenggala jadi mitra Efashion, karena dengan langkah ini kamu bisa memperbesar pasar kamu, memperbesar brand kamu"
"Lo tahu masalahnya Sam, gue gak bisa kontak sama banyak orang"
"Nggak harus kamu Na, kamu boleh kirim orang kepercayaan kamu kalau memang harus ada meeting"
"Tapi Sam-"
"Na, kamu harus pikirin masa depan staf kamu juga, mereka juga memiliki harapan yang besar untuk sukses bersama Jenggala Fashion"
Nana menarik napas pendek, kemudian diam dan merenung, mencoba menimbang kesepakatan apa yang harus ia lakukan dengan Samudra.
Sejujurnya tidak bisa dipungkiri bahwa Efashion memang tempat terbaik untuk memasarkan brandnya. Efashion memiliki reputasi pemasaran yang sangat baik, bahkan untuk bisa masuk kesana, setahu Nana, setiap brand harus melalui seleksi yang begitu ketat. Tidak jarang pula, Efashion menjadi gerbang pembuka sebuah brand bisa go international. Jelas, ini adalah tawaran yang amat menggiurkan untuk Nana.
"Kamu pelajari dulu baik-baik Na, lihat apa saja keuntungan yang kamu dapatkan kalau nanti gabung sama Efashion. Aku janji, aku akan bantu maksimal dalam pemasaran brand kamu, kontrak eksklusif"
Samudra menambahkan, berusaha membuat Nana yakin agar mau bergabung dengan perusahaannya. Selain dengan tujuan ingin lebih dekat dengan Nana, tawaran kerja sama ini Sam berikan juga karena ia ingin melihat brand Nana tumbuh lebih besar, karena menurutya Jenggala sangat layak untuk diberikan tempat yang seharusnya dalam industri fashion. Hanya saja dengan karakter Nana, tentu hal itu akan sulit terwujud. Karena itu, Samudra ingin menjadi pihak luar yang mampu mendorong Nana untuk keluar dari zona nyamannya. Membantu Nana mewujudkan impian besarnya.
Dari Elvano, Samudra tahu bahwa sedari kecil, cita-cita seorang Narana Jenggala adalah menjadi perancang busana yang mampu menciptakan brand besar, brand yang bahkan akan mampu membawa nama Indonesia hadir di industri fashion internasional. Namun, karena phobia yang dideritanya hal itu sulit terwujud, Androphobia yang diderita oleh Nana seperti penjara yang mengurung, membatasi langkah Nana. Membelenggu.
"Oke, gak usah kamu jawab sekarang. Kamu bisa pikirin ini baik-baik, coba diskusi dulu saja sama team kamu. Kalau memang sudah ada keputusannya, nanti kamu kabari aku lagi"
Nana diam sesaat, kembali menimbang, namun kali ini akhirnya ia mengiyakan usul dari Samudra.
"Hmmm, kamu belum baikan sama Elvano?"
"Nggak usah dibahas"
Nana sangat menghindari topik pembicaraan ini. Bukannya apa-apa, namun memang sudah 3 hari lamanya, Nana tidak bertegur sapa dengan Abangnya, sepertinya laki-laki itu masih marah padanya. Sebenarnya Nana ingin sekali datang ke rumah Bundanya, dan memulia pembicaraan dengan Elvano, namun, dipikiri-pikir kali ini Elvano juga salah. Menurut Nana, Elvano terlalu memaksakan kehendak, meski ia tahu semua itu untuk dirinya.
"Na, kamu tahu kan, maksud Elvano itu baik. Dia ingin yang terbaik buat kamu"
"Lo nyalahin gue juga?"
"Nggak Na, aku tahu Elvano disini juga salah karena memaksakan kehendak. Tapi terlepas dari cara dia yang salah, kita juga tidak boleh melupakan niat dia yang baik. Na, jangan sampai satu keburukan menutupi seribu kebaikan"
"Berisik banget, udah sana balik saja"
Samudra membuang napas, menyerah membujuk Nana untuk berbaikan dengan Elvano.
Samudra memang tidak tahu, bahwa biasanya orang yang mampu mendamaikan Nana dan Elvano hanyalah Dipta. Ah, membicarakan Dipta membuat Nana jadi merindukan lelaki itu. Kali ini adalah masa terpanjang Nana tidak bertemu Dipta, jika diingat-ingat sudah hampir setengah tahun, Dipta tidak kembali ke Jakarta.
"Aku mau nungguin kamu, aku anter pulang ya"
Lagi-lagi Samudra membuka suara dan membuat Nana tidak habis pikir. Inisiatif macam apa itu? Lagipula darimana Samudra tahu bahwa dirinya tidak membawa mobil?
"Tadi, Papa kamu nelpon Elvano minta tolong jemput kamu, soalnya beliau masih banyak urusan di yayasan, kemungkinan akan pulang malem. Karena kalian masih berantem, jadi Elvano minta tolong sama aku"
Sialan, Bang Elvano sepertinya lagi ngibarin bendera perang beneran
Apa mau dikata, menolak pun tidak mungkin. Tidak mungkin Nana nekat pulang menggunakan taksi. Anggap saja, hari ini ia tengah tertiban sial karena harus menghabiskan banyak waktu bersama si Stupid Samudra Ardhana.
Pukul 4 sore, Andin dan tiga staff Nana lainnya, dengan penuh semangat masuk ke ruangan Nana, mereka sudah rapi dan menenteng tas, bersiap pulang.
"Mbak Nana, kita jadi pulang on time ya, mau nonton Babang Jefrin Nichole"
Andin pamit dengan antusias. Sedari kemarin lusa mereka memang telah heboh mengatakan ingin pulang cepat, karena memburu acara jumpa fans Jefrin Nichole di nobar film terbaru aktor tampan itu.
Nana dengan senang hati memberikan izin. Dengan mata sendu Nana menatapi sekumpulan staffnya. Dalam hati ia merasa sedih, merindukan momen seperti itu. Menonton film di bioskop dengan bebas, berjalan-jalan dengan sahabat-sahabatnya dengan nyaman.
Samudra yang ada di depan Nana, entah mengapa kini seperti memahami apa yang tengah dirasakan oleh Nana
BERSAMBUNG
Lunas ya hutangnya haha
Selamat hari Minggu♥️Jangan lupa mampir ke instagram @hallononaaa ya, disana ada cerita seru yang juga bisa dibaca 🤗
Thanksluv
Nona❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Cinta (TAMAT)
ChickLitSam jatuh hati di pandangan pertama pada seorang Nana, namun tentu tidak begitu dengan Nana, yang justru membenci Sam setengah mati, karena telah mengembalikan traumanya. Disisi lain, pria playboy macam Sam adalah jenis pria yang paling ingin dihind...