(10)

6.3K 915 56
                                    

Diam-diam Nana tengah berusaha menormalkan detak jantung, juga ekspresinya, ia takut Samudra menangkap rasa grogi yang menyusupi dirinya.

"Makan sendiri aja sana, kalau masih mau mgomong nglantur!"

"Aku gak nglantur Na, serius, kamu tuh cantik banget. Aku juga bingung kenapa kamu bisa secantik ini ya? Nih-"

Samudra tetap mengatakan kalimat-kalimat tersebut dengan begitu santai, sambil menyodorkan sumpit untuk Nana.

"Stupid!"

Begitulah jawaban yang diberikan oleh Nana, ia sangat ketus dan secara kasar mengambil alih sumpit yang disodorkan oleh Samudra padanya.

Melihat Nana dengan ekspresi ketusnya, entah mengapa justru terasa amat menggemaskan untuk Samudra. Jika ia tidak ingat Nana memiliki 'kondisi spesial', ia pasti sudah mengacak pucuk kepala Nana, atau menarik pipinya yang entah kenapa, hari ini terlihat sedikit lebih chubby ketimbang biasanya.

Bagi Samudra, Nana selalu seperti ini. Selalu mempesona. Tidak peduli dengan ekspresi apapun, Nana tetap cantik. Ah, Sanudra tidak ingat berapakali ia dibuat terkagum-kagum oleh Nana, bahkan hanya karena tatapan tajam gadis tersebut.

"Na, can I tell you something crazy?"

"No!"

Nana tahu, pasti sahabat Abangnya ini akan mengatakan hal yang tidak-tidak, dan mungkin akan memberikan pengaruh buruk untuk dirinya, atau bahkan jantungnya (?)

"Udah diujung lidah Na"

Sam menggigit ujung sumpit yang sama sekali belum ia gunakan untuk mengambil makanan, karena sedari tadi, lelaki tersebut memang hanya sibuk memperhatikan Nana yang makan dengan lahap.

"I think, Iam falling in love with you, at first sigh Na"

Nana menghentikan kunyahannya, dan spontan menatap pada Samudra yang ternyata kini tengah menatapnya dengan begitu serius. Lelaki tersebut, kini terlihat sungguh-sungguh. Beberapa detik tatapan mereka saling mengunci.

"Ehem-ehem"

Nana berdehem, lalu buru-buru meminum soda yang ada didepannya, setelah menelan makananya dengan paksa.

"STUPID!"

Lagi-lagi, kata itulah yang dikeluarkan oleh Nana untuk menanggapi kalimat Samudra. Meskipun Nana akui ia sempat melihat kesungguhan di mata Samudra, namun ia buru-buru menepisnya. Dan mengatakan pada dirinya untuk tidak terjebak pada rayuan Samudra. Tidak, Nana tidak boleh tertipu pada tipu muslihat playboy macam Samudra, dan membahayakan keselamatan dirinya.

Akhirnya, Nana memilih pergi meninggalkan ruang rapat, dan Samudra yang masih setia duduk di depan makanan yang ia bawa.

Bohong jika Samudra tidak kecewa, ia jelas kecewa karena lagi-lagi ditolak mentah-mentah oleh Nana. Tapi tidak apa-apa, dia sudah terbiasa. Sedari awal memilih Nana memang sama artinya dengan memilih tujuan indah, yang jalannya masih penuh rahasia.

***

Sore harinya, Samudra dan Elvano memutuskan untuk mengunjungi klinik dokter Dewi. Mereka ingin melakukan konsultasi, juga laporan mengenai keadaan terbaru Nana.

"Ini kabar baik. Jika Nana berhasil mengendalikan diri dan melawan phobianya saat berhadapan dengan Sam, itu artinya jiwa Nana telah membangun kepercayaan buat Samudra"

Dokter Dewi memberikan penjelasan setelah mendengar cerita El dan Sam atas sikap Nana yang sedikit melunak pada Samudra akhir-akhir ini. Penjelasan tersebut membuat Samudra dan Elvano didatangi perasaan lega dan senang. Mereka menemukan harapan besar, bahwa misi mereka mungkin akan berhasil.

Mantra Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang