Chapter 6 : He is dangerous

216K 17.1K 3.7K
                                    

"Ini benar-benar untukku?"

"Salah satu pengawal Abraham menitipkan bunga ini di security. Kebetulan aku ada disana dan langsung mengambilnya." Terang Judith.

Sheena pun membalikkan kartu itu lalu membaca tulisan yang ada disana.

Per Se, Time Warner Center 4th Floor.

"Hei itu kan restoran mewah?" Pekik Judith saat melihat alamat yang tertera di kartu itu. Matanya selalu melebar dan mulutnya menganga.

"Aku ingin pergi tapi juga tak ingin. Bagaimana ini?" Sheena menggigit bibirnya.

Oh tentu dia tergiur dengan ajakan makan malam bersama Abraham. Sheena sudah membayangkan betapa romantisnya itu. Bahkan betapa tampannya pria itu malam ini. Tapi... rasa kesalnya masih berada di ubun-ubun. Seenaknya saja dia mengajak Sheena setelah bertingkah seperti orang tak bersalah?

Sheena kembali mengingat betapa lelahnya ia memasak kemarin hingga pada akhirnya semua makanan itu harus berakhir di tong sampah.

Tanpa sadar Sheena meremas kartu ucapan itu sebelum Judith memukul tangannya.

"Apa kau dengar apa yang baru saja kukatakan?"

"Kau bicara apa?"

"Alamak!" Judith mengibaskan tangannya sebal lalu menatap Sheena dalam-dalam."Jangan pergi, oke? Biarkan dia merasakan kekesalan seperti yang kau rasakan. Memang hanya orang tampan saja yang boleh semena-mena?"

Sheena mengacak rambutnya frustasi.

"Sudahlah, kau itu cantik, bisa dapatkan yang lebih dari dia." Judith menyesap minuman dengan pandangan sok taunya.

"Kurasa tidak ada yang lebih tampan dari dia. Lebih menggoda dari dia. Dia menggiurkan dari segala aspek. Wajahnya. Tubuhnya. Pesonanya. Ayolah! Dia sangat sempurna. Tapi kau benar, dia brengsek dan aku tak seharusnya menyerahkan diriku semudah itu padanya."

"Kau sudah dibutakan oleh nafsu birahi. Jangan hanya karena sebatang pisang kau bersikap murahan, Shee. Kita harus mencari tau dulu tipe orang yang seperti apa Abraham Patlers itu. Jangan-jangan benihnya pun sudah tersebar di setiap sudut kota New York."

"Ya aku juga baru ingin melakukannya tapi aku takut akan tergoda jika melihat lebih banyak prestasi yang ia miliki. Mengetahui dia bagian dari Patlers Group saja rasanya sudah cukup."

"Benar sih. Tapi tetap saja setiap orang punya cela. Daripada menyesal kemudian, sebaiknya kita harus stalking dulu. Sebentar, aku akan mencari tau akun instagramnya."

Dengan kekuatan jari Judith, ia segera mengetik dan mengetik di ponselnya dengan semangat membara. Inilah kerjaan pria itu.

"Tapi kurasa dia tak punya akun instagram." Kata Sheena."Orang seperti itu tak akan membuang waktu untuk main social media."

"Memang tidak ada ternyata."

"Benarkan? Ya tuhan aku jadi semakin menyukainya. Aku tak suka pria narsis yang gemar upload foto dan tebar pesona."

"Cih yang seperti itu memang tipikal pria murahan. Persis seperti dokter Kevin. Kau tau? Dia upload foto sehari tiga kali. Bahkan lebih. Aku ingin blokir dia, tapi tanpa manusia jenis itu, dunia ini akan suram. Lumayan untuk dijadikan bahan gosip kan?"

"Setelah kupikir-pikir kau selalu membicarakan dokter Kevin." Sheena menatap Judith dengan kilat nakal di wajahnya."Kau masih mengidolakannya?"

"Ew. Aku membicarakannya karena dia memang dilahirkan untuk di bully." Judith merogoh ponselnya dengan semangat."Lihat foto terbarunya. Kau sudah lihat?"

DANGEROUS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang