Abraham tertawa geram di depan pintu apartemen Sheena. Hei dia tak berpakaian. Hanya handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya saja. Dan pakaian seharga jutaan dollar nya kini tercecer di lantai bagai benda tak berguna.
Oh semakin Sheena bertingkah seperti ini, semakin besar keinginan Abraham untuk merantai gadis itu di ranjangnya.
Dengan geram Abraham meraup seluruh pakaiannya lalu berjalan memasuki lift. Ia tak peduli dengan beberapa orang yang terkesiap melihatnya. Sialan. Dia terlihat cukup mengenaskan saat ini. Seorang Abraham Patlers memasuki lift dengan handuk dan tangan menenteng pakaiannya?
Pengusaha nomor satu Amerika yang jauh dari kata skandal itu kini terlihat bak seorang gembel.
Dua gadis di dalam lift bahkan berani terkikik.
"Hei hei apa itu Abraham Patlers?"
"Astaga iya sepertinya."
"Apa dia baru saja keluar dari apartemen Judith? Judith kan nama pacarnya?"
"Iya. Sepertinya mereka sedang bertengkar."
"Aw kau lihat dadanya? Aku ingin mengelusnya. Sial aku sampai basah. Huaaa!"
"Hihii coba kau potret diam-diam lumayan kan untuk dilihat-lihat saat sedang horny."
Abraham menoleh pada sang gadis dengan tatapan dingin bak pemangsa yang mengerikan, seolah menggambarkan betapa ia kelaparan dan ingin mencabik-cabik siapa saja saat ini. Sehingga gadis tak dikenal itu pun ketakutan sembari menurunkan ponselnya yang sudah siap menjepret Abraham.
Ia menggeram pelan lalu segera keluar dari lift saat pintu terbuka. Mengabaikan semua mata orang yang memandanginya, Abraham segera melemparkan dirinya ke dalam mobil.
Marcus tersentak dari tidurnya. Oh dia sangat setia menunggu bosnya menghabiskan malam panjang yang begitu nikmat sementara dirinya tidur di dalam mobil bersama sang supir!
Sialan sekali!
Fuck!
Abraham nyaris menonjok kaca mobil namun dia buru-buru menarik napas untuk meredakan emosinya. Sedangkan otot rahangnya yang tegang perlahan mengendur.
"Ada apa dengan Anda Sir? Kenapa tidak memakai pakaian?" Tanya Marcus ngeri.
"That woman..." Abraham mencengkram pegangan di pintu mobil sembari menetralkan emosinya."Dia sangat berani melawanku."
"Apa yang terjadi?"
"Dia mengusirku seperti aku ini maling."
Marcus berdeham namun ia tak ingin ikut campur dengan urusan percintaan bosnya itu. Sedekat apapun Marcus dan Abraham, pria itu tetap masih menjaga batas wajarnya.
Tapi Marcus sangat ingin tau satu hal.
"Sepertinya Anda sangat tertarik pada dokter Sheena de Angelo."
Abraham tak menjawab. Saat ini dirinya sedang memakai kemeja lalu memasukkan kakinya ke dalam lubang celana.
"Bukankah sudah saatnya Anda membuka hati untuk seseorang, Sir?"
Abraham terkekeh pelan."Apa ada kabar dimana keberadaan Alaric dan Aaric?"
Marcus menghela napas pelan."Belum ada kabar."
"Keparat itu masih berani bermain denganku. Kalau bukan karena ikatan darah, dia sudah kubunuh saat itu juga." Geram Abraham.
Tak lama kemudian Abraham memerintahkan supir mereka untuk melaju ke kantor.
Sementara di ruangannya, Sheena masih sibuk memilih-milih lelaki yang cocok untuk diajak kencan nanti malam. Judith menggelengkan kepalanya heran melihat kelakuan sahabatnya itu. Dengan gaya kemayunya yang khas, Judith menggigit buah apel sembari duduk menyilangkan kakinya bak seorang wanita lemah lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS DESIRE
RomantizmThe Patlers #2 ( Abraham & Sheena ) Jay Abraham Patlers adalah pewaris utama perusahaan tambang minyak terbesar Amerika, Patlers Group yang memiliki aset di setiap sudut dunia. Pria tiga puluh lima tahun itu memiliki watak dingin, pembawaan yang ten...