Chapter 32 : Spend my life with her

164K 14K 1.9K
                                    

Sheena tampak sedikit gugup di bangku depan. Tangannya terasa licin oleh keringat. Matanya menatap lurus ke depan. Ia terus bertanya-tanya siapa Maxime Patlers, jujur saja jika Abraham mengatakan pria itu cukup berharga baginya, bukankah dia berarti seseorang yang sangat dekat dengannya? Apakah adiknya? Kakaknya? Atau...

Sheena bahkan tak dapat mengeluarkan kata-katanya dari mulut. Jadi dia membatin.

Anaknya?

Apa itu mungkin? Abraham sudah menikah? Tidak, tentu tidak. Jantung Sheena semakin berdegup kencang saat Abraham membelokkan mobil ke jalan yang mengarah keluar dari padatnya kota Manhattan sore itu.

Sedangkan Abraham sedari tadi sibuk menatap ke kaca, pada sebuah mobil hitam yang ia curigai sedang mengikutinya. Abraham pun memasang alat di telinganya, memencetnya sekali sebelum berbicara.

"Seseorang sepertinya sedang membuntutiku." Kata Abraham kembali berbelok, dan mobil di belakangnya pun ikut berbelok. Abraham menggeram."Lakukan sesuatu."

Abraham pun menepikan mobilnya perlahan dan berhenti di depan sebuah minimarket. Matanya kembali mengarah pada mobil hitam yang bergerak pelan, seolah kesal karena sudah ketangkap basah. Tak lama kemudian sebuah mobil polisi pun tampak di belakang mobil tersebut, membuat mobil hitam itu terpaksa menaikkan kecepatannya, lari dari kejaran polisi.

"Thank you." Kata Abraham lalu kembali mengemudikan mobilnya.

Keparat.

Abraham yakin itu suruhan Aaric.

"Ada apa dengan mobil itu? Kita diikuti? Kenapa?" Sheena yang sedari tadi memandangi Abraham pun tak kuasa menahan rasa penasarannya.

"Tidak apa-apa, honey. Hanya wartawan-wartawan kurang kerjaan."

Sheena menghela napas. Lalu ia memandangi kekasihnya lekat-lekat. Betapa sempurnanya. Sheena tak habis pikir kenapa ada manusia yang begitu tampan. Tak hanya dari segi wajah tapi tubuhnya pun begitu atletis. Oh tuhan. Sheena sampai senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Setelah puas memandangi Abraham, Sheena kembali memandangi jalan yang terbentang di depan matanya. Jalan yang dihiasi oleh pohon-pohon dan beberapa gedung yang jaraknya cukup jauh. Daerah ini seperti daerah terpencil.

Jalanan disini juga begitu sepi. Setelah hampir sepuluh menit berada di jalan, sepertinya baru ada dua mobil yang berlalu lalang. Sheena semakin gugup.

Tak lama kemudian mobil pun berbelok pada area bangunan tinggi, seperti unit apartemen namun lebih kecil dari milik Sheena. Di daerah lumayan ramai. Ada pertokoan dan bangunan lainnya. Abraham pun memasuki pekarangan gedung itu lalu memarkirkan mobilnya di tempat khusus.

"Apa ini apartemen?"

"Hm."

"Sepi sekali."

"Ada kampus di dekat sini. Unit ini rata-rata dihuni oleh para mahasiswa. Dan sekarang sedang masa libur, jadi memang sepi." Bohong Abraham.

Sheena mengangguk, mengerti.

Abraham pun meraih tangan Sheena sambil mengecup puncak kepala wanitanya saat mereka berjalan memasuki gedung, langsung menaiki lift. Sungguh tempat ini sangat sepi. Bahkan seperti tidak ada penghuninya sama sekali. Sheena tak pernah tau ada tempat seperti ini!

"Maxime... apa dia adikmu?" Tanya Sheena tak sanggup menahan rasa penasaran yang kian membuncah di dalam benaknya.

Ia mendongak sedikit untuk menatap Abraham yang sedang tersenyum tipis.

"Dia laki-laki?"

"Apa ada perempuan yang namanya Maxime?"

Oh Sheena tau dirinya sangat konyol. Pertanyaan itu membuat Abraham tertawa geli dalam hatinya. Sheena sungguh tipe wanita pencemburu buta sepertinya. Abraham menyukai itu.

DANGEROUS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang