Chapter 26 : Understanding him

171K 13.7K 2.3K
                                    

Memang tak mudah mendekati seseorang yang memiliki trauma mendalam. Menjadi korban penculikan selama setahun, pulang dalam keadaan mengenaskan, adalah hal yang sangat amat mengerikan. Bayangkan jika itu terjadi padamu. Entah apa yang terjadi pada Abraham selama setahun itu. Entah kekerasan jenis apa yang ia dapatkan selama setahun itu. Entah seberapa besar mental dan fisiknya di hancurkan oleh manusia-manusia bejat itu.

Menyembuhkan luka fisik memang mudah. Tapi luka mental, itu sama sekali tidak mudah.

Satu tahun... bukan waktu yang singkat.

Sheena sudah pernah merasakan saat dirinya di culik oleh dokter Kevin. Berlari seorang diri bagai hewan buruan di tengah hutan. Berlari dengan dua tujuan yang tak pasti. Hidup atau mati. Sekarang bayangkan Abraham. Dia mengalami hal yang lebih mengerikan di umurnya yang masih remaja. Sheena tak dapat membayangkan seberapa hancurnya mental Abraham.

Oh dia manusia super jika kembali dengan mental yang baik-baik saja. Sheena memang bukan seorang psikolog tapi dia belajar sedikit tentang itu.

Orang seperti Abraham membutuhkan kasih sayang. Orang seperti Abraham, sudah pasti mengalami masalah dalam mempercayai orang. Orang seperti Abraham akan membentengi dirinya dengan bersikap kasar dan tak membiarkan perasaan cinta tumbuh dalam dirinya.

Sheena tak merasa sakit hati atas perkataan Abraham tentang dirinya yang hanya dijadikan pemuas nafsu semata. Sheena sangat memakluminya. Abraham hanya sedang berusaha melindungi dirinya sendiri dari kekecewaan yang mungkin pernah ia alami?

"Minum jus jeruk di dalam bar?"

Sheena tersadar dari pikirannya lalu menoleh pada laki-laki yang duduk di sebelahnya. Oh sialan. Ini adalah pasien menyebalkan yang waktu itu.

Pria itu meneguk minumannya sambil terus memperhatikan Sheena namun Sheena segera mengalihkan pandangannya kembali ke meja, memikirkan segalanya.

"Kau sepertinya memang sedang patah hati."

"Dan itu bukan urusanmu."

"Sombong sekali."

Sheena meneguk jus jeruknya lagi. Entah apa yang membawanya kemari. Ia hanya butuh kegaduhan di dalam bar. Ia butuh melihat luka-luka batin yang coba orang-orang ini sembunyikan. Semua tampak bahagia, berjoget dengan teman, berciuman dengan pasangan, segala macam kesenangan. Tapi percayalah, itu terkadang hanyalah topeng semata.

"Seberapa parah luka hatimu? Mungkinkah aku dapat menyembuhkannya?"

"Oh apakah kau juga seorang dokter?" Sheena mengangkat alisnya sebelah."Menyembuhkan luka hati seseorang saat dirinya sendiri tak dapat mengompres dahi yang bengkak akibat terantuk."

Aaric tertawa lucu. Pria yang tengah memakai kemeja hitam dengan lengan digulung dan celana berwarna abu-abu itu pun kembali memandangi wajah Sheena yang kacau balau.

"Kenapa minum jus jeruk? Kau tak kuat dengan alkohol?"

"Alkohol hanya akan membuat orang-orang sepertimu senang. Kau tau maksudku? Saat gadis-gadis mabuk, pria hidung belang sepertimu akan memanfaatkan keadaan."

Lagi Aaric tertawa lucu."Apakah kau seorang psikolog? Kau pandai membaca watak seseorang. Dugaanmu tepat seperti apa yang sedang kurencanakan."

"I know." Jawab Sheena."I can see it in your face."

"Apalagi yang kau lihat di wajahku? Ketampanan?" Aaric menyeret kursinya lebih dekat.

DANGEROUS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang