"Shee kau belum datang bulan juga kan? Sudah terlambat dua minggu."
Sheena berdeham sambil mengetik sesuatu di komputernya, seolah tak mendengar apa yang Judith katakan.
"Kau sudah melakukan tes kehamilan?"
"Aku sedang sibuk, Ju."
Judith memutar mata."Sibuk menyembunyikan kehamilan eh? Astaga Shee, kau sudah memberitahu Abraham?"
Sheena segera membekap mulut Judith sambil melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada siapapun di ruangan itu. Kemudian ia pun melepaskan tangannya dari mulut Judith, menghela napasnya berat.
Dan Judith semakin bersemangat."Oh god, aku tak menyangka ini terjadi. Sungguh kau hamil Shee? Kau yakin bisa menjadi seorang ibu?"
Sheena masih saja memaksakan dirinya untuk fokus ke layar komputernya. Entah apa yang sedang ia baca di sana.
"Aku akan mengucapkan selamat untuk Abraham. Aw selamat menjadi ayah Abraham! Daddy Abraham. Oh gosh! Hot daddy! I can not!!"
"Stop!" Sheena mengangkat tangan di udara, menatap Judith kesal."Jangan lakukan itu. Aku tak ingin memberitahu siapapun."
"Hei tapi dia perlu tau kan? Apa jangan-jangan dia bukan ayahnya? Kau tidur dengan siapa saja?"
"Aku hanya tidur dengan Abraham!"
"Lalu kenapa kau tak ingin memberitahunya?"
"Aku tak ingin membebaninya saat ini. Kupikir belum waktunya untuk memberitahu dia. Bahkan hubungan kami terasa semakin rumit saat ini." Dengus Sheena lelah.
"Hei membebani apa? Itu kan ulah batangnya yang nakal? Kenapa pula dia harus terbebani? Sebelum menyembur dia harusnya sudah tau konsekuensi kuda-kudaan tanpa pengaman! Apa dia bodoh dan asal crat crit crot saja?"
"Sudahlah Ju, kau tak paham masalahnya." Sheena mengibaskan tangannya."Omong-omong apa kau punya kenalan psikolog yang baik?"
"Eh? Kenapa memangnya? Apa Abraham sakit jiwa? Atau kau yang mulai tidak waras?"
"Anggap saja begitu."
"Hm aku tidak tau. Semua psikolog yang aku kenal punya otak dungu. Kau harus bertanya pada Edward. Bukannya dia spesialis saraf? Omong-omong aku tak mengerti kenapa Edward bisa menjadi dokter saraf saat sarafnya sendiri banyak yang putus! Haha!"
"Apakah sekarang Edward adalah target bully mu yang baru?"
"Memang benar kan? Sejak dulu otak Edward bekerja seperti siput. Mungkin itu akibat keseringan bergaul dengan orang sinting. Aku kasihan sih orang ganteng begitu memiliki otak udang. Sungguh! Bagaimana bisa Edward menjadi dokter? Apa orang tua nya kaya? Aku tak yakin." Judith memutar mata meremehkan."Bahkan kudengar jika pergi berkencan, wanita lah yang membayar makanan. Cih laki-laki tak punya modal."
"Jangan-jangan kau juga menggosipkanku saat aku tak ada?" Sheena menyipitkan mata, curiga.
"Tak ada hal yang menarik untuk digosipkan darimu selain topik bahwa kau berpacaran dengan pewaris Patlers Group!"
"Aku tak berpacaran dengannya."
"Tak berpacaran tapi gemar membuka paha untuknya eh? Dia pasti suka sekali dengan roti selaimu. Dan kau pasti menyukai pisangnya sampai-sampai muncratannya sekarang berkembang pesat di dalam rahimmu."
Sheena hanya berdecak malas sambil menggelengkan kepalanya heran. Bahasa Judith memang sangat jorok dan aneh.
"Hei tapi memang benar, semenjak kau berhubungan dengan Abraham, kau tampak berbeda. Jangan sampai kau menjadi Harley Quinn. Seorang dokter yang berubah menjadi gila akibat jatuh cinta pada Joker."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS DESIRE
RomanceThe Patlers #2 ( Abraham & Sheena ) Jay Abraham Patlers adalah pewaris utama perusahaan tambang minyak terbesar Amerika, Patlers Group yang memiliki aset di setiap sudut dunia. Pria tiga puluh lima tahun itu memiliki watak dingin, pembawaan yang ten...