"Shee, kau telat datang bulan kan?" Judith berkata sambil mengikuti Sheena di belakang.
"Aku baru telat satu hari. Itu bukan masalah. Aku bahkan pernah telat satu bulan."
"Tapi kau muntah-muntah."
"Aku hanya sedang tidak enak badan saja. Jangan berpikir yang bukan-bukan!"
Sheena baru selesai membasuh mulutnya lalu mengusapnya dengan tissue. Ia berjalan dengan sangat lemah kemudian menghentakkan punggungnya di kursi. Ia menghela napas panjang.
Sementara Judith yang sangat peka pun mengerutkan dahinya ketika ia memindai wajah Sheena yang penuh kesedihan dan amarah yang bercampur. Oh astaga. Judith menutup mulutnya heboh ketika ia menatap leher Sheena yang penuh dengan bekas merah.
"Apakah Abraham sangat hebat di ranjang? Sepertinya ia seseorang yang doyan melukis leher wanita menggunakan bibirnya."
Sontak Sheena menutup leher dengan rambutnya. Ia pun berdeham salah tingkah.
"Tak perlu malu, Shee. Aku tau kalian sering main kuda-kudaan."
"Kau tau darimana?!"
Judith memutar bola matanya malas."Menurutmu aku bodoh? Tak mungkin aku lulus dengan predikat cumlaud jika otakku berjalan lambat. Sekarang kau harus melakukan testpack."
"Haha tidak perlu." Sheena mengibaskan tangannya di udara sambil bergerak tak nyaman di kursinya. Wajahnya mendadak gelisah. Jantungnya berdegup kencang.
"Jangan anggap remeh. Dari postur tubuh Abraham, aku dapat menduga dari awal kalau benihnya bukan hanya perenang yang baik melainkan benih jenis tornado yang dapat menembus rahimmu dalam hitungan detik. Aku sangat yakin kau sedang hamil. Kau bodoh atau apa? Aku jadi ragu kalau kau seorang dokter."
"Kau bicara apa!" Pekik Sheena kesal, membuat Judith terperanjat kaget."Keluarlah, Ju. Aku butuh waktu sendirian!"
"Eh? Ada apa denganmu? Hormon kehamilan, eh?" Goda Judith dengan sebuah senyum.
"Aku akan melemparmu jika kau tak keluar sekarang juga. Aku tidak bercanda." Sheena mengambil vas bunga, mengangkatnya di udara.
"Fix kau hamil!"
"Berhenti bicara omong kosong dan keluar sekarang! I am not in a good mood!"
"Yeah tentu saja mood mu tidak baik. Kau kan sedang hamil." Judith tak berhenti menggoda, sepertinya ia tak takut sama sekali dengan Sheena.
Hal itu membuat Sheena mencengkram vas bunga dengan kuat, siap melayangkannya ke wajah menyebalkan Judith. Judith dapat melihat raut wajah Sheena merah padam oleh amarah.
"Tenang dulu, babe. Sekarang ceritakan padaku apa masalahmu dengan Abraham?"
"Kenapa kau bertingkah seolah kau tau tentang hubungan kami?" Sheena berdecih."Dia hanya menganggapku budak seks semata. Lagipula tak ada gunanya aku menceritakan padamu karena aku sudah selesai dengan pria itu."
Judith kembali memutar bola mata."Lalu kau menginginkan apa? Status?"
"Tentu saja!"
"Memang kau pernah mengucapkan cinta? Kau berharap Abraham mengucapkan cinta, kan? Kenapa bukan kau saja yang melakukannya? Dan sekrang kau malah marah-marah tidak jelas. Memang dunia ini melulu harus perkara wanita apa? Kasian para pria. Selalu menjadi seseorang yang disalahkan!"
Sheena mengerutkan dahinya tak percaya."Ju? Apa ini benar-benar dirimu? Kenapa kau malah membela Abraham?"
"Aku hanya bicara logika." Judith mendengus kesal."Jangan membebankan segalanya pada pria, Shee. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa kau pernah menyatakan cintamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS DESIRE
RomanceThe Patlers #2 ( Abraham & Sheena ) Jay Abraham Patlers adalah pewaris utama perusahaan tambang minyak terbesar Amerika, Patlers Group yang memiliki aset di setiap sudut dunia. Pria tiga puluh lima tahun itu memiliki watak dingin, pembawaan yang ten...