Chapter 36 : Anything for you, love

192K 12.4K 2.7K
                                    

Flashback

Tempat itu selalu menjadi tempat berkumpulnya para muda mudi New York. Apalagi kalau bukan sebuah club malam. Tak hanya para muda mudi namun yang tua pun tak kalah ramai. Bersenang-senang sambil mengangkat gelas ke udara ataupun sekedar duduk memandangi lautan manusia beraneka ragam yang tengah berjoget ria.

Di sudut tampak sebuah lantai bagi penari striptis yang tengah memanjat tiang, menggunakan pakaian cukup seksi sebagai umpan lezat bagi para laki-laki hidung belang. Namun pemandangan itu rasanya terlalu membosankan bagi empat anak muda yang tengah duduk di bar sambil menenggak alkohol, hanya bercakap dan bergoyang sesekali.

"Ayolah, Jav!" Seru Aaric sambil menuangkan lagi gelas Javier yang sudah kosong."Jangan jadi pecundang. Kalahkan aku."

"Aku bosan menang." Kesal Javier.

Pasalnya pria tampan itu sedang tak berminat mabuk malam ini karena esok pagi ia dan kembarannya Jasmine harus terbang pagi-pagi buta ke Milan. Lagipula Aaric entah kenapa begitu terobsesi ingin mengalahkan Javier dalam hal ini. Padahal ia berkali-kali berakhir teler dan tak sadarkan diri setelah meneguk tiga gelas alkohol.

Aaric tak menyerah, ia masih menyodorkan gelas itu ke depan wajah Javier."Aku yakin kali ini kau akan kalah."

"Sial ada apa dengan kalian?" Gerutu Jasmine sambil memutar bola matanya jengkel."Berikan padaku. Lawan aku saja."

Gadis cantik itu pun segera merebut gelas dari tangan Aaric lalu menenggaknya liar.

"Kau kalah dari adikmu sendiri. Pecundang." Olok Aaric sambil berdecih pada Javier. Oh pria itu tak berminat melawan wanita. Dia hanya ingin mengalahkan Javier malam ini.

"Aku harus ke kamar mandi." Alaric yang sedari tadi sibuk menggoda wanita pun meletakkan gelas kosongnya di atas meja. Kembaran Aaric tersebut pun segera menggandeng seorang wanita, menyeretnya keluar dari kerumunan.

"Cabul."

"Seperti kau tidak cabul saja." Javier berkata setelah meneguk minumannya.

"Aku tak separah Alaric. Aku hanya meniduri jalang berkelas, bukan jalang murahan seperti seleranya Alaric." Kekeh Aaric."Aku yakin tak lama lagi Alaric akan kena HIV. Siapa mau bertaruh? Kuberikan Ferarri termahalku jika aku kalah."

Javier mengerang malas."Aku bersumpah itu akan menjadi taruhan paling konyol yang pernah kulakukan."

"Apa Rayan memang selalu berlagak sombong?"

"Jika ada yang bisa di sombongkan, why not?" Jasmine mengangkat alisnya sebelah."Kami punya segudang Ferarri jika kau tidak tau."

"Oh wow!" Ejek Aaric.

Yah Jasmine tak dapat menyangkal bahwa The Patlers memang memiliki kekayaan melimpah ruah. Jadi menyombong pada mereka rasanya tak berguna sama sekali.

"Omong-omong soal taruhan, aku akan melakukan balapan melawan Gerald minggu depan. Sialan keparat satu itu menyabotase lambo ku di pertandingan sebelumnya."

"Astaga si Gerald sialan itu." Jasmine berdecak lalu melirik Javier dengan sebuah senyum penuh arti."Kemarin dia menciumku. Lagi."

"Dia menciummu?" Tanya Javier protektif.

"Ya, dua kali."

"Keparat."

"Sudahlah Jav, kenapa kau tak membiarkanku punya pacar? Kau menyebalkan! Bagaimana kalau aku berpacaran dengan Alaric? Kau pasti akan setuju kan karena kita semua berteman?"

DANGEROUS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang