Chapter 38 : Sex in the hospital

235K 12.8K 1.8K
                                    

Kemarahan Abraham masih bertahan selama beberapa menit sampai ia tak sadar ponselnya bergetar. Matanya melirik tajam pada layar lalu ia mengambil benda itu dan menempelkannya di telinga.

"Aku yakin kau sudah melihat adegan tadi." Kata Aaric."Dan aku tau saat ini kau sedang ingin sekali memecahkan kepalaku."

Abraham hanya menggeram halus dengan rahangnya yang terlihat tegang.

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Sekali lagi aku menawarkan padamu untuk berdamai. Kau serahkan Maxime padaku lalu aku akan pergi dari New York."

Tangan Abraham mencengkram kuat ponselnya. Ia tak dapat berkata-kata karena emosi yang memuncak.

"Aku sudah cukup mengalah dan mengerti kondisimu. Kau punya segalanya. Aku hanya punya Maxime jadi serahkan dia padaku. Ini terakhir kalinya aku meminta secara baik-baik."

Aaric ingin menghantam kaca mobilnya kini. Ia pun mengambil napas dan mencoba menenangkan dirinya.

"Kau benar-benar ingin menyeret Sheena dalam masalah kita?"

Sialan. Aaric tak pernah membenci Abraham. Ia tak pernah ingin mencelakakan saudaranya sendiri. Aaric tau mereka berdua telah tertipu oleh iblis betina. Abraham telah menjadi anak emas di keluarganya sehingga sudah pasti kasih sayang yang Aaric dapatkan dari orang tuanya benar-benar berbeda. Seolah hanya Abraham saja anak mereka. Aaric tidak pernah peduli tentang itu selama ia bisa bahagia dengan dunianya. Ia juga tidak pernah menuntut untuk diberikan perhatian lebih. Ia tak pernah menuntut tentang warisan karena ia sudah merasa cukup dengan apa yang ia miliki.

Aaric memang bodoh. Terkadang saat kau mencintai seseorang, akal sehatmu akan hilang. Contohnya, ia pernah ingin menjatuhkan Abraham dengan menyebar foto skandal pria itu dengan Jasmine setahun yang lalu. Namun Aaric sadar bahwa itu bukan kemauannya melainkan Grace.

Tapi sekarang, saat dirinya tau bahwa ia punya anak, siapa yang tak menginginkannya? Bahkan Aaric tak pernah tau bagaimana rupa Maxime.

Setahun yang lalu ia sudah mencoba berdamai dengan Abraham dan menjelaskan semuanya namun Abraham tidak mempercayainya. Aaric tau Abraham tak akan percaya pada siapapun sehingga ia mengalah dan memberi waktu utk Abraham dengan memilih pergi dari New York. Aaric sangat menyesal karena sudah menghadirkan seorang anak tak berdosa dalam masalah ini.

Dan sekarang ia ingin bertanggung jawab untuk itu. Ia ingin menebus kesalahannya dengan merawat Maxime. Karena hanya Maxime yang ia miliki. Darah dagingnya sendiri. Aaric ingin memulai hidup baru seperti yang dilakukan kembarannya. Alaric menjalani hidup yang damai di Barcelona dan kabarnya ia pun mulai membuka hati kembali pada seorang gadis Spanyol.

"Apa kau ingat penculikan Sheena waktu itu?"

Mata Abraham berkedut dan tubuhnya mendesir. Aaric menyeringai tipis.

"Connor adalah anak buahku. Kau ingin hal seperti itu terjadi lagi?"

"Kau dalangnya?"

"Hm." Jawab Aaric."Waktu itu aku hanya memerintahkan Connor membawa Sheena padaku karena aku ingin menggali informasi tentang keberadaan Maxime. Sekaligus aku ingin memastikan jika gadis itu berharga bagimu. Dan melihat reaksi gilamu, aku yakin bahwa dia memang sangat berharga bagimu. Jadi aku memutuskan untuk tidak mengganggunya lagi setelah itu."

"Fuck—"

"Tapi kau harus tau bahwa aku tidak pernah menyuruh mereka memperkosa Sheena. Aku bersumpah. Bahkan aku sudah menghabisi Connor karena melakukan itu." Jujur Aaric."Tapi sekarang, jika kau masih keras kepala, aku tak segan-segan memerintahkan mereka untuk memperkosa kekasihmu."

DANGEROUS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang