03 . Bully

2.5K 388 90
                                    

[Indonesia, August 30th 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Indonesia, August 30th 2020.]

   𝗕𝗨𝗡𝗬𝗜 𝗝𝗔𝗠 𝗪𝗘𝗞𝗘𝗥 di pagi hari ini benar-benar mengganggu ketenangan seorang gadis yang tengah tertidur nyenyak.

"Ck, ganggu aja sih dasar alarm!" gerutu Olyvia yang setengah sadar, lalu mematikan jam wekernya.

Gadis malas itu segera bangun dari tempat tidur, mandi dan bersiap. Olyvia melihat dirinya di pantulan cermin kamar, kondisi wajahnya jauh terlihat mendingan daripada kemarin. Namun tetap saja, semua tamparan itu meninggalkan bekas.

Bekas di fisiknya,

juga bekas di hatinya.

"Hm, ini kalau bekasnya masih ada pasti mama makin curiga. Apa aku tutupin pakai make up aja, ya?" tanya Olyvia pada dirinya sendiri.

Setelah merenung cukup lama, Olyvia akhirnya memutuskan untuk memakai concealer tipis-tipis untuk menutupi bekas tamparan dan kantung matanya. Ia timpa dengan bedak transparan agar lebih menutupi warnanya, mengikat rambutnya bergaya ponytail, dan terakhir mengoleskan lipbalm dengan sedikit warna ke bibir pucatnya.

"Done !" ucapnya puas.

Olyvia lalu melanjutkan kegiatan bersiapnya, ia memasukkan semua buku pelajaran dan tak lupa membawa headphone kesayangan---hadiah dari Rayn, lalu turun ke bawah untuk sarapan sebentar.

"Morning, Mah," sapa Olyvia.

Mama Olyvia tersenyum manis dan membalas, "Morning too, Sayang."

Setelah sarapan dan berbincang singkat bersama amanya, Olyvia akhirnya berangkat ke sekolah.

[ . . . ]

Tepat saat baru saja sampai di gerbang sekolah, Olyvia dapat melihat banyak tatapan sinis ke arahnya dan juga telinganya dapat mendengar bisikan-bisikan mencibir.

"Eh, eh, liat tuh pembunuh!"

"Iyaya, cantik cantik psikopat!"

"Bisa-bisanya Rayn, primadona sekolah kita temenan sama psikopat."

"Dasar numpang pamor!"

Banyak lagi bisikan-bisikan yang sebenarnya mereka lontarkan, namun Olyvia memilih untuk menghiraukannya. Gadis bersurai hitam itu lebih memilih untuk kembali melanjutkan kegiatan berjalannya.

Sesampainya di kelas, netranya melihat Rayn yang telah datang dan tengah duduk tenang. Hal itu membuat sudut bibir Olyvia seketika terangkat.

"RAYN!" panggil Olyvia sedikit berteriak. Ia pun berlari mendekatinya. "Gue tadi nunggu lo di stasiun bis."

Rayn sama sekali tak menoleh atau menjawabnya.

Olyvia menghela napasnya sebentar, kemudian kembali memutuskan untuk berbicara. "Rayn? Lo masih ma--"

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang