11 . Second Victim

1.4K 310 15
                                    

        𝗠𝗔𝗟𝗔𝗠 𝗛𝗔𝗥𝗜 setelah Harry menyelesaikan tugasnya, dia memilih untuk kembali ke asrama begitu selesai berpamitan dengan Camellia, Hermione, dan Ron

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝗠𝗔𝗟𝗔𝗠 𝗛𝗔𝗥𝗜 setelah Harry menyelesaikan tugasnya, dia memilih untuk kembali ke asrama begitu selesai berpamitan dengan Camellia, Hermione, dan Ron. Di tengah perjalanan, Harry kembali mendengar suara-suara bisikan aneh itu. Rasa penasaran memenuhi benak hingga membuat Harry mengambil keputusan untuk mengikuti arah suara itu hingga menemukan Hantu Headless Nick dan Justin Finch-Fletchley---seorang murid Hufflepuff yang berada di tahun yang sama dengannya terbaring membeku. Kondisi mereka sama seperti korban-korban teror yang terjadi sebelumnya.

Harry mendekat, tangannya mencoba meraih lengan Justin yang membeku---bermaksud untuk mengecek keadaannya. Tetapi satu suara dari belakang sana membuat Harry menghentikan aksinya.

"Tertangkap basah! Saya yakin kau akan dikeluarkan, Potter. Ingat ucapanku!" tuduh Filch yang merupakan sumber suara yang didengar oleh Harry.

Harry gelagapan. "Tidak, Mr.Filch! Anda tidak mengerti!"

Filch tidak menghiraukan ucapan Harry dan melaporkannya pada Dumbledore. Harry tak punya alibi yang bisa membebaskannya dari tuduhan itu, ia yang pasrah akhirnya dipanggil Dumbledore dan diminta pergi ke ruangannya.

"Professor Dumbledore menunggumu. Sherbet Lemon," kata McGonagall pada gargoyle yang menjaga ruangan Dumbledore, membuatnya bergerak membuka dan Harry masuk ke tangga yang langsung menuju ruangan kepala sekolah Hogwarts. Dia mengetuk pintu luar ruangan sebelum kemudian langsung masuk ke ruangan Dumbledore karena tak kunjung mendapatkan balasan dari sang pemilik ruangan.

"Professor Dumbledore?" panggil Harry yang tak mendapat balasan.

Ia mencoba berkeliling, melihat isi sekitar ruangan. Ruangan Dumbledore besar dan bundar, di dalamnya terdapat banyak benda-benda aneh. Dinding ruangan itu dipenuhi oleh lukisan para mantan kepala sekolah Hogwarts sebelumnya, pria dan wanita yang tertidur dalam figuranya masing-masing. Di atas rak terdapat sebuah topi sihir kumal yang terdapat tambalan,

Topi Seleksi.

Harry dengan ragu mendekat, matanya menatap lekat kepada benda itu. Berbagai pertanyaan nampaknya memenuhi isi kepala Harry.

"Apa yang kau pikirkan, Potter?" tanya Topi Seleksi yang membuat Harry terkejut.

Harry membuka mulutnya. "Aku cuma bimbang apakah kau tempatkan aku di tempat yang benar?"

"Yeah, memang susah menempatkanmu. Tapi aku tetap dengan keputusanku tahun lalu. Memang kau lebih baik di Slytherin."

"Kau salah!" Harry menjauh dari arah Topi Seleksi dan mendekati burung Phoenix yang sedang bertengger.

Matanya menatap burung itu penuh kagum. Burung itu terlihat sudah tua dan kelihatannya sedang sakit parah, matanya sangat redup. Saat sedang asik memperhatikannya, secara tiba-tiba burung itu terbakar dan membuat orang yang sedari tadi memperhatikannya dengan serius menjadi begitu terkejut.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang