05² . Suspicious

2.2K 377 21
                                        

[SNAPE'S POV ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[SNAPE'S POV ]

     𝗔𝗞𝗨 𝗕𝗔𝗥𝗨 𝗦𝗔𝗝𝗔 keluar dari ruangan Albus Dumbledore. Tepat setelah aku keluar dari sana, batinku terus memaki saat pria berusia seratus tahunan itu mengatakan bahwa aku harus menjamin keamanan dan keselamatan bocah Potter selama dia bersekolah di sini.

Yang benar saja! Menjaga bocah bodoh, tengil dan menyusahkan itu?!

Kedua kakiku terus melangkah secara tidak sadar karena pikiranku yang kacau, hingga membawaku sampai di dekat Danau Hitam.

Bodoh! Kenapa berjalan ke sini!

Aku yang menyadari kebodohanku langsung saja berbalik. Namun, satu suara menggapai indera pendengaranku. Suara yang sangat samar, berasal dari Danau Hitam.

Apa itu? Batinku bertanya-tanya.

Aku bergegas untuk meninggalkan kawasan danau. Namun, suara yang kuyakini adalah suara manusia berasal dari dalam danau kembali terdengar. Suara yang menjadi lebih jelas dan membentuk dua kata singkat.

"Help! Help!"

Aku berusaha tak memperdulikan suara yang sepertinya tengah meminta pertolongan itu. Namun, perasaanku terus berpikir bahwa aku harus menolongnya. Butuh waktu beberapa menit untuk melawan hatiku yang bergejolak dan membuatku membalikkan diri untuk mendekat ke danau. Mataku memicing tajam, berusaha meraba ke dalam gelapnya danau.

Cih? Sejak kapan aku jadi baik?!

Jubah hitam kebanggaan yang tampak seperti kelelawar saat aku berjalan kulepas sebelum aku menceburkan diri ke dalam danau. Lenganku bergerak, menyusuri kedalaman danau hitam yang dingin dan gelap. Kepalaku terus mengenok dan mataku berada dalam kewaspadaan yang tinggi.

Mataku menyipit saat mendapati sesuatu yang mengambang dekat dasar danau. Sesuatu yang tampak seperti sebuah bocah dengan wajah yang tertutup rambut. Demi Jenggot Merlin! Bagaimana bisa seorang bocah ada di sini? Aku berenang semakin ke dasar, tanganku terus berusaha untuk meraihnya. Begitu mendapatkannya, aku langsung mendekap dan mengangkatnya ke daratan. Kudekap tubuh kecilnya yang dingin dan kuletakkan di tanah dengan dedaunan kering begitu sampai di atas.

Bocah itu terbatuk, tapi tak begitu kupedulikan.
Aku hanya berusaha mengeringkan bajuku saja. Kudengar dia menggumamkan sesuatu yang tak begitu jelas.

Bocah itu lalu berkata, "Haha, bahkan saat aku mati, aku masih saja sempat berimajinasi tentang Harry Potter."

Aku menoleh cepat. "Harry Potter?! Katakan padaku yang kau tahu!"

"Harry Pot--"

"Cepat katakan!" paksaku.

Belum sempat bocah itu membalas pertanyaanku, ia sudah jatuh pingsan.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang