14 . The Reason

1.3K 293 77
                                    

˖◛⁺⑅ ❁ ˖◛⁺⑅ ❁ 🅒🅗🅐🅝🅒🅔 ❁ ⑅⁺◛˖ ❁ ⑅⁺◛˖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˖◛⁺⑅ ❁ ˖◛⁺⑅ ❁ 🅒🅗🅐🅝🅒🅔 ❁ ⑅⁺◛˖ ❁ ⑅⁺◛˖

Harry dan Ron pergi mengikuti Dumbledore pergi ke kantornya.

Sebenarnya Harry ingin menemani sepupunya yang sedang pingsan, apalagi setelah mendengar bahwa Camellia terkena kutukan Cruciatus? Harry sebenarnya tak tahu tentang kutukan itu. Namun, melihat reaksi para professor yang terkejut, ia yakin bahwa kutukan itu cukup berbahaya.

"Kalian berdua sadar bahwa dalam beberapa jam saja, kalian telah melanggar selusin aturan sekolah. Ditambah dengan mengajak Miss Evans dan membuatnya terluka."

Harry dan Ron mengangguk pasrah. "Yes, Sir."

"Tapi, Professor, Camellia yang memaksa ikut," bantah Ron yang langsung dihadiahi sikutan oleh Harry.

"Sudah cukup bukti untuk mengeluarkan kalian dari sekolah."

"Yes, Sir."

"Karena itu ... selayaknya kalian bertiga mendapatkan Bintang Tanda Jasa dari sekolah," ucap Dumbledore, membuat Harry dan Ron mendongak cepat.

Ron sumringah. "Terima kasih, Sir!"

"Mr. Weasley, tolong kirimkan surat pembebasan ini ke Azkaban. Kita ingin Hagrid kembali," minta Dumbledore pada Ron untuk pergi mengirimkan surat pembebasan Hagrid.

Bocah Weasley itu segera pergi keluar dari ruang kantor kepala sekolah.

"Harry. Pertama, aku ingin berterima kasih padamu. Kau sudah menunjukkan kesetianmu yang sejati. Hal itu yang memanggil Fawkes datang padamu. Dan ... kedua, aku merasa ada yang mengganggu pikiranmu. Betul, Harry?" tanya Dumbledore.

"Hanya ... saya hanya kepikiran ada persamaan antara Tom Riddle dan saya. Begitu," jawab Harry.

Dumbledore tersenyum. "Kau bisa bahasa ular, Harry, kenapa? Karena Lord Voldemort bisa bahasa ular. Kalau aku tidak salah Harry, dia mentransfer sebagian kekuatannya padamu di malam dia memberimu luka."

"Voldemort mentransfer sebagian kekuatannya pada saya?"

"Tidak dengan sengaja. Tapi, iya."

"Jadi, Topi Seleksi benar. Seharusnya saya di Slytherin."

Dumbledore menatap Harry. "Benar bahwa kau punya kekuatan Voldemort. Tegas, cerdik dan suka mengabaikan peraturan. Lalu kenapa Topi Seleksi menempatkanmu di Gryffindor?"

"Karena saya yang memintanya."

"Tepat, Harry. Tepat. Itu yang membuatmu berbeda dengan Voldemort. Bukan keahlian yang menunjukkan siapa kita sebenarnya. Tapi pilihan yang kita ambil." Dumbledore mengambil sebuah pedang dan menaruhnya di atas meja. "Kalau ingin membuktikan bahwa kau memang layak di Gryffindor, coba perhatikan ini baik-baik. Hati-hati."

"Godric Gryffindor," gumam Harry membacakan ukiran di pedang yang ia pegang.

"Hanya seorang anak Gryffindor sejati yang dapat menariknya keluar dari topi itu."

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang