02 . Him

3K 441 160
                                    

[FLASHBACK ON ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[FLASHBACK ON ]

Hujan Es

Rayn
P
P
P
P
P
Lo blm tdur, kan?
P
P
HEH
JAWAB ANJIR
19.15


Ck, sabar
Blm
Knp?
19.20

Bsk libur kan?
19.20

Iy, trs?
19.27

Gue main ke rmh
lo ya, bosen di rmh
19.28

Hm
19.32

Gimana?
19.33

Ok
19.40

"Huh, singkat banget si jawabnya!"

[ . . . ]

[06.00 WIB, Jakarta.]

    𝗗𝗜 𝗣𝗔𝗚𝗜 𝗛𝗔𝗥𝗜 yang bahkan belum menunjukkan tanda-tanda munculnya Sang Mentari, seorang gadis di salah satu rumah di kota Jakarta terlihat sibuk dengan berbagai hal. Siapa lagi jika bukan Olyvia Saputri? Olyvia sengaja bangun sangat pagi hari ini, itu dilakukannya hanya untuk menyiapkan segala hal yang perlu dibawa ke rumah Rayn---sahabatnya.  Gadis hiperaktif itu sarapan sebentar, lalu bersiap untuk berangkat ke rumah Rayn.

"Mah, aku berangkat mau main ke rumah Rayn, ya?" ijin Olyvia.

"Iya, jangan malem-malem pulangnya."

"Oke, bye, Mama!" teriak Olyvia.

Olyvia akhirnya berangkat. Senyum bersemangat selalu menemani setiap langkahnya di perjalanan menuju salah satu dari beberapa orang terkasihnya.

[ . . . ]

Tak memerlukan waktu yang lama untuk sampai di rumah Rayn. Sesampainya di sana, Olyvia segera mengetuk pintu rumah itu.

"Rayn, Rayn, buka pintunya!" teriak Olyvia.

Rayn muncul dari balik pintu. "Ck! Iya, sabar," decaknya malas, "Lo duluan aja, gue mau ambil jajan," lanjutnya.

RAYN ANGKASA, pemuda yang sudah menjadi sahabat Olyvia selama sembilan tahun dan juga orang yang ia sukai. Pemuda yang rupawan dan berwajah dingin. Hanya baik dan perhatian kepada orang-orang tertentu saja, pada Olyv salah satunya---untuk saat ini.

"Oke, sip!"

Pintu kamar Rayn terbuka, Olyvia yang sebelumnya sumringah seketika mengernyit heran saat melihat orang lain ada di kamar sang sahabat. Raut tak suka langsung terpancar dari wajah Olyvia. Wajahnya datar, namun menyimpan beribu amarah yang terpendam.

"Clara? Lo ngapain di sini?" tanya Olyvia sedikit mendesis, saat mendapati Clara yang notabene-nya adalah sang rival di sekolahnya ada di sana.

Bukan Olyvia yang menganggap gadis itu sebagai musuh, justru sebaliknya.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang