20 . Camellia's Friend

1.1K 231 19
                                    

˖◛⁺⑅ ❁ ˖◛⁺⑅ ❁ 🅒🅗🅐🅝🅒🅔 ❁ ⑅⁺◛˖ ❁ ⑅⁺◛˖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˖◛⁺⑅ ❁ ˖◛⁺⑅ ❁ 🅒🅗🅐🅝🅒🅔 ❁ ⑅⁺◛˖ ❁ ⑅⁺◛˖

Cahaya matahari sudah nampak sejak beberapa jam yang lalu, menyalurkan cahayanya lewat jendela yang sejak tadi pagi sudah dibuka. Namun, hal itu tetap saja tidak berhasil membangunkan Camellia yang masih saja bergelut dengan mimpi indahnya.

Kejadian semalam benar-benar membuatnya kelelahan. Niat hati ingin membeli persedian susu coklat kesukaannya itu malah berakhir dengan aksi kejar-kejaran dengan beberapa wartawan yang telah menunggu di depan gerbang rumahnya. Beberapa wartawan yang tampaknya tertarik dengan kembalinya sang ahli waris keluarga Evans. Pasti akibat kejadian kemarin siang di butik orang tuanya.

Benar-benar kacau, melelahkan, tapi seru.

"Hei, dia ini mati apa bagaimana, sih?!" ucap tiba-tiba seseorang setengah kesal, tepat beberapa senti di depan wajah Camellia yang tertidur.

Camellia sama sekali tak terganggu dengan hal itu, bahkan dirinya masih tersenyum tak jelas.

"Teman kita ini kira-kira mimpi apa, ya? Dari tadi senyum tak jelas," sahut seorang gadis di sebelah kiri Camellia.

Seseorang yang tadi menyerukan kekesalannya menjawab, "Mana aku tahu, Sister!"

"Apa kita perlu cekik dia supaya bangun?" Pertanyaan polos keluar dari mulut si gadis yang sempat dipanggil Sister itu.

Sedangkan laki-laki yang berada tak jauh dari dua orang yang berada dekat Camellia hanya bisa menghela napas sembari memijat pelipisnya. "Kalian ingin membunuhnya?"

"Tidak lah!"

"Terus bagaimana cara membangunkannya? Kamu dengar, kan, Brother? Bibi Rosie saja sampai lelah membangunkannya."

Seseorang yang dipanggil Brother itu terlihat berpikir sebentar kemudian berkata, "Tak ada cara lain. Kita harus sedikit mencekiknya."

"Kamu yakin?! Kalau dia mati bagaimana?!" Laki-laki di belakang tadi berjalan maju. Sedikit tak setuju dengan ide gila kedua temannya untuk membangunkan Camellia.

"Tak ada cara lain! Lagi pula hanya aku cekik sedikit."

"Terserah."

"Oke, aku mulai."

"Hm."

Tangan si laki-laki yang dipanggil Brother itu berancang-ancang, ia sedikit menekuk kesepuluh jarinya. Tangannya mulai mendekat ke leher Camellia.

"Pelan-pelan, Brother."

"Iya, aku tahu! Ini belum aku mulai, diamlah!"

"Hehe. Maaf, Brother."

Jari yang menekuk itu perlahan semakin dekat dengan leher Camellia.

Tinggal sedikit lagi.

Hanya perlu sedikit menekan untuk memberikan efek kejutan.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang