42 . The Seer

365 93 31
                                    

   𝗣𝗔𝗚𝗜 𝗛𝗔𝗥𝗜 yang cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   𝗣𝗔𝗚𝗜 𝗛𝗔𝗥𝗜 yang cerah. Hangatnya musim semi kini mulai tergantikan oleh hawa panas di bulan juni, musim panas yang menyenangkan telah datang. Matahari bersinar begitu terang, menerangi aula kastil Hogwarts hingga ke beberapa bagian lorongnya yang terbuka.

Semuanya diawali dengan sarapan bersama di Aula Besar. Setelah itu, murid-murid Hogwarts akan menghadiri kelas mereka untuk belajar sesuai dengan kelas yang diambil, menghabiskan waktu hingga kelas terakhir berakhir.

Waktu terus berjalan, pagi hari yang cerah kini telah berganti menjadi sore. Dan Camellia, seseorang yang telah menyelesaikan beberapa kelasnya memilih untuk pergi ke perpustakaan seorang diri. Beberapa tumpukan buku tebal berada di depannya, guratan garis di dahinya terlihat begitu jelas, dan hembusan napas juga beberapa kali terdengar dari mulutnya.

"Aku harus pakai cara apalagi?" gumam Camellia frustasi.

Kepalanya terasa begitu berat, beban pikirannya terus bertambah. Dan bagaimana cara menyelamatkan Cedric adalah topik utama yang terus berputar di otaknya.

"Apa Quidditch World Cup yang pernah kau datangi itu benar-benar menyenangkan, Ginny?"

"Tentu saja! Itu benar-benar menyenangkan!"

Camellia yang sayup-sayup mendengar percakapan Ginny Weasley dan Jessica Steward dari sisi lain rak buku itu hanya terdiam, menguping setiap pertanyaan dan jawaban dari kedua sahabatnya dengan tak bersemangat.

"Lalu apalagi yang menyenangkan dari acara itu?"

Suara kekehan terdengar, dan Camellia yakin itu berasal dari mulut Ginny. "Ada banyak pria tampan di sana! Dan apalagi, ya? Itu ... apa, ya? Aku lupa!"

"Memangnya apa?"

"Sesuatu yang membuatmu berpindah tempat!"

"Hah?"

"Sebuah benda, Jessy! Sebuah benda yang apabila kau memegangnya dan wuus, kau berputar dan tiba-tiba bisa berpindah ke tempat lainnya!"

"Portkey?"

"Astaga!" Kedua gadis itu berteriak memekik, bahkan sampai membuat beberapa pasang mata menatap mereka.

"Harap tenang! Ini perpustakan bukan lapangan!" Madam Pince, selaku penjaga perpustakaan itu berkata marah.

"Maaf, Madam!" seru Ginny dan Jessica. Kedua gadis muda itu kemudian menoleh ke sumber suara yang membuat mereka terkejut setengah mati sampai berakhir dengan amarah dari Madam Pince itu.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang