Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Olyvia's POV]
𝗔𝗞𝗨 𝗠𝗘𝗥𝗔𝗦𝗔 seperti seseorang telah menarik dan mengangkatku menuju ke atas permukaan air. Namun seberapa jauh aku berusaha pun, aku tetap tidak mengetahuinya. Mataku terasa begitu perih, hingga untuk mengintipnya saja tak bisa. Sampai saat punggungku mendarat di sebuah permukaan dengan dedaunan kering, di situlah aku mulai sadar. Dadaku mulai kembang-kempis, berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin. Batuk kecil juga mulai terdengar dari mulutku yang terbuka. Kepalaku terasa sangat pusing.
Kesadaranku perlahan membaik. Mataku membuka, leherku menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat di mana aku sekarang. Begitu mataku berhasil menangkap orang yang berdiri tegak di sampingku itulah kedua pupilku langsung menegang. Kedua mataku membulat penuh.
"Professor Snape?!" tanyaku memekik, sedetik kemudian aku melirik ke arah lain dan menyadari di mana aku berada sekarang.
Hamparan pepohonan dengan danau hitam di depan sana. Sekolah sihir ternama di Inggris, yang hanya dapat kutemui di dunia novel Harry Potter karya JK Rowling itu adalah pemandanganku saat ini.
Ini gila, batinku.
"Hahaha! Bahkan saat aku mati pun diriku masih saja sempat berimajinasi tentang Harry Potter,"
Snape menoleh cepat. "Harry Potter?! Katakan padaku yang kau tahu tentangnya!" bentaknya.
"Harry Pot--" jawabku terjeda, kepalaku kembali berdenyut kencang. Sungguh itu sangat menyakitkan.
"Cepat katakan!"
Belum sempat aku membalas pertanyaan Snape, aku kembali tergeletak tak sadarkan.
[ . . . ]
"Kita akan mintai penjelasan mengapa ia tahu tentang Harry Potter," jawab seseorang yang kuperkirakan seorang pria tua.
"Apa kau gila, Albus!"
"Tenanglah sedikit, Severus."
"Bagaimana bisa tenang, saat ia tahu tentang Harry Potter, bisa jadi ia akan menyakiti Potter!"
"Tidak akan, jadi tenanglah."
"Tidak. Tidak akan kubiarkan, ia harus ku-Obliviate, kalau kalian tidak ingin biar aku saja."
Sayup-sayup aku mendengar beberapa orang saling beradu argumen. Dan tunggu ... apa tadi? Obliviate? Itu mantra penghilang ingatan, kan? Oh astaga! Bisa gila aku karena tidak mengingat apa pun nanti. Lalu kudengar suara langkah kaki berusaha mendekat ke arahku.
"Obli--"
"NO! JANGAN LAKUKAN ITU!" Aku berteriak memotong lalu segera bangun, tetapi masih dengan kedua mata yang tertutup.
Mereka bertiga sepertinya terkejut karena aku bangun secara tiba-tiba, seorang pria tua kemudian berusaha mendekatiku. Pria tua dengan jubah lebar dan kacamatanya yang berbentuk setengah bulan.