07 . Sorting Hat

2K 367 32
                                    

Hogwarts, September 1st 1992

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hogwarts, September 1st 1992.

     𝗧𝗔𝗛𝗨𝗡 𝗔𝗝𝗔𝗥𝗔𝗡 baru telah tiba. Banyak anak-anak tahun pertama dan anak dengan tingkat lebih tinggi yang tentunya mendatangi Hogwarts untuk kembali melanjutkan pendidikan sihir mereka.

Setelah kereta kuda sampai, Hagrid langsung mengarahkan murid tahun pertama untuk menaiki perahu-perahu kecil, menyebrangi danau agar sampai ke kastil. Sudah tradisi, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

[ . . . ]

Di lain tempat, tepatnya di dekat tangga Aula Besar, seorang gadis yang telah berpakaian rapi tengah mondar-mandir dengan wajah yang gugup.

Gadis itu, tak lain tak bukan adalah Camellia Evans.

Camellia sedari tadi merasa gugup, senang, dan takut---semuanya bercampur menjadi satu. Gugup dan takut karena ia akan disortir ke asrama mana, dan senang karena akhirnya ia bisa menjadi bagian dari murid Hogwarts.

"Aduh, bagaimana ini?" gumam Camellia resah. "Ingat kata Professor McGonagall harus relax."

Camellia yang tengah sibuk menenangkan diri itu sampai tak sadar jika murid-murid tahun pertama sudah sampai dan menuju ke arahnya.

"Hai."

Camellia yang mendengar sapaan itu langsung menoleh.

Ah, rambut blonde dengan mata besar bersinarnya, pasti Luna Lovegood, batin Camellia.

"Oh, hai," balas Camellia.

Gadis pirang yang menyapanya itu berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku tadi tidak melihatmu di kereta, dan juga kau lebih tinggi dariku. Kau pasti bukan murid tahun pertama, ya?"

"Um ... yah begitulah, aku murid baru tahun kedua." jawab Camellia.

"Oh. Kenalkan aku Luna Lovegood, kau boleh memanggilku Luna." Luna, si gadis pirang tadi memperkenalkan dirinya.

Camellia tersenyum lebar dan mengangguk antusias. "Aku Camellia Evans! Kau boleh memanggilku Camellia atau Lia."

Setelah berbincang sebentar dengan Luna, McGonagall datang untuk menyampaikan beberapa informasi tentang asrama yang akan dimasuki. Professor itu terlihat menatap Camellia sebentar seperti mengatakan, relax, jangan gugup.

"Kami sudah siap untuk kalian. Sekarang ikuti aku," ajak McGonagall sembari menuntun semua murid baru ke pintu Aula Besar.

Camellia menelan ludahnya kasar saat pintu Aula Besar mulai terbuka. Jantungnya yang tadi berdegup kencang sekarang semakin bertambah kencang.

Camellia dan murid tahun pertama mulai memasuki area Aula Besar. Aula Besar tampak megah seperti yang ia lihat di film, piring-piring yang terletak di atas meja tampak berkilau akibat pantulan cahaya lilin yang melayang di atas kepala. Namun, karena terlalu gugup, ia tak sempat untuk merasa kagum terhadap desain interior ruangan itu.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang