Hayoo... Vote dulu yuk! Selamat baca⊃ο<*
"Mau makan dulu atau langsung pulang?"Vanya kembali menghela nafasnya, sambil memejamkan matanya berusaha menahan emosi. Pasalnya dari tadi tunangannya ini selalu saja bertanya hal yang tidak penting, ia bahkan bertanya bagaimana kabar bi Darsih.
Vanya tak mengerti kenapa sikap Juna kepadanya sekarang sangat berubah? Dulu jangankan bertanya soal pembantu dirumahnya, ia bahkan tak mau tahu bagaimana keadaan Vanya.
"Pulang aja" Ucap Vanya tanpa menatap Juna.
Entahlah sepertinya pemandangan macetnya kota Jakarta yang diguyur hujan lebih menarik daripada menatap wajah tampan Juna lengkap dengan rahangnya yang tajam, sepertinya Vanya bisa memakai rahang Juna kalau pisau dirumahnya tumpul.
"Soal tadi pagi... sorry" Vanya terdiam mendengar Juna meminta maaf, belakangan ini ia sangat sering minta maaf kepada Vanya. Entah mengapa rasanya sangat sejuk saat mendengar kata itu dari mulut sexy Juna.
"Lu masih marah sama gua?" Entah benar atau tidak, namun Vanya merasa kalau Juna sedang menatapnya disela-sela kegiatan menyetir nya.
Akhirnya Vanya menatap balik Juna, dan benar saja pria itu sedang menatap dirinya sekarang.
"Marah? Buat? Lagian emang gua berhak marah sama lu? Selama ini juga lu yang selalu berhak marah sama gua" Vanya menaikkan satu sisi bibirnya, tersenyum remeh disana.
Pria itu kembali menatap Vanya, "Van gua gak suka lu ngungkit masa lalu, ngapain si lu selalu menilai seseorang dari masa lalunya?" Ucap pria itu kesal.
"Emang bener kan? Lu selalu gak ngasih gua kesempatan buat marah. Tapi kalo pacar lu si Putri itu marah? Wah lu pasti kalang kabut. Enak ya jadi Putri, gak punya siapa-siapa tapi gak pernah kesepian" Vanya melipat kedua tangannya didepan dada, sekali lagi tersenyum remeh.
"AHHHKKK ! JUN LU GILA YA!?" Vanya membulatkan matanya lebar-lebar, jantungnya berdegup kencang saat dahinya hampir saja menghantam dashboard mobil.
Wanita itu menatap seakan hendak membunuh pria dihadapannya yang dengan mudahnya menginjakkan rem secara mendadak. Kekesalan Vanya semakin meningkat saat melihat tatapan tenang Juna, seketika bulu kuduknya berdiri saat dengan perlahan Juna menatap dirinya dengan tatapan dingin. Sial, kenapa harus tatapan itu lagi.
"Lu selalu ngulangin kesalahan yang sama Vanya. Disaat gua mau minta maaf dan menyesal dengan semuanya lu malah ngungkit-ngungkit masa lalu, gebuat niat baik gua pudar. Kenapa si lu itu gabisa kaya Putri? Kenapa si lu gak bisa nerima kebaikan seseorang?" Juna menggunakan nada rendah sekarang, menatap datar kearah Vanya. Namun entah mengapa nada rendah dan tatapan datar itu seakan sangat menakutkan baginya.
Tapi bukan Vanya namanya kalau ia kalah di babak pertama, Vanya menaikkan dagunya menatap remeh ke arah pria yang sedang sekuat tenaga menahan emosinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Revenge
Romance[follow dulu sebelum membaca] -selesai- Widya memiliki hobi yang sama dengan kebanyakan wanita remaja pada umumnya, ia sangat suka dengan hal berbau romantis termasuk novel romantis. Suatu hari, sahabatnya merekomendasikan sebuah novel yang sedang h...