(+)Tiga Puluh Dua

7.1K 657 74
                                    

"Kacamata lu Van"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kacamata lu Van"

Vanya menatap Lisa dengan tatapan yang sangat sulit untuk dijelaskan. Sekarang dia dan Lisa tengah menuju kelas mereka, sedangkan Rika harus izin dulu karna dia sibuk mengurusi MOS yang sebentar lagi akan dilaksanakan. 

Sudah dua hari lamanya Vanya izin dari bersekolah, ia hanya diam dan menyusun rencananya di apartemen. Ia bahkan baru memberi tahu kedua sahabatnya kemarin. 

Vanya menggeleng, "Gak usah Lis"

"Gua yakin lu bakal perlu ini Van, kabarnya sudah meluas dan seperti biasa semua orang ngira kalau lu lah yang berulah kali ini" Ucap Lisa kembali menyodorkan kacamata hitam milik Vanya. 

Vanya menatap Lisa jengah, "Gua gabakal bersembunyi kali ini. Gua mau semua orang tahu apa yang sebenarnya terjadi"

Lisa menghela nafas prustasi, jika sudah begini tak ada yang bisa mengubah keputusan Vanya, jangan lupakan kalau keras kepala adalah sifat yang sudah mendarah daging untuk Vanya. 

Keduanya kini memasuki kelas. Berusaha tak memperdulikan tatapan sinis yang dilemparkan kepada keduanya sepanjang jalan. 

Kabar kalau Vanya dan Juna sudah bukan tunangan lagi kini menjadi topik hangat disekolah. Tapi yang berbeda, semua orang tahu kalau Vanya lah yang bersalah dan mencoba untuk 'melukai' Putri, lagi. 

"Van tunggu" Ucapan Lisa sukses menghentikan langkah keduanya. 

"Gua…Mau pipis hehehe" Ucap Lisa seraya cengegesan. 

Vanya memutar bola matanya, "Ck, yaudah sana!"

Begitu mendengar persetujuan dari Vanya. Dengan terburu-buru Lisa beranjak dan menuju kamar mandi terdekat dengan kelas mereka. 

Sementara Vanya kini tengah menjadi pusat perhatian begitu memasuki kelas, guru belum datang karna sekarang masih pukul 06.50. Kini semua pandangan tertuju kepada seorang pria yang baru saja memasuki kelas, dengan penampilan urakan khasnya. Kini kedua mantan tunangan itu kembali bertemu dan bertatapan. 

Tak mau ambil pusing Vanya pun berjalan menuju bangkunya namun tubuhnya seakan membeku begitu melihat keadaan mejanya. 

Sangat berantakan. Vanya tak bisa menghitung ada berapa banyak sampah yang kini berserakan di mejanya. Tulisan seperti 'Jalang' atau 'Dasar gatau malu' kini memenuhi mejanya. 

Tangan Vanya mengepal, kini pandangannya teralih kepada seorang pria yang juga tengah menatapnya dengan tatapan yang amat sangat menjengkelkan, oh jangan lupakan senyum yang sangat menyebalkan itu. 

"Apa semua ini?" Ujar Vanya dingin. 

Juna terkekeh seraya mendekati Vanya, "Kenapa? Bukannya lu pantes dapetin ini? Seorang anak yang lahir dari rahim anak haram bukannya pantas disebut jalang?"

Vanya melebarkan matanya, "Apa maksud lu? Kenapa bawa-bawa bunda!?"

Juna sekali lagi terkekeh, "Cih, jadi lu merasa?"

Antagonist Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang