[follow dulu sebelum membaca]
-selesai-
Widya memiliki hobi yang sama dengan kebanyakan wanita remaja pada umumnya, ia sangat suka dengan hal berbau romantis termasuk novel romantis. Suatu hari, sahabatnya merekomendasikan sebuah novel yang sedang h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jakarta, 2014.
"JUARA SATU JATUH KEPADA… JOVANYA ANARKALI WIJAYA!! SELAMAT!"
Seorang gadis dengan pakaian berkuda dengan warna putih lengkap dengan sepatu dan topi berkudanya itu tertunduk lesu sambil meremas Piagam dengan gelar 'JUARA DUA' disana.
Gadis mungil berumur 12 tahun itu menoleh dan menatap seorang gadis lainnya yang sekarang mengenakan Piagam dengan gelar 'JUARA SATU' disampingnya. Dia Jovanya, satu-satunya pesaing dalam lomba berkuda yang sangat mustahil untuk dikalahkan.
Kedua gadis itu turun dari panggung dengan sorakan gembira para penonton, semua orang tersenyum kecuali dia, gadis mungil yang sedang menatap penuh amarah kepada lawan mainnya.
Sialan, Lagi-lagi si Vanya itu. Sekedar info, Vanya adalah gadis yang sangat populer diusianya, ia seorang model cilik, ia terlahir dari keluarga Wijaya yang tak usah dipertanyakan kekuasaannya, ia memiliki tunangan bernama Juna yang bahkan sudah menjadi incaran saat berumur 12 tahun, dan lebih bagusnya lagi Vanya baik dalam segala hal, ia pintar, cantik, kaya raya, dan semua orang menyayanginya.
"Putri" Gadis itu sontak menoleh saat sebuah usapan lembut menyapu bahu kecilnya.
Gadis itu tersenyum, tatapan kesalnya kepada Vanya kini berganti oleh senyuman hangat yang ja tunjukkan kepada ibunya—Dita.
"Mah" Jawab Putri dengan lembut.
Wanita itu kembali mengusap pundak anaknya, menatap dengan sedikit rasa iba disana. Ia tahu betul kalau anaknya sangat ingin memakai Piagam juara satu, apa lagi dihari spesial seperti ini.
"Juara dua juga bagus kok sayang" Ucap wanita itu tanpa melepaskan pandangan lembutnya.
Putri menggeleng, "Hari ini kan mamah ulang tahun, harusnya Putri bisa kasih ini buat kado mamah!" Gadis kecil itu menundukkan kepalanya, berusaha menahan tangis.
Dita kini beralih mengusap kepala anaknya.
Ia menggeleng, "Engga sayang. Menurut mamah, apapun yang kamu kasih buat mamah itu spesial" Ucap wanita itu.
Putri kembali menaikkan kepalanya, "Serius mah?!" Ucapnya antusias, Dita turut mengangguk antusias, "Serius sayang. Nah sekarang kita pulang ya? Kita kasih unjuk sama papah!" Ajak wanita itu sambil menarik pelan tangan Putri.
Dita kembali menatap anaknya saat sang anak ternyata menolak ajakannya, wanita itu menatap Putri bingung, "Kenapa sayang? Kok kamu diem? Gamau pulang?".
Putri lagi-lagi menggeleng lesu, " Gamau… nanti ayah marah Putri gabisa juara satu lagi" Dita kembali memasang tatapan ibanya kepada Putri saat ia tahu apa alasan gadis 12 tahun ini menolak ajakannya.