"Aduh"
Sialan, bagaimana bisa Vanya melupakan sakit kepalanya cuma karna ia sudah sukses meminta maaf kepada Putri. Sekarang ia sedang menanggung akibatnya, kepalanya pusing bukan main sampai ingin pecah rasanya.
Rasa kesalnya semakin bertambah ketika ia tak kunjung menemukan obat untuk meredakan rasa pusing yang membuat kepalanya jedag jedug.
"Obat pusing?"
Vanya kaget begitu melihat sebuah tangan muncul dari sebelahnya, dan ia lebih kaget lagi saat tahu pemilik tangan tersebut adalah Putri. Vanya mengerutkan keningnya kebingungan saat melihat ada kekasih tunangannya disini.
"Lu ngapain disini?" Sontak saja Vanya bertanya, bukannya tadi wanita ini juga ada di kantin?, "Kamu lupa? Aku kan ketua PMR" Vanya langsung ber-oh ria saat mendengar penjelasan dari wanita didepannya ini.
Vanya mengambil obat yang disodorkan Putri, memasukkannya kedalam mulut namun pergerakan terhenti saat merasakan ada sesuatu yang kurang.
"Nyari ini?" Putri menyodorkan segelas air putih yang langsung membuat Vanya tersenyum seraya mengambil air itu.
Vanya kembali melanjutkan kegiatan meminum obatnya, rasa canggung seakan tengah mengepung dirinya sekarang, bagaimana tidak? Sejak tadi Putri terus saja menatapnya tanpa henti yang sukses membuat Vanya jadi salting. "Lu masih ada perlu sama gua Put?" Akhirnya Vanya memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Putri, setelah sekian lama menunggu perempuan yang satu ini membuka topik pembicaraan.
"Ah engga, aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja. Aku tadi langsung ngikutin kamu pas liat kamu megang kepala terus, dan bener aja kamu lagi kebingungan sekarang hehe" Jelas Putri kepada Vanya yang hanya di balas anggukan.
"Oh, lu pasti bingung ya Put. Gua jadi aneh gini" Vanya menggaruk leher belakangnya sambil sesekali memainkan air yang tingal setengah itu, jujur saja ia sangat tak nyaman berada berdekatan dengan wanita ini.
"Aneh? Engga kok. Aku malah seneng karna kamu akhirnya sadar, dan memutuskan untuk berubah" Ucap Putri sambil tersenyum manis. Aneh, sekali lagi Vanya merasakan ada yang tak beres dari senyum wanita ini. Pemilihan kata yang diucapkannya juga sedikit ambigu yang membuat rasa Vanya untuk segera pergi semakin meningkat.
"O-Oke deh, gua duluan kalo gitu" Pamit Vanya sambil melambaikan tangannya pelan, dan pastinya tak lupa dengan senyum andalannya.
"Van" Panggilan dari Putri sukses membuat Vanya mengeram kesal lalu kembali memasang senyum yang sedikit terpaksa dan berbalik sambil menatap Putri seakan berkata 'apaan lagi si ajg'.
"Kamu hati-hati yah, kita kan gatau kapan masalah dateng sama kita dan masa depan kita. Apalagi dengan kondisi kamu yang sekarang, jadi waspada ya" Ucap Putri seraya memamerkan senyum manisnya.
Vanya tercengang , sebelum kesadarannya kembali pulih dan membalas senyuman Putri. Kali ini ia berbalik dan benar-benar pergi, tapi entah kenapa kata kata yang diucapkan oleh Putri terus saja terngiang-ngiang dikepala Vanya, seakan-akan kata-kata yang ia ucapkan bukanlah sekedar angin lewat melainkan sebuah peringatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Revenge
Romance[follow dulu sebelum membaca] -selesai- Widya memiliki hobi yang sama dengan kebanyakan wanita remaja pada umumnya, ia sangat suka dengan hal berbau romantis termasuk novel romantis. Suatu hari, sahabatnya merekomendasikan sebuah novel yang sedang h...