[34]

238 39 9
                                    

"Apa kau merindukanku?"
-Seok Dong Cheol-

...

Tidak butuh waktu lama untuk mereka berbaikan. Selepas Mun Yeong merasa bahwa Gang Tae sedang demam, ia langsung memapah Gang Tae untuk berbaring di atas ranjangnya. Dan kini wanita itu sibuk mengambilkan air hangat.

Gang Tae hanya terkekeh melihat perhatian kekasihnya itu.

Namun panggung berkata lain, Mun Yeong yang hendak mengambil air hangat malah menyiapkan air es di dalam bathup kamar mandinya dan menyuruh Gang Tae berendam disana.

Dengan sedikit merasa konyol, Gang Tae mencoba memahami kurangnya pengetahuan Mun Yeong, dia meminta Mun Yeong mengambilkannya air hangat dan handuk.

Gang Tae juga memintanya untuk menyeka tubuhnya.

Setelah itu, barulah Mun Yeong ikut berbaring di sampingnya.

"Mianhe." Ucap Mun Yeong ketika sadar panggung telah berhenti. "Karena aku—"

Cup. Gang Tae mencium kening Mun Yeong. "Tidak ada yang salah di antara kita, kita memang seharusnya lebih dewasa dalam urusan cinta."

Gang Tae mengelus pundak Mun Yeong dengan lengannya yang dibuat bantalan Mun Yeong sembari berkata, "kau hebat Ko Mun Yeong."

Mun Yeong pun tersenyum, ia semakin menempelkan tubuhnya pada dada bidang Gang Tae, menghirup kuat aroma yang selama ini ia rindukan.

"Aku merindukanmu." Ucap Mun Yeong sedikit berbisik menimbulkan senyum simpul di wajah Gang Tae.

Malam itu keduanya merasakan kembali kehangatan yang selama ini terganti oleh dinginnya angin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu keduanya merasakan kembali kehangatan yang selama ini terganti oleh dinginnya angin malam. Berpelukan hingga tertidur bersama dalam pelukan, mampu membuat keduanya kini merasa amarah mereka saat itu tidak menyelesaikan masalah, namun kedekatan inilah yang menuntaskan kecemburuan.

Setelah malam ini, mereka sepakat akan mencari jalan keluar bersama. Berusaha tak menyakiti siapapun, meski tak bisa.

Dan Dong Cheol?

Dia belum tertidur, di pikirannya masih terekam jelas dua orang yang bercumbu mesra yang berakhir tidur bersama.

Berkali-kali lelaki itu meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu kehendak penulis, kejadian itu diluar kendali mereka, termasuk kendali Sang Mi.

Dirinya terduduk di atas kasur yang menempel pada jendela, menatap jendela yang terbuka lebar menampakan gelapnya hutan yang lebat seperti lebatnya perasaannya pada Sang Mi namun redup tanpa cahaya.

Meski ia berfikir yang ia lihat hanyalah panggung, namun hatinya tak bisa berhenti percaya bahwa dua orang itu pun menginginkan yang sama.

Lelaki itu tersenyum, tersenyum miris.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang