Pertunangan

68 6 0
                                    

Malam ini, baik dirumah Rea maupun dirumah Elden tengah sibuk mempersiapkan segala hal. Mulai dari siapa saja yang akan diundang, pakaian, hiasan, sampai transportasi.

Oh ya, tentang ketiga sahabat Rea, mereka sudah mendengar kisahnya dari bibir Adilla saat keluarga Rea tengah makan bersama. Ketiganya tentu terkejut mendengar semua itu. Dan mereka sepakat akan membantu Rea dan Elden dalam masalah ini. Kini mereka tengah merencanakan sesuatu.

Satu hal yang pasti, sebelum acara pernikahan nanti, harus ada yang bisa membujuk Rea agar ia bersedia membeberkan semuanya.

Semuanya.

"Rea kamu besok pake ini ya," ujar Arshita sambil memberikan satu set kalung emas putih dengan taburan berlian pada liontinnya.

Rea melebarkan matanya kaget. "Astaga, Ma. Mama beli ini?"

Arshita tersenyum. "Ini kalung Mama. Papa kamu yang beliin dulu."

Seketika wajah Rea kembali tegang. Entah kenapa mendengar nama ayahnya selalu membuatnya tidak enak hati. Ia takut. Takut semuanya akan terbongkar dan berakhir kacau.

Rea tidak mau itu terjadi. Sangat Rea hindari perbincangan yang bisa merubah mood dan sikapnya dan berakhir pada kecurigaan orang orang disekitarnya.

Erick datang dengan kaleng keripik ditangannya. "Ratu banget dia di kasih kalung gituan," cebiknya.

Mendengar itu Rea menoleh. "Sirik? Ambil aja, gue gak butuh."

Seketika Erick mengumpat.

Melihat itu Arshita menggeleng. "Kalian ini udah gede. Rea juga udah mau nikah. Akur akur jadi adek abang. Nanti kalo Rea udah di boyong suaminya kamu pasti kesepian bang," ujarnya sambil melipat pakaian.

"Sodara kalo gak ribut gak seru Ma. Bakal lempeng lempeng aja gitu kaya hidupnya Rea," sahut Erick.

"Siapa yang lo maksud sodara?" tanya Rea.

Erick tersenyum. "Nyesel gue jadi wali lo tadi."

***

Hari ini pertunangan Rea dan Elden akan dilaksanakan. Banyak tamu undangan yang sudah hadir di gedung tempat dimana acara akan berlangsung. Salah satunya mbak Devi, orang pertama yang mengetahui tentang kehamilan Rea.

Rea masih di rias di lantai atas. Sedangkan Elden sudah di bawah, menyapa teman sebayanya. Ada anak basket juga disana. Salah satunya Revan. Elden tersenyum penuh kemenangan saat wajah Revan menunjukan rasa kaget luar biasa sejak pertama mendapat kabar bahwa gadis incarannya akan melangsungkan pertunangan bersama Elden.

Saat Elden menghampiri anak anak basket, dengan gentle Revan mendekat dan mengajak Elden untuk melakukan salam gentle. "Sorry banget, Den. Gua gak tau kalo Rea itu cewek lo. Waktu itu gua udah lancang deketin dia di lapang," ucapnya tulus.

Mendengar itu Elden tertawa. "Santai."

Semua mata tertuju pada gadis yang sedang berjalan diatas undakan tangga hotel bintang lima yang tengah mereka pijak saat ini. Ia adalah Rea. Gadis yang sebentar lagi akan jadi milik Elden seutuhnya.

Rea berjalan dengan gaun silver yang membungkus tubuhnya dengan sangat pas. Seakan membanggakan tubuhnya yang memang indah dipandang. Rok bagian sampingnya terbuka lebar sampai ke paha atas membuatnya terlihat begitu menawan dengan heels 10 cm berwarna senada, ditambah rambutnya digelung rapih dan mahkota kecil dibagian belakang itu menyempurnakan penampilannya hari ini.

"Gila man. Cewek si Elden tuh?" celetuk Devon dengan mata tertahan pada sosok Rea yang baru dampai di anak tangga terakhir.

Alita menjerit tertahan. "Astaga Rea cantik banget kalo dandan gitu."

Adila tersenyum penuh haru. "Semoga senyum itu gak pernah lepas dari bibir lo, Re."

***

Erick berjalan mencari teman Rea untuk meminta bantuan memindahkan sound dari belakang. Entah hotelnya yang terlalu luas atau memang Erick yang kurang jeli, sejak tadi ia belum melihat keberadaan Arjun maupun Adrian. Teman teman Elden pun ia lupa wajahnya bagaimana.

Saat Erick mengangkat tangannya guna melihat jam, seseorang menabraknya dari depan membuat tubuhnya terhuyung. Refleks ia menahan orang di depannya saat orang itu ikut hilang keseimbangan.

Dan saat mata mereka bertubrukan, seketika keduanya melebar kaget.

"Lo?!" teriak keduanya.

Secepat kilat gadis itu kembali menegakkan tubuhnya. "Ngapain lo disini?" tanyanya langsung.

Erick melotot tak percaya. "Lah ada juga gua yang nanya, lo ngapain disini? Siapa yang undang lo?"

"Heh ini acara tunangan adek gue. Gue gak butuh undangan buat dateng kesini," sahutnya tak santai.

"Ya gue juga sama. Ini acara adek gue," ujar Erick tak mau kalah.

Dua detik kemudian keduanya tersadar.

"Hah?"

"Tunangan adek lo?"

Keduanya kembali melebarkan mata tak percaya. "Jadi Rea adek lo?"

"Jangan bilang Elden adek lo?" Erick balik bertanya.

Seketika Erick mengumpat. "Anjir masa gua gebet ipar si Rea," batinnya.

"Astaga," ucap Maira. "Kenapa Rea harus jadi adek lo? Gak ada abang lain apa," sungutnya.

Erick mendelik.

***

"Baik sekarang kita akan menyaksikan saat saat yang paling di nanti yaitu prosesi pertukaran cincin bagi kedua mempelai. Silakan untuk Rea dan Elden," ujar MC penuh semangat.

Riuh tepuk tangan menghiasi ruangan yang telah dihias sedemikian rupa. Rea dan Elden maju. Maira ikut maju memberikan kotak cincin.

"Silahkan Elden lebih dulu," ujar MC memberi arahan.

Elden pun mengambil cincin dari tangan Maira. Pelan tapi pasti ia memasangkannya di jari manis Rea. Tepuk tangan kembali mengiringi. Saatnya Rea yang melakukan hal sama pada Elden. Ia memasangkan cincin putih itu di jadi manis milik kekasih yang sebentar lagi akan merubah statusnya dari gadis menjadi seorang istri.

Tepuk tangan semakin heboh saat Elden mencium tangan Rea. Semua bersorak bahagia. Begitu pun sahabat mereka yang menahan haru melihat perjuangan dua insan di depan mereka.

Mereka berdo'a semoga perjuangan Rea dan Elden bisa membuahkan hasil. Semoga pengorbanan yang dilakukan Elden bisa membuahkan kebahagian bagi hubungan mereka ke depannya.

Apapun yang telah kau korbankan, berdo'alah semoga Tuhan membalasnya dengan kebahagiaan.












IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang